November 19, 2016

Terpukau Ladyboy di Pattaya

Trip kali ini adalah satu bukti lagi betapa impulsif-nya jiwa traveler-ku. Hanya berkat informasi singkat "Erlin ada tiket promo nih ke Pattaya" dari sang suhu (Bang Adi.red), kuputuskan untuk kembali mengunjungi negeri indah Thailand, namun kali ini ke Pattaya, wilayah di selatan Bangkok yang terkenal dengan nightlife di tepi pantainya.




Bersama Mbak Ari Sulistyowati, officemate dan teman seperjalanan waktu Aceh Trip, aku mengumpulkan banyak kenangan manis dan foto-foto keceh (penting!) selama tiga hari di Pattaya: 4 s.d. 6 November 2016. Seberapa banyak pun komentar miring yang aku dengar/baca tentang kota ini, Pattaya sukses membuatku tersenyum gembira saat menelusuri setiap sudut tempat wisatanya. Pattaya memang bukan Bangkok dengan berbagai kuil dan candi indahnya, bukan juga Phuket dengan pemandangan pulau dan laut yang memikat, tapi Pattaya punya banyak sisi yang menarik untuk ditelusuri.

First dinner: seafood. Mbak Ari sang culinary explorer kaget ternyata porsi makanan di dalam nanas ini banyak juga!

Jadi... kemana saja kami selama 3H2M di Pattaya?

October 30, 2016

Sampai Meurumpok Lom Singo - Aceh Trip (Pt. 2)

Minggu, 9 Oktober 2016
Untuk menuju Sabang dari Banda Aceh, kita bisa menggunakan baik kapal cepat ataupun kapal lambat yang berangkat dari Pelabuhan Ulee Lheue, tentunya dengan jadwal dan tarif yang berbeda yah. Kami memutuskan naik ferry biasa seharga 80K/orang untuk keberangkatan jam 10 pagi. Halo Pulau Weh, pulau yang selalu terdengar namanya dalam pelajaran IPS/Geografi di bangku sekolah dulu. ^^

Lokasi ini ada di kawasan Casanemo, serasa pantai milik sendiri
Menurut kesaksian dari sang tour guide (Bang Josua.red), penginapan di Sabang pada dasarnya 'cuma' terbagi atas Casanemo dan Freddie's. Maksudnya... dua penginapan ini yang paling terkenal di penjuru Sabang, dan kalo kita pengen dinner ala-ala anak Instagram hits yah memang di dua tempat ini. Kami memilih Casanemo dengan pertimbangan desain resort-nya yang lebih apik: kamar-kamar berbentuk bungalow yang bertebaran di pesisir pantai dan tebing landai, saling berjauhan satu dengan lainnya. Freddie's sendiri bentuknya seperti penginapan standar: kamar bersebelah-sebelahan. Setelah drop barang-barang dan touch up sekadarnya, berangkatlah kami menjelajahi pulau eksotis ini.

Untuk makan siang, kami menepi ke RM Kencana yang jadi terkenal sejak dikunjungi Presiden Jokowi pada bulan Maret 2015 lalu. Mereka menyajikan banyak makanan khas Aceh dengan konsep resto prasmanan. Dijamin bingung dan galau deh melihat banyaknya sajian! Kalau soal minuman, wajib deh memesan es pepaya serut. Seger banget, cuy!

Bang Aldi mengajak kami ke Benteng Jepang yang terletak di daerah Pantai Anoi Itam. Mendengar kata "Benteng" pikiranku langsung melayang ke Fort Rotterdam Makassar. Ealah, ternyata "benteng" yang dimaksud hanya berwujud se-cungkup bungker dengan meriam kuno di dalamnya. Sisanya? Lapangan rumput dengan pohon kelapa dan pepohonan rindang lain, serta bebatuan karang di ujung tebing menghadap laut lepas layaknya pemandangan di Uluwatu.






Menuju bekas bunker Jepang ini bersiaplah untuk mendaki puluhan anak tangga yang, untungnya, tidak begitu melelahkan. Di puncaknya kita langsung tiba di cungkup bungker dan... mata seketika bertemu dengan laut lepas! KYAAA. Indahnya tak terkatakan. Meski matahari lagi terik-teriknya, langkah kaki kami langsung terarah ke tebing-tebing curam dan bebatuan koral di sekitarnya. Mari puaskan hasrat foto-foto! Tidak perlu khawatir jika lelah, di sini juga banyak pohon rindang untuk berteduh, bahkan ada warung sederhana dengan bangku-bangku kayu untuk kita duduk menikmati segelas kopi Gayo atau semangkuk indomie hangat. SEDAPPP.






Berjam-jam kami habiskan di Benteng Jepang sebelum akhirnya pindah ke lokasi sunset-an. Taman Rekreasi Sabang Fair adalah tempat yang pas untuk menyaksikan matahari terbenam. Taman yang menghadap lautan Selat Melaka ini memiliki beberapa saung tempat kita bisa bersantai menunggu sunset. Sore ini, kami bertujuh duduk manis menanti sang surya tenggelam dengan ditemani rujak, bakso sejenis cilok, dan minuman dingin. Rujak di Sabang ini unik betul penampakannya: buah langsung ditaruh di atas saus + kacang. Bukan "saus kacang" ya, soalnya kacangnya masih utuh belum diulek bersama sausnya. Rasa saus ini pun unik, yang jelas aku suka!


