April 09, 2014

Sepenggal Kisah Tentang Suku Sasak (dan Pak Sopir Taksi)


Suku Sasak adalah suku asli penduduk Pulau Lombok. Mereka menggunakan Bahasa Sasak dan mayoritas menganut agama Islam. Ya, memang jauh berbeda dengan tetangga pulau sebelah, Bali, yang mayoritas beragama Hindu. Aku semacam mengalami culture shock begitu menginjak Pulau Lombok. (read the trip here)
Penjelasan lebih rinci tentang Suku Sasak dapat dibaca disini, readers.


source: http://sosbud.kompasiana.com
Kisah pertama tentang Suku Sasak kuperoleh dari hasil nguping 'wawancara'-nya Lely dengan supir mobil yang mengantar kami dari Pelabuhan Lembar ke Mataram. Dalam perjalanan, kami dua kali berpapasan dengan iring-iringan pengantin adat Sasak. Pak Sopir kemudian bercerita tentang kebiasaan buruk rombongan pengantin yang suka mabuk-mabukan dan membuat keributan ketika mereka melewati jalan raya. Tujuannya sih bagus, agar tercipta keramaian yang menggambarkan sukacita sang pengantin hari itu. Tapi akibatnya? Membuat macet di jalan raya & menimbulkan kegelisahan masyarakat! Gara-gara rombongan mabuk ini, tidak sedikit traveler yang telat mengejar pesawat karena stuck macet dalam perjalanannya menuju Praya, lokasi Bandara Internasional Lombok (BIL). Waduh, parah juga ya.


Hari kedua di Pulau Lombok, kami menyambangi Desa Sade, desa yang ditempati oleh warga Sasak dan masih sangat mempertahankan keasliannya. Hal itu bisa dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah. Bangunan itu disebut "bale". Di desa ini terdapat 8 jenis bale: Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah, dan semuanya dibedakan berdasarkan fungsinya. Disini terdapat 150 Kepala Keluarga (KK) dan total penduduknya sekitar 700 orang. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu (hanya tiga kali sholat dalam sehari), tapi sekarang banyak yang sudah meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya.


Selain keunikan rumah dan agama yang dianut, ada juga keunikan dalam hubungan pernikahan warga Sasak. Mereka menerapkan pernikahan sedarah (incest) dalam memilih pasangan. Biasanya pria Sasak akan menikahi sepupunya sendiri dengan alasan tidak perlu membayar mahar karena masih bersaudara. Menurut penjelasan dari tour guide kami saat itu, pria Sasak takut tidak sanggup membayar mahar yang biasa diminta oleh gadis non-Sasak (seringkali berupa 1-2 ekor kerbau), sehingga pernikahan sedarah lebih diutamakan.

Nah, sekadar saran untuk readers yang ingin menikahi gadis Sasak: culik gadis itu, bawa lari tanpa sepengetahuan keluarganya, bila sehari semalam tidak ada kabar maka dianggap gadis itu telah menikah!
Menculik untuk menikah lebih kesatria dibandingkan meminta kepada orang tuanya, itulah tradisi yang dipegang teguh oleh Suku Sasak dalam adat-istiadat pernikahannya. Untuk urusan perjodohan, suku ini menyerahkan semuanya pada sang anak. Bila keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk menikah, culik saja anak gadis itu kemudian titipkan ke kerabat laki-laki. Setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya telah diculik. Istilah setempat untuk proses 'penculikan' ini adalah "merarik". Kurang unik apalagi, ya? :D

Hal unik selanjutnya adalah kebiasaan membersihkan lantai rumahnya. Lantai rumah mereka sekilas nampak terbuat dari semen, tapi ternyata bahan utamanya adalah pasir. Untuk membersihkan lantai rumahnya, warga desa Sade menggunakan kotoran sapi yang dicampur dengan air setiap seminggu sekali. Tujuannya adalah lantai tetap hangat di musim hujan, namun dingin di musim panas. Memang benar adanya, lho! Hawanya sejuk sekali dalam rumah ini, meskipun cuaca di luar terasa gerah. Meskipun menggunakan kotoran hewan, tidak ada bau tidak sedap tercium dari rumah ini. Selain itu kebiasaan unik ini terbukti ampuh mengusir nyamuk juga! Tertarik mencoba, readers? :p