Saus kacangnya juara! | source Instagram @ayu_mayshita

Sudah setia menanti lama yang mengakibatkan rambut berkibar tak karuan, mata kelilipan kemasukan debu, dan badan yang nampaknya mulai masuk angin... eh sunset-nya ketutupan awan! Hahaha. Kocak.

Sunset behind us, food in front of us: Perfecto!

Kami menjajal rasa italian food di Casanemo, kayak gimana sih rasa makanan yang diawaki oleh bule Italia tulen? Eh, ternyata... hambar. Hahaha. Garam, saus, kecap, sambel... kami minta semua penambah rasa disediakan demi melawan kehambaran makanan yang, yah... cukup enak lah. Perut kenyang, hati senang~ mari kita istirahat.

Senin, 10 Oktober 2016
Berbagai rencana yang dibuat kemarin bersama Agung untuk sunrise walking di Casanemo bubar sudah. Penginapan Casanemo ini ternyata kurang nyaman bagi kami, menyebabkan jam 12 semalam kami masih grasak-grusuk berujung aku yang pindah ke kasur single. Kamarnya memang hanya menggunakan kipas angin alias tanpa AC. Tapi hawa panasnya tetap mengganggu tidurku, tak peduli ada dua kipas angin dalam kamar.

Pantai Sumur Tiga di kawasan Penginapan Casanemo

Lokasi pertama yang akan kami kunjungi hari ini adalah Goa Sarang. Jarak dari Casanemo yang cukup jauh (45 menit) membuat kami menyiapkan cemilan, agar perjalanan lebih ceria dan berwarna. Memasuki tempat wisata satu ini kita diharapkan membayar retribusi, aku lupa tepatnya berapa, tapi murah kok. Kami langsung disambut oleh pemandangan laut dari ketinggian yang dapat dinikmati dari semacam pelataran viewpoint yang difasilitasi tiga ayunan sederhana dan bangku-bangku kayu. Kami pun menggelar bungkusan sarapan di sini.


Penampakan dari entrance

Tiga ayunan dengan view luar biasa

Hepot-nya sesi pemotretan Kak Tya dan Bang Josua

Gua yang terletak di antara laut dan gunung ini sekarang cukup mudah untuk diakses, sejak pemerintah berinisiatif membangun tangga beton. Meski sudah difasilitasi, tetap saja kami tidak tertarik untuk jalan kaki ke pesisir pantai untuk melihat gua. Kami lebih memilih untuk menikmati keindahan pemandangan dari puncak bukit saja.


Jalan menuju ke gua yang sebenarnya

Sarapan sudah, foto-foto dengan background ala Honolulu pun sudah. Sekarang mari kita ke Monumen Nol Kilometer! Ini nih tempat hits yang tidak boleh dilewatkan jika ke Sabang. Sebenarnya ini adalah sebuah tugu, tapi saat kami kesana, sang tugu tengah direnovasi. Alhasil cuma bisa berfoto dengan tulisan oranye ini saja :') Penampilan juga kurang bisa 'cetar' disini karena banyaknya tukang/pekerja bangunan, menyebabkan banyak mata yang memandangi kami, cewek-cewek hits (termasuk Agung ya) yang doyan foto-foto.



Sebenarnya secara teknis, koordinat titik terbarat Indonesia berada di Pulau Rondo, namun karena pulau itu kosong dan sulit diakses, maka monumen penanda geografis ini dibangun di Pulau Weh dan diresmikan tahun 1997 oleh Wakil Presiden Try Sutrisno. Semoga renovasi cepat selesai yah, biar readers yang akan kesana bisa menaiki tugu yang punya pemandangan memukau dari puncaknya.

Bang Aldi mendengar informasi tentang adanya suatu kapal karam di dekat Pantai Iboih, lokasi penyeberangan ke Pulau Rubiah. Kami dibawa ke The Pade Dive Resort, tempat karamnya kapal besar yang berasal dari Thailand ini. Kapal Kargo MV Pataya III awalnya mengalami mati mesin dan terbawa arus hingga ke sini pada tanggal 11 Agustus yang lalu. Wuih. Puji Tuhan, ke-24 awak kapal selamat dan telah dipulangkan ke negeri asalnya.




Meet Bang Aldi, makhluk kece yang setia menemani kami keliling Pulau Weh

Destinasi terakhir dan paling ditunggu-tunggu: snorkeling di Pulau Rubiah! Pulau ini menjadi destinasi yang paling menguras kocek: sewa kapal, peralatan snorkel, tour guide, foto-foto bawah laut, dan makan siang di dermaga. It's okay lah, toh pemandangan bawah laut Pulau Rubiah memang indah dan mengesankan. Dari reviews yang kubaca di TripAdvisor, konon kita juga bisa bertemu lumba-lumba apabila snorkeling jam 9 pagi. 



Ternyata waktu kami justru habis untuk sesi foto underwater hahaha. Snorkeling sih, tapi kami jadi lebih fokus sama pemotretannya. Aku... as always tidak berbakat jadi model hahaha. Foto di atas air aja hasilnya standar, kok ya malah underwater hihihihi....