In the end, I got a Sasaknese taxi driver! Hahaha... suatu kebetulan yang menyenangkan ya? Sopir taksi yang mengantarku ke bandara ini ramah luar biasa, baru 5 menit jalan dari rumah Donny, aku langsung ditanya originality-nya. Pak Sopir kayaknya senang banget ketemu orang Manado yang travelling ke Lombok, mukanya langsung sumringah gitu. Dia juga sempat memuji kecantikanku yang katanya sangat ke-Timur-an, bwahahaa~ *langsung ngasih tip :p*

Obrolan kami paling menarik adalah ketika dia curcol (curhat colongan.red) tentang kehidupan rumah tangganya. Obrolan itu dimulai dengan sebuah cerita & pernyataan: "Mbak Erlin, istri saya sering ngirim uang untuk orang tuanya tanpa sepengetahuan saya. Menurut Mbak, apa alasan dia ngelakuin itu?"
Dan tidak butuh waktu lama bagiku untuk memancing Pak Sopir mencurahkan ceritanya...

Pernikahan Orang Sasak
(source: http://radio.ilombok.net)
Pak Sopir ini pernah punya pacar sebelum akhirnya ketemu istrinya. And guess what, sang istri adalah sahabat pacarnya yang sering menjadi tempat curhatan disaat Pak Sopir sedang bermasalah dengan pacarnya. Mereka pacaran 8 tahun, tapi akhirnya putus juga karena suatu hal krusial. Sedangkan dengan istrinya itu, dia hanya pacaran selama 2 bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah. Nah, pernikahan mereka ini sebenernya ditentang oleh orang tua pihak wanita karena..... this is the most unexpected part. Karena Pak Sopir dinilai jarang mengapeli anak perempuan mereka! Jrengjreng~ What a reason! Aku cuma bisa ketawa ngakak pas mendengar alasan itu :p
Jadilah Pak Sopir melarikan pacarnya selama 3 hari, diinapkan di rumah saudaranya. Setelah 3 hari kemudian diutuslah seorang wakil dari pihak pria menemui orang tua wanita dan dilakukan proses peminangan.
Sekarang mereka sudah hidup bahagia bersama, meskipun belum dikaruniai momongan. Tapi ya itu, masih ada masalah yang belum terselesaikan: ketidaksukaan mertua kepada Pak Sopir. Mungkin itu alasan kenapa istrinya Pak Sopir suka diam-diam kalo memberi uang ke orang tuanya, mungkin dia takut kalau Pak Sopir akan menunjukkan ketidaksukaannya. Itulah jawaban yang kuutarakan kepada beliau. Dan Puji Tuhan, jawaban itu diterima dengan lapang dada. Beliau akhirnya berjanji akan terus berusaha memperbaiki hubungannya dengan sang mertua, dan mengajak istrinya untuk selalu berterus-terang satu dengan yang lain. DUH! Kok aku merasa jadi konsultan pernikahan ya? Pacar aja belum ada lho~ *KODE*

Senangnya bisa menjalin pertemanan yang baru dengan Pak Sopir, meskipun entah kapan kami akan bertemu lagi :') Ya, salah satu bagian paling menyenangkan dari solo traveling adalah mudahnya bersosialisasi dengan penduduk setempat! Kita tidak akan sibuk dengan partner atau kelompok kita sendiri, jadi lebih banyak waktu & kesempatan untuk ngobrol dengan orang-orang asing di sekitar kita :)

Aku belajar banyak hal baru di trip kali ini. Thank you so much, Lombok! \^o^/

April 03, 2014

BALOK Trip: Rayuan Pulau Lombok

lanjutan dari posting BALOK Trip: Pesona Pulau Dewata...

Finally, Pulau Lombok!! Feri yang kami tumpangi ternyata on time sehingga tepat 4 jam kemudian berlabuh di Pelabuhan Lembar, Lombok. Kali ini aku malah kecewa karena jadwalnya tidak ngaret :( Padahal aku berharap bisa menyaksikan sunset dari atas feri yang melaju di Selat Lombok, tapi apa daya kami menyentuh pelabuhan tepat pukul 16.00 sore.
Dari Pelabuhan Lembar menuju rumah Donny di Mataram, aku memilih opsi termurah: angkutan umum! Angkutan umum di sini adalah mobil Carry berkapasitas +- 10 orang yang ongkosnya dapat dinego terlebih dahulu dengan sang sopir. Kali itu kami ditawari Rp20.000,-/org untuk Lembar-Mataram, harga yang sangat terjangkau dibandingkan naik taksi Bluebird dengan tarif Rp120.000,- untuk rute yang sama.

Setibanya di Mataram pukul 16.30 WITA, kami langsung disambut senyuman ramah keluarga Donny Wijaya. Kamar Donny pun langsung kami jajah untuk 3 hari ke depan :') Makasih yah Don~


Malamnya kami dibawa Donny berkeliling kota Mataram, nggak seluruh kota sih. Tapi kami jadi tahu letak Jalan Cakra, masjid agung, mall dan alun-alun kota Mataram, serta.... mencicipi AYAM TALIWANG! Hmm, rasanya memang beda dengan ayam Taliwang yang ada di Jakarta. Rasanya lebih orisinil! Apalagi dengan sambel terong yang....duh! Pedassss~


THE INITIAL ITINERARY
DAY 1 : Desa Sade, Pantai Kuta, Tanjung Aan, Mawun, Pusuk, Pel. Bangsal (ke Gili)
DAY 2 : Gili Trawangan, eksplorasi 3 Gili, (balik Lombok), Malimbu, Senggigi
DAY 3 : Senaru, Sendang Gile, Kerandangan, Tiu Kelep, Taman Narmada, Pura Lingsar
DAY 4 : Pantai Tangsi dan pantai-pantai di timur Lombok, city tour Mataram.

Di atas tadi adalah itinerary awal yang aku buat dengan semangat menggebu-gebu setelah berkonsultasi dengan Mbah Google (dan 'mencuri' ide-ide berbagai travel blog) serta mempertimbangkan keinginan teman-teman yang lain: Kunto ingin berenang, Lely ingin snorkeling & wisata kuliner, dan Aldo ingin ke Pantai Tangsi yang terkenal dengan pasir merah jambu-nya. Tentu saja tidak lupa memasukkan keinginan pribadiku: menyambangi air terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep! Yeay, this Lombok trip is gonna be sooo~ AWESOME!


THE REAL TRIP
Manusia memang hanya bisa berencana, tapi Tuhan jugalah yang menentukan. Malam sebelumnya kami sudah janjian dengan Dendy, teman sekelas Kunto di tingkat 3, yang bersedia menjadi tour guide selama kami di Lombok. Dendy telah menyetujui itinerary yang kami ajukan, sehingga rencananya dia akan menjemput kami di rumah Donny jam 8 pagi untuk memulai trip Day 1.
Nyatanya cuaca buruk 'menyerang' Lombok beberapa hari terakhir, tak terkecuali hari Kamis, 20 Maret 2014 ini. Hujan yang turun dengan awetnya membuat jadwal kami berantakan. Penasaran? Keep on reading, guys...

09.05 WITA - Kami tiba di Desa Sade. Pulau Lombok dihuni oleh berbagai suku bangsa, 80% diantaranya adalah suku asli pulau ini yaitu Suku Sasak. Suku ini masih dekat dengan suku Bali, tetapi sebagian besarnya memeluk agama Islam.