View bawah laut Pulau Rubiah memang indah, readers. Jenis ikannya beraneka ragam dan berwarna-warni. Sayang sekali airnya tidak begitu jernih sehingga mengurangi view clearance dan tentunya warna biru air laut. Di salah satu spot kami bahkan bertemu dengan baby 'Nemo', ituloh clownfish /ikan giru dengan garis-garis oranye-putih di tubuhnya. Tapi rumah si Nemo ini cukup jauh di kedalaman laut, Agung yang doyan menyelam bahkan tidak berhasil mendapat foto underwater yang kece bersama Nemo. Sepertinya sih ini pengaruh musim, snorkeling disini pasti akan lebih menarik di bulan-bulan Juli dan Agustus.



***

Geng Putri Tour full team!

Nah, readers... Selesailah sudah petualangan "Geng Putri Tour" di Pulau Weh. Terima kasih banyak, Bang Aldi, we are so blessed to have such a enthusiastic and amusing tour guide like you. Buat readers sekalian (khususnya sesama PNS Kemenkeu) bisa banget kok ngontak Bang Aldi jika ingin ditemani keliling di Sabang ;) Yang penting inget aja, doi udah taken hahaha... Makasih juga untuk Bang Josua selaku exclusive tour guide beserta Bang Alfian dan Edwin. You guys are da best!

Laporan birthday trip kali ini berakhir sampai sini ya. Terima kasih untuk kakak kesayangan se-dunia akhirat: Kak Putri, yang sukses meng-arrange semua rencana perjalanan (makanya kami namai: "Putri Tour"). Makasih juga buat Mbak Ari, Kak Tya, dan Agung yang sudah mewarnai cerita jalan-jalanku kali ini, semoga ada kali kedua yaaah.

Akhirnya ada foto bareng Kakak tersayang satu ini

Dan doa terakhirku: Semoga bisa balik ke Aceh lagi dan menunaikan rasa penasaran berfoto di Masjid Baiturrahman, amin. Makasih sudah mampir membaca, readers!
Sampai Meurumpok Lom Singo! (Sampai berjumpa kembali!)

October 17, 2016

Peu Haba? Haba Get! - Aceh Trip (Pt. 1)

Sebenarnya trip tercetus karena kerinduan Putri Marina Debora pada adik lelakinya yang, akibat tuntutan ikatan dinas instansi, berada jauh di ujung Indonesia sana. Dengan perencanaan matang selama beberapa bulan, berangkatlah kami bersama Agung Hari Nugroho, Mbak Ari Sulistyowati dan Kak Hedithya Novel menuju Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Abang Josua Herry Tamba beserta Bang Alfian dan Edwin, kawan-kawan senasibnya di perantauan, berbaik hati menjadi tour guide dalam menjelajahi keindahan provinsi paling barat ini.

Salah satu objek di Museum Prov. Aceh

Anyway... Jika hari ulang tahun 2014 kulewatkan di Semarang dan tahun 2015 di Belitung, kali ini Banda Aceh-lah yang menjadi tuan rumahku merayakan pergantian usia menjadi 23 tahun. Yeay! Happy birthday, myself!

Nah, untuk memudahkan readers memahami keindahan Provinsi DI Aceh, posting kali ini akan memuat tentang wisata di Banda Aceh saja. Post selanjutnya barulah membahas tentang Sabang dan sekitaran Pulau Weh yang memukau itu.

Sabtu, 8 Oktober 2016
Pu/Peu Haba? Haba Get! (Apa kabar? Kabar baik!)
Banda Aceh panas menyengat! Meskipun kalender sudah menunjukkan bulan Oktober, tapi hawa sama sekali tidak mendingin. Yeah, the sad fact of climate change. Hawa boleh aja panas membara, tapi langit ternyata tetap menunjukkan wajah kelabunya. Momok hujan menghantui trip kami apalagi mengingat betapa sering dan derasnya hujan membasahi ibukota.

July 31, 2016

Epilogue - Turkey Trip

Kenapa baru sekarang aku menyelesaikan epilog Turkey Trip ini? Karena belum bisa move on! Hiks... Kayaknya bakal sulit sih, kalau setiap kali bosan melanda, hal pertama yang kulakukan adalah mantengin galeri HP yang isinya foto Turki semua :(

Gimana bisa move on...

Mengakhiri cerita Turkey Trip tentunya sungguh tidak afdol jika aku tidak mengucapkan special thanks buat kedua teman perjalanan-ku. Traveling dengan makhluk-makhluk setengah 'siluman' ini rasanya... hmm, menyenangkan sekaligus menjengkelkan: Nano-Nano! Aku masih geli kalau inget-inget lagi betapa ribetnya Nanda dengan rutinitas catok rambutnya dalam rangka totalitas penampilan. Atau inget Aldo yang paling peka dan sensitif masalah "bau ketek" berapapun jauh jarak 'sumber'nya. Atau tentang persaingan jumlah likers di Instagram, yang selalu dimenangkan telak oleh Aldo. Bersama mereka, buang angin a.k.a kentut bukanlah hal yang harus ditutup-tutupi (lirik Nanda), eits meskipun aku tetap saja disuruh keluar kalau ada yang mau ganti baju (lirik Aldo) :/