Kerajinan tangan berupa kain tenun milik Suku Sasak

Lely diajari menenun kain oleh gadis cilik suku Sasak

Salah satu cerita menarik tentang kebiasaan Suku Sasak adalah kebiasaannya membersihkan rumah. Rumah mereka sangat sederhana, dibangun dengan berbagai bahan sederhana yang bisa ditemukan dengan mudahnya. Lantai rumah mereka sekilas nampak terbuat dari semen, tapi ternyata bahan utamanya adalah pasir. Untuk membersihkan lantai rumahnya, kaum Sasak menggunakan kotoran sapi yang dicampur dengan air setiap satu minggu sekali. Tujuannya adalah lantai tetap hangat di musim hujan, namun dingin di musim panas. Memang benar adanya, lho! Hawanya sejuk sekali dalam rumah ini, meskipun cuaca di luar terasa gerah. Meskipun menggunakan kotoran hewan, tidak ada bau tidak sedap tercium dari rumah ini. Keren ya, readers?


Belajar menggulung benang dari kapas menggunakan alat tradisional Suku Sasak

Time to shop! Gelang tenunan Sasak ini dihargai Rp5.000,- per piece-nya

Thank you for the warm welcome, warga Desa Sade! :)

10.11 WITA - Tibalah kami di destinasi kedua, Tanjung Aan. Dalam perjalanan kesini kami melewati Pantai Kuta dan berbagai pantai lainnya yang masih perawan, alias belum terjamah wisatawanl. Kami sering berpapasan dengan turis-turis asing yang membawa papan surfing diatas motornya, tapi tujuan mereka adalah Pantai Mawun yang terkenal memiliki ombak kencang dan pemandangan indah.

Pasirnya unik, berbentuk bulat mirip merica :D

Menaiki tangga batu untuk mendaki bukit kecil

Pemandangan pantai Tanjung Aan dari bukit

Ah, pemandangan sespektakuler ini sayangnya tidak disertai dengan langit cerah. Langit mendung berwarna kelabu ini cukup berhasil merusak mood-ku untuk hunting foto-foto indah di Tanjung Aan. Satu hal penting yang mengingatkanku untuk tidak pernah lupa mengucap syukur pada Tuhan atas langit biru, cahaya matahari, angin sejuk, dan udara bersih yang diberikannya untukku :)



Yak, pose andalan! :D

Tiga unsur yang berbeda menyatu dengan indahnya di sini!




Seekor anak anjing milik warga setempat, lucunyaaa~

Kejadian paling seru sekaligus menegangkan adalah saat kami ingin menyambangi Batu Payung. Batu Payung adalah sebuah batu besar yang berbentuk payung, terletak sekitar 30 menit (jalan kaki) dari pantai Tanjung Aan yang bisa ditempuh jika air laut sedang surut. Saat itu air laut tengah pasang sehingga kami pun menyewa perahu dengan tarif Rp100.000,- untuk menuju ke Batu Payung.


Ekspektasi awal kami adalah begitu turun dari perahu nanti, kami tinggal berjalan sedikit lagi untuk mencapai Batu Payung. Ternyata, kami masih harus trekking lagi! Dan bukan sembarang trekking, kami harus naik-turun karang di tepi pantai sambil terus-menerus diterjang ombak dan hujan yang mulai turun rintik-rintik. DUH! Just FYI, guys, saat itu aku masih pilek berat dan baru saja sembuh dari demam ringan malamnya :( Kebayang dong apa yang terjadi dengan diriku selama perjalanan trekking? *ketawa-ketawa mengingat perjuangan saat itu*




In the end.... kami tidak bisa mencapai sang batu! Karena air laut begitu tinggi, hamparan pasir yang biasanya bisa dilewati untuk menuju Batu Payung menghilang. Kami memuaskan diri berfoto dari kejauhan saja.