The annoying part? Nggak puas 'cuci mata'! Bukan cuci mata dalam artian window shopping, yah. Lelaki-lelaki Turki ini jauh lebih indah daripada tas Gucci ataupun sepatu Manolo Blahnik special edition ^^ Ananda dan Aldo pasti sudah muak mendengar aku menyerukan kalimat: "Ganteng kali abang ini!" setiap bertemu cowok lokal Turki. Hingga akhirnya... mereka balas dendam! Kalimat pengagumanku tadi itu kembali terucap saat melihat seorang waiter di suatu kios Turkish Pizza. "Hey, she said that you are cute!" Muka ini langsung merah padam setelah Ananda dengan teganya menerjemahkan ucapanku pada si waiter. -____- 

Thank you for spoiling me with happiness!

July 23, 2016

Istanbul - Turkey Trip

Have I told you that the capital of Turkey was once named "Constantinople"? Baca blog kok serasa belajar buku Sejarah ya? Hahaha maaaf, you can skip this but I'm telling you anyway... Konstantinopel didirikan Kaisar Romawi Konstantinus I di atas kota Bizantium, lalu diresmikan pada 11 Mei 330. Dalam sejarah kekristenan, kota ini juga penting karena merupakan pusat gereja di Romawi Timur (kota Roma untuk wilayah Barat) dan menjadi tempat lahirnya "Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel". Lahirnya 'syahadat' Kristen ini hasil dari dua konsili: Konsili Nicea tahun 325 yang menegaskan bahwa Anak adalah sehakikat dengan Bapa, serta Konsili Konstantinopel tahun 381 dengan mengakui Roh Kudus adalah Tuhan dan Allah yang setara dengan Bapa dan Anak. Akhirnya, setelah jatuh ke kekuasaan Utsmaniyah (Turkish lang.) alias Ottoman di tahun 1453, Konstantinopel pun berubah nama menjadi "Istanbul".


Di Masjid Sultanahmet (Blue Mosque), lebih lama selfie-nya daripada looking around

Jumat, 8 Juli 2016.
Pukul 08.40 pesawat mendarat dan setengah jam kemudian kami sudah berkutat di depan mesin penjual koin untuk naik subway. Dari Bandara Ataturk menuju hostel di daerah Fatih, kami cukup menggunakan subway ke stasiun Yenikapi, lalu jalan kaki 10-15 menit menelusuri gang-gang. Nah, mari kembali memasrahkan diri pada tuntunan 'kompas' bernama "Ananda" ;)

Turkey subway's interior, lebih luas standing area daripada seats

Di tengah perjalanan menuju hostel... ada sesuatu yang menegangkan terjadi! Jantung hampir dibuat berhenti berdetak karenanya...

July 18, 2016

Ephesus - Turkey Trip

The great theatre! Not as big as Stadion GBK sih, tapi tetap aja memukau...


Kamis, 7 Juli 2016.
Walau tak sedramatis cerita Kuala Lumpur, ekspedisi Kapadokya-Selçuk ini terasa begitu menyesakkan dada (atau "bokong"?). Bayangkan saja, Readers, bus malam kami berangkat dari Urgup-Kapadokya pada pukul 20.00 dan baru tiba di suatu terminal antah-berantah pada pukul 06.00 hari ini! Ketika akhirnya bus memasuki terminal, wajahku menjadi sumringah, semangat eksplorasi muncul ke permukaan... ealah, kami ternyata hanya transit! Selçuk masih 2 jam perjalanan lagi menggunakan dolmus. Aku, Aldo, dan Ananda hanya bisa menghibur diri sambil saling mengadukan kondisi tulang ekor yang naas. Tapi seorang Abang Bule yang kemudian kami sebut "Bujang" (Bule Jangkung.red) lebih kasihan lagi nasibnya. Jadwalnya yang padat mengharuskan Bang Bujang untuk mangkat dari Selçuk dan sudah harus di terminal lagi pada jam 1 siang. Artinya dia hanya punya 3-4 jam saja di Selçuk! Gileee... entah apa yang membuatnya menyusun itinerary begitu ketat. Bang Bujang bahkan sempat lepas kontrol dan beberapa kali berteriak emosi ketika Sopir Dolmus masih sempat-sempatnya menaikkan penumpang dari setiap halte. "Come on, are we going to Ephesus or not?! Step on it!" serunya kesal saat dolmus berjalan lambat. Untunglah si Supir hanya membalas dalam komat-kamit Turkish, kalau tidak mungkin sudah terjadi adu mulut.

"Kasian lho si Bujang, sempat nangis dia tadi habis marah-marah. Capek keknya hati Abang..." bisik Nanda. The perks of having native language which no one around you can understand. Seandainya Abang Bujang ini tipe lelaki idamanku, pasti sudah kuberikan pelukan 'puk-puk' penuh kehangatan :')

Selçuk -- selanjutnya akan kutulis "Selcuk" -- adalah pusat kota Provinsi İzmir yang mengalami perubahan nama dari "Ayasoluk" setelah diduduki oleh Dinasti Seljuk Turks pada sekitar abad ke-10. Selcuk merupakan kota persinggahan terbaik bagi traveler yang ingin mengunjungi kota kuno Efesus. Jadi jangan bingung ya ketika aku ganti-gantian menyebut Izmir, Selcuk, dan Efesus... sama aja kok destinasinya.