BASAH, CAPEK, tapi BAHAGIA! \^0^/
Penampakan Batu Payung dari dekat

The journey must goes on! Pukul 15.54 WITA kami tiba di Pelabuhan Bangsal yang melayani penyeberangan Lombok-Gili Trawangan dan gili-gili lainnya. Dengan harga tiket Rp13.000,-/org kami pun siap menjajah Gili Trawangan! Anyway, terima kasih buat Dendy & Chitra yang sudah menjadi tour guide untuk hari ini! You guys rock! :)

Pelabuhan Bangsal

Pelabuhan Bangsal menjelang sunset

Sate Ikan Tanjung, kaya rasa kaya gizi...yummy! :9

Gili Trawangan adalah sebuah pulau yang sangat eksotis! Begitu menjejakkan kaki di pulau ini, pikiran kami yang pertama adalah: "WHERE ARE WE?! STILL IN INDONESIA, EH??" karena sejauh mata memandang, muka-muka turis asing akan memenuhi jarak pandang kita. Turis Amerika & Eropa menjadi mayoritas 'penduduk' di sini.


Saat masih merencanakan itinerary tur Lombok, kami saling bertanya-tanya: "Mahalkah biaya hidup di Gili Trawangan ini?" Jawabannya: "Tidak!" Harga sewa kamar bervariasi mulai dari Rp150.000,- saat itu kami cukup beruntung mendapat bungalow 2 KT + 1 KM dengan harga Rp300.000,- yang nyaman. Untuk makan malam, kami nangkring di pasar malam tempat penjual makanan tradisional berkumpul di Gili Trawangan. Harga nasi gorengnya start from Rp12.000,- tergantung lauk yang kita pilih. Jika ingin keliling pulau, kita bisa menyewa sepeda dengan tarif Rp35.000,- per hari. Murah, bukan?
Tapi, jika berencana belanja oleh-oleh + menikmati kehidupan ala turis di sini, wajib menyiapkan dana lebih. Karena yang mahal di Gili Trawangan adalah "biaya senang-senang"-nya!






Jumat, 21 Maret 2014
Karena (lagi-lagi) terserang demam, aku tidak ikut berburu sunrise dan jalan-jalan pagi di Gili Trawangan :( Thanks to Aldo, Kunto, Lely, dan Donny for taking such beautiful pictures.

Sunrise di dermaga Gili Trawangan







Sesuai jadwal yang diberikan pemilik penginapan, jam 10.00 kami berkumpul di dekat dermaga untuk memulai tour 3 Gili + snorkeling. Tarifnya Rp120.000,-/org termasuk makan siang di Gili Air, sedangkan untuk aku yang tidak ikut snorkeling membayar Rp90.000,- untuk tarif boat dan makan siang.


Why don't you go snorkeling? adalah pertanyaan paling sering kudengar dari turis-turis sesama peserta tour untukku. Secara singkat aku hanya menjawab: "I like photography more, I enjoy capturing these beautiful scenes better than seeing those underwater." Padahal....aku trauma snorkeling! Pengalaman pertama (dan terakhir) snorkeling-ku adalah ketika trip Kep. Seribu. Mungkin aku harus belajar berenang dulu baru bisa benar-benar menikmati pengalaman snorkeling, yah. Entahlah.




Seorang turis asal Jerman yang duduk disebelahku terlihat begitu senang menikmati masa liburannya di Gili Trawangan. Aku iseng-iseng menanyainya, "Why it has to be Gili Trawangan? I mean, there's Bali, Sumbawa, and another exotic islands in Indonesia." Jawabannya mudah saja: "I did some research in internet and I found Gili Trawangan. This place is such a paradise! I've been to Bali 8 years ago, and Bali isn't the same anymore for me. Bali has changed. Besides, Gili Trawangan is cheaper!" Hahaha.... pernyataan terakhirnya wajib diacungi jempol! Aku seperti bertemu kawan seperjuangan backpacker di sini :') Senangnya~
Tidak berhenti di situ, aku tetap mempromosikan keindahan Indonesia lainnya dan menyarankan dia mengunjungi Raja Ampat. "Raja Ampat is way more paradise, you should go there when you have enough money!" Inginnya sih promosi Bunaken, tapi...janganlah, nanti makin nyampah aja mereka di Bunaken sana :p See you in Raja Ampat next year, Sir!