July 16, 2016

Cappadocia - Turkey Trip

Senin, 4 Juli 2016
Cappadocia atau Kapadokya adalah nama suatu daerah yang pertama kali kuketahui dari ayat Alkitab Kisah Para Rasul 2:9. Saat itu, Kapadokya merupakan suatu provinsi di sebelah timur Asia Kecil. Pada periode awal Kristen terbentuk, para pengikut pertama Yesus dan rasul-rasul berdiam di Kapadokya untuk sembunyi dari prajurit Roma. Rasul Paulus yang baru terusir di Yerusalem sedang dalam pencarian tempat bersembunyi yang aman. Di Kapadokya-lah dia memulai koloni Kristen pertama bersama murid-muridnya. Wih~ aku jadi terlihat kayak ahli Alkitab ya, padahal cuma nyontek disini :p

Turki/Kapadokya akan menjadi trip pertamaku menggunakan Couchsurfing. Adalah Atilla Ã–zcan, seorang warga Kapadokya asli, yang akan menjadi host-ku. Cerita lebih lanjut tentang Atilla akan kuceritakan di suatu posting tersendiri.

Sesuai perjanjian dengan Atilla, aku dijemput oleh shuttle di gerbang arrival Bandara Kayseri. Detik pertama keluar dari bandara badanku langsung menggigil. Ini di luar ekspektasi, karena 2 minggu sebelumnya Atilla menginformasikan bahwa suhu di Turki sekitar 32 derajat. Nampaknya Kapadokya merupakan pengecualian, termometer justru menunjukkan angka 24-26 derajat. Brrrrrr~

Shuttle yang bisa menampung 15 orang ini ternyata menunggu tamu dari berbagai penerbangan dengan waktu kedatangan berbeda. Aku dan seorang cewek Ekuador adalah penumpang pertamanya, which means kami harus menunggu 1-2 jam baru shuttle akan berangkat dari bandara. Duh. Waktu menunggunya sih bukan masalah berhubung aku dan cewek Ekuador ini punya banyak cerita traveling yang sepertinya tak ada ujungnya. Hanya saja... dinginnya itu lho! :(

Reunion!

July 14, 2016

Prologue - Turkey Trip

Erlin yakin mau ke Turki? Yakin?
Tidak sedikit kalimat bernada serupa yang hinggap di kuping, beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Turki. Sejak peristiwa teror mulai bermunculan di Turki, lebih tepatnya di Ankara, kekhawatiran (disertai hestek #prayforTurkey) mulai bergaung di sekitarku. Tanpa kenal lelah, aku tetap menjawab, "Yakin." :)

ERLIN WAZ HERE! ;)

Keinginan pergi ke Turki bukan semata karena khilaf melihat tiket promo. Eh, 75%-nya memang hasil dari pola pikir kompulsif sih, hahaha. Turki akan menjadi negara besar pertama bagiku (dibanding Korea, Hong Kong, atau negara ASEAN lain.) Aku tidak hanya mengincar Istanbul, sang ibukota, tapi juga tiga wilayah lain: Kapadokya, Pammukale, dan Efesus. Kapadokya yang menawarkan pengalaman naik balon udara dengan pemandangan menakjubkan; Pammukale yang terkenal dengan travertines berwarna putih-biru memesona; dan Efesus, salah satu pasal Alkitab, yang menyimpan banyak situs bersejarah. Lalu sang juru kunci: Istanbul, kota penuh daya pikat yang terbagi ke dua benua, Asia dan Eropa... ah, terlalu banyak alasan bagiku untuk tidak melewatkan Turki begitu saja.

Salah satu bangunan cantik nan megah di antara pertokoan kawasan Fatih, Istanbul

Apakah aku gentar melihat peristiwa pemboman Bandara Ataturk tanggal 29 Juni lalu? Ya, tentu saja. Aku ini manusia biasa yang mengenal rasa takut kok; seminggu sebelum berangkat kuputuskan untuk membeli travel insurance AIG, just because. Aku pun kembali memastikan itinerary bahwa kami tidak lama berlama-lama di Istanbul, 2 hari saja cukup.

July 11, 2016

Behind the Scene of Turkey Trip

Merhaba! Hari pertama setelah libur Lebaran usai, saatnya kembali membanting tulang untuk menutupi pundi-pundi yang bocor *insert cry emoticon* Bocor? Iya, kawan. Kantongku bocor sebanyak 14,086,600 IDR alias empat belasan juta rupiah. Itu duit ya, bukan daun kering yang berjatuhan karena peralihan ke musim gugur :(


One of the beautiful memories: Haga Sophia (Ayasofya), Istanbul

Sebelum berbagi trip review selengkapnya tentang Turki, ada baiknya aku menceritakan bagian nyesek bin pedih bin penyebab sakit hati dulu ya, sekalian agar aku bisa langsung move on dari segala pengalaman 'indah' ini, hehehe... Alkisah, perjalanan ke Turki ini bermula dari penawaran sang dewa tiket promo, Bang Adi, awal Maret 2016 lalu:
Lin, mau ke Turki nggak? Ini ada tiket promo 4,8 juta (IDR) lho padahal harga normalnya paling murah 9 juta-an
Bukan Erlin namanya kalau nggak 'tertantang' mendengar dua kata "tiket promo". In the end, sepaket tiket PP Malaysia-Turki sukses di-booked seharga 4,970 juta IDR saja, terdiri dari lima connected flights: 1) Malaysia Airlines 1034 Johor Bahru-Kuala Lumpur, 2) Qatar Airways 849 KL-Doha, 3) Qatar Airways 245 Doha-Istanbul, 4) Qatar Airways 246 Istanbul-Doha, dan 5) Qatar Airways 846 Doha-KL. Harganya naik seratus ribu hanya dalam beberapa jam, that's exactly why pemburu tiket promo punya sifat kompulsif yang hanya butuh waktu berpikir 3 detik. Nah, setelah tiket diri sendiri fixed, baru deh aku merekrut travelmates. Kali ini, Aldo Aribama Siahaan dan Ananda Goentoer Lumbantobing yang siap menjadi partner jalan-jalan di Turki. Tiket mereka kemudian sukses di-issued dengan kode booking yang berbeda dariku.

June 16, 2016

Body-Shaming in South Korea

Readers yang sudah membaca dua review Seoul trip-ku pasti notice, "Lho, kenapa cerita ini nggak masuk di trip kemarin?"

Alasannya, karena aku tidak ingin menjatuhkan citra Korea Selatan di mata para calon-traveler. Satu hal yang kusadari setelah beberapa kali menulis cerita perjalanan adalah betapa berpengaruh cerita versiku dan sudut pandang pribadiku terhadap cara pandang pembaca atas suatu destinasi. "Kayaknya ke Shenzhen itu gak worthy ya, Lin, jadi males kesana setelah baca blog-mu." Ucapan bernada serupa juga datang dari beberapa orang lain yang meminta saran destinasi untuk ke Hong Kong. Wah. Padahal Shenzhen itu sangat menarik untuk dikunjungi, hanya saja aku tidak betah dengan tingkah laku para pribuminya yang jauh dari kesan menyenangkan.

Changdeokgung Palace, Seoul, Korea Selatan

Ide menulis tentang topik ini muncul akibat membaca artikel "Tackling Body-Shaming in South Korea" yang mengungkap kisah prihatin seorang cewek blasteran Korea-Kazakhstan yang di-bully teman sekolahnya di Korea karena memiliki badan plus-size alias berisi.

It's okay to be ugly, but being fat is unforgivable // Jelek bukan masalah, tapi berbadan gendut tidak dapat dimaafkan.
Cewek Korea-Kazakhstan dalam artikel tersebut

May 29, 2016

Berlabuh di Labuan Bajo - Flores Trip

Nusa Tenggara Timur (East Nusa Tenggara) adalah satu dari lima Daftar Keindahan Laut Mutlak versiku sendiri (bersaing dengan Raja Ampat, Derawan, Wakatobi, dan Pulau Weh), sehingga mencoret NTT dari To-Visit-List adalah suatu pencapaian yang sungguh amat begitu membanggakan, dan layak kuberi gelar: Trip of The Year! 

Berbeda dengan trip yang biasa, kali ini aku berpetualang dengan metode "share cost." Hah? Baru kali ini emangnya, Lin? Yuhuuu... Readers tahu dong ya bahwa aku tipe planning maniac alias selalu suka membuat jadwal/itinerary sendiri. Atau, kalau malasnya sedang kambuh atau kekurangan teman jalan, aku akan menjajal open trip yang diperoleh dari berbagai sumber informasi.

"Touring Flores Mei 2016", nama grup WhatsApp yang menjadi wadah para "share cost"-er penyewaan kapal. Terdiri dari 16 orang yang mayoritas berasal dari Surabaya, kami adalah orang-orang yang berkumpul karena sukses kena iming-iming keliling Flores dengan biaya IDR 800K saja. Wow! Hanya 800 ribu untuk perjalanan keliling pulau-pulau di NTT selama 3H2M (3D2N), jika dibandingkan dengan tawaran penjual jasa trip maker di berbagai lapak yang minimum 2 juta... it's like a dream come true!

Tawaran ini kutemukan pertama kali di salah satu thread grup FB Beautiful Indonesia yang menceritakan indahnya Flores, NTT. Di salah satu komentar, ada Mas Budi yang mengajak member grup untuk ikut dalam rencana grupnya share cost kapal keliling Flores selama 3H2M dengan estimasi harga 800K. Demikian lah cerita intro perjalanan Flores Trip-ku.


Pesona Labuan Bajo sukses bikin jatuh cinta pada pandangan pertama

Trip review kali ini akan kubagi dalam dua bagian. Pertama, tentang kisah selama di daratan alias di Labuan Bajo beserta itinerary and expense list selengkapnya. Kedua, tentang cerita living on board yang menyimpan begitu banyak kenangan dan kebaperan. Cihuuuyy!

May 27, 2016

Living on Board - Flores Trip

Fotonya boleh blur. Kenangannya enggak. :)

Senin, 23 Mei 2016.
Kapal kami baru mulai melaut sekitar jam 8 pagi karena surat izin Syah Bandar belum terbit. Seharusnya sih jam segini kami sudah mulai bertualang di tengah laut hehe.. Pelajaran nih buat teman-teman yang mau sailing, jangan lupa mengurus surat izin dengan menyetor nama lengkap beserta nomor identitas (KTP/SIM/Paspor) kepada awak kapal/petugas pelabuhan. Kantor Syah Bandar yang baru buka jam 7 pagi bisa bikin gagal berangkat subuh soalnya. :(

Perhentian pertama: Pulau Kenawa. Pulau yang dimiliki oleh WNA ini menyimpan pesona atas dan bawah laut. Setelah Captain (Capt.) memberi tanda aman, tanpa berlama-lama lagi kami semua langsung nyebur lengkap dengan peralatan snorkeling dan action cam masing-masing. Ups, bukan "kami" sih, karena sayangnya aku malah kedatangan tamu tepat di hari mendarat di Labuan Bajo :( Selain aku, Mas Fahmi sang pemilik lensa tele dan Mas Tri Warso yang sesama punggawa keuangan negara juga tidak ikut nyebur. Aku ngiler juga sih sebenarnya melihat dermaga Pulau Kenawa yang begitu apik, begitu instagrammable. Untuk menuju kesana, kami harus membayar perahu kecil lagi karena kapal besar tidak bisa mendekat ke dermaga. Aku hanya bisa memandangi keseruan mereka berfoto-foto dari jauh. Cie, Erlin baper...

Dermaga Pulau Kenawa. Dari kejauhan :(

Nggak sedih-sedih banget sih, udah pernah nyicipin Bunaken yang jauh lebih indah soalnya hehe

Starfish!


Puas basah-basahan, kami langsung disambut makan siang pertama di atas kapal hasil olahan Bunda, panggilan sayang kami pada ibu juru masak di kapal. Nikmat banget rasanya! Apalagi makan beramai-ramai 14 orang lainnya yang terlihat begitu lahap mengunyah hidangan seafood segar, makananku pun semakin terasa nikmat :)

May 13, 2016

Kamsahamnida, Seoul!

Day 3. Jumat, 6 Mei 2016
Karena ini adalah hari terakhir menginap di Leo GH Hongdae, aku dan Mama memutuskan bangun lebih awal untuk packing lalu menitipkan koper + ransel di loker Hongdae St. Ngomong-ngomong soal loker... opsi ini sebenarnya sangat meringankan beban backpacker asal siap membayar sekitar 12ribu KRW alias 138ribu IDR untuk sewa loker setengah hari ukuran 50cm x 40cm x 20cm. Mahal? Banget! Tapi lumayanlah daripada harus bawa koper dan ransel 10 kg selama keliling-keliling kan?

Masih ingat dengan kisah "aku dibohongi Google" di post Part 1? Di hari ketiga ini aku malah merasa kecewa dan jengkel karena justru tidak mempercayai informasi Google. Jadi, ketika aku mengecek "Seoul weather may 2016" bulan lalu, Google menunjukkan padaku bahwa pada Jumat, 4 Mei 2016 Seoul akan didatangi hujan deras yang cukup awet. Nah... aku lupa akan hal ini, ehm, "sengaja melupakan" sih sebenarnya karena aku trauma dengan perkiraan 24℃-nya.

Keinginan pake hanbok belum tercapai :(

May 11, 2016

Annyeonghaseyo, Seoul!

Korea Selatan! Siapa yang nggak langsung membayangkan muka-muka manis, kulit putih, hidung mancung, dagu lancip saat nama negara ini disebut? Aku, salah satunya. Bagiku, Korea Selatan adalah tentang SNSD, Super Junior, dan Kim Jong Kook 'Running Man'. Kalo ditanya tentang tempat wisatanya... hmm... Nami Island? Istana khas Korea? Selain itu: blank.

Nami Island!

Ketidaktahuan ini jugalah yang membuat aku tidak begitu bernafsu untuk mengunjungi Korea Selatan. Namun akhirnya... segala hal tadi langsung terpatahkan begitu sang Ibunda Ratu a.k.a Mama awak a.k.a si Emak mengucapkan sebaris kalimat sakti:
De, kalo kwa ada tiket promo ke Korea, manjo torang pigi neh? (De, kalau ada tiket promo ke Korea, ayolah kita pergi ya?)
Alhasil di bulan September 2015, tiket AirAsia X KUL-ICH PP sukses di-booked hanya dengan Rp1,9juta saja (sembah sujud Bang Adi, sang Raja Promo) Selanjutnya, aku memutuskan untuk hanya keliling Seoul, tanpa menyambangi Busan apalagi Pulau Jeju. Waktu dan biaya memang tidak memungkinkan untuk extend the destination keluar Seoul.

Nah, what's so special about this trip? Ini adalah pertama kalinya aku akan mengajak mamaku backpacking. Dan sesungguhnya, selain Jepara Trip yang di-organize oleh rekan kerja Mama, ini juga pengalaman pertama kami travelling berdua. Wow! It's gonna be fun!

Oh ya, untuk menjawab teman-teman yang selalu mempertanyakan: "Kok bisa sih Erlin jalan terus?"... I will say, bisa banget! Do you guys know that jatah cuti adalah harta paling berharga di dunia kerjamu? You may get big salary, great boss, friendly co-workers, tapi kalo kamu ga punya jatah cuti.. ya udah wassalam aja. Di Seoul Trip ini aku tidak mengambil cuti tapi memanfaatkan libur panjang 2 hari + weekend, namun ditambah izin sehari yang memakan 5% gaji sebagai sanksi. Hiks.

Hari Selasa, 3 Mei 2016 aku memulai Seoul Trip dengan maskapai Malaysia Airlines seharga Rp737,6K per orang untuk menuju Kuala Lumpur. Belum apa-apa, aku sudah melakukan blunder, hahaha. Ternyata... tiket CGK-KUL sudah pernah kubeli di bulan Oktober 2015 yaitu dengan maskapai AirAsia seharga Rp309K per orang. Entah harus menyalahkan siapa atas amnesia separuh ini :)) Perjalanan ke Korea Selatan kemudian ditempuh dengan AirAsia X selama 6 jam terbang dengan tujuan akhir Incheon International Airport.

February 13, 2016

Wisata Selfie (dan Macet!) di Lembang

Sebagai seorang pegawai tetap (cie, bukan "magang/CPNS" lagi) dunia kantor sudah mulai berasa melelahkan. Hahaha. Hari libur sehari pun tidak disia-siakan. Tanpa berlama-lama, aku, Kak Putri, Agung dengan menyeret serta seorang additional member bernama Billy Gustyan, langsung merencanakan runaway trip ke Lembang saat libur Imlek. Sayang sekali... lelaki yang doyan berpose hot itu tidak bisa ikut nge-trip karena alasan yang sama yang pernah kuceritakan di BogorJuara-Curug trip review. Hahaha. Jadilah kami bertiga siap menjamah Lembang!


Susah banget dapetin foto full team :')

Day 1. Sabtu, 6 Februari 2016. 
Jika readers pikir drama kejar-kejaran kereta dan pesawat hanya terjadi di FTV dan sinetron picisan pada umumnya, well, berarti aku adalah aktris pendatang baru di industri ini. Hahaha! Kereta kami berangkat jam 05.00 tapi aku malah baru bangun jam 04.34. Super sekali kan? Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus, kami bertiga sukses berangkat dengan full team.


Scooter lucu di halaman hostel tempat kami menginap

Farmhouse adalah destinasi pertama kami. Karena tujuan utama trip ini adalah cuci mata dan selfie sebanyak-banyaknya, otomatis kaki kami hanya melangkah mengikuti langkah pengunjung lainnya, hahaha. Awalnya sok-sokan pengen foto berlatarkan pagar berhiaskan gembok warna-warni, eh apa daya space-nya kurang luas untuk kami bertiga. Cus, pindah ke spot lain!




Farmhouse Lembang pada dasarnya menyajikan miniatur pemandangan alam pedesaan yang sedikit banyak meniru suasana pedesaan Eropa. Aku langsung jatuh cinta melihat domba (foto di atas) yang sedang asyik merumput tanpa merasa terganggu dengan riuhnya pengunjung sekitar 'lapangan rumput'. Lihat dong betapa gendut dan tebalnya bulu kedua domba ini, AAAWW~

January 31, 2016

Bogorjuara, Juaranya Curug

Apa kekuatan dari suatu trip organizer (TO)? Cuma dua hal: Produk dan si penjualnya sendiri. So, ketika barang yang dijual si TO udah 'pasaran' seperti Pahawang, Karimunjawa, atau Pulau Seribu... satu-satunya cara untuk memikat konsumen adalah dengan memberikan pelayanan maksimal.

Lalu apa jadinya jika si TO memonopoli pasar, alias produknya adalah the one and only di dunia per-traveling-an ini? Well... here is our story:


Atas: Titis, Devi, Yiska, Veri, Jatu (on the hammock)
Bawah: Baim, Erlin, Dessy, Nopri, Illa

Adalah BogorJuara, suatu TO yang digawangi sekitar 4-5 orang (not really sure) anak muda berdomisili di Bogor dan sekitarnya. Awal mula kutemukan TO ini adalah ketika sedang asik exploring di Instagram, lalu melihat suatu foto underwater yang cuamik tenan. Tanpa berlama-lama, langsung kukabari Geng Barbietch (consists of Nopri and Agung) dan meracuni mereka dengan foto-foto BogorJuara. Tentunya bagi PNS doyan berpetualang + selfie, racun ini sulit untuk ditolak! Hahaha. Segeralah kami menghubungi juragannya yang kami kenal dengan nama "Bang Ambo".

Salah satu trip yang dijajakan BogorJuara, dan yang sukses menyita perhatianku, adalah wisata curug: menyambangi tujuh curug tersembunyi di kawasan Sentul/Bogor mulai dari pukul 5 pagi hingga 3 sore. Trip ini seharga Rp200.0000,- per orang, exclude biaya transportasi dari dan menuju curug.