Pukul 16.58 WITA kami kembali menginjakkan kaki ke Pulau Lombok. Thank you Gili Trawangan untuk kenangan indahnya :)


Dalam perjalanan kembali ke Mataram, kami singgah sebentar ke Bukit Malimbu. Bukit Malimbu merupakan daratan tinggi terusan area Pantai Senggigi, terletak di kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Di sini Anda bisa menikmati hamparan pasir putih yang terbentang di hadapan bukit. Dari atas bukit, Anda akan disegarkan oleh pemandangan alam terbuka yang sangat mempesona. Indahnya matahari terbenam akan menjadi pemandangan yang tak terlupakan. Selain itu, Anda bisa menikmati pemandangan gunung Agung di Bali dan deretan gili-gili (pulau) di bagian utara pulau Lombok.






Nah, readers, di sinilah perjalanan tur Lombok berakhir bagiku. Malamnya aku kembali diserang demam tinggi sehingga Sabtu, 22 Maret 2014 aku terkapar di kamar Donny seharian untuk pemulihan. Puji Tuhan, seorang sahabat di kelas 3J (SOULJAH) menjemputku untuk diajak ke rumahnya: Ingga Sri Safariantini. Kakaknya Ingga, Mbak Anggun, adalah seorang dokter yang berpraktik di daerah Senggigi. Terima kasih banyak untuk Ingga, Mbak Anggun, dan Papa-Mamanya yang sudah menerima kami bermalam-mingguan :')
Aku akhirnya kembali ke Jakarta hari Minggu (23 Maret 2014) pagi dengan pesawat Lion Air dan meninggalkan ketiga kawan-kawanku di rumah Donny. Dalam hati aku berjanji akan kembali lagi ke Lombok menyelesaikan itinerary trip dan mengunjungi Senaru, Sendang Gile, Kerandangan, Tiu Kelep, Taman Narmada, Pura Lingsar, Pantai Tangsi dan pantai-pantai di timur Lombok. AMEN!

PS. Belajar dari pengalamanku ya, readers, jangan pernah meremehkan sakit sekecil apapun menjelang/saat nge-trip. Pilek, batuk, demam ringan, apapun itu segeralah minum obat! Jika ada teman yang sakit, kita harus mencegah penularan dengan mengonsumsi vitamin. Sakit saat nge-trip itu penderitaan banget! :(

We'll see you again, Lombok!!! :*


-- THE END --

*biaya selama perjalanan Bali-Lombok-Jakarta*
Rp20.000,- angkot ke Mataram
Rp10.000,- makan warung nasi
Rp35.000,- makan ayam taliwang
Rp37.500,- bensin Day 1
Rp10.000,- jajan indomaret
Rp22.000,- sewa perahu ke batu payung
Rp20.000,- makan mie ayam
Rp5.000,- desa sade
Rp20.000,- beli gelang di sade
Rp13.000,- boat ke Gili Trawangan
Rp60.000,- penginapan
Rp12.000,- makan malam
Rp90.000,- boat + lunch
Rp13.000,- boat balik Bangsal
Rp42.000,- mobil balik Mataram
Rp115.000,- beli oleh-oleh di Cakra
Rp150.000,- taksi ke bandara
Rp25.000,- airport tax
Rp25.000,- makan siang @ Soto Kriuk
Rp35.000,- Xtrans ke Bintaro
Rp203.000,- tiket KA Banyuwangi-Jogja-Jakarta (+biaya admin)*
TOTAL: Rp962.500,- 

GRAND TOTAL BALOK TRIP = Rp1.418.000,-
(Rp950.000,- tiket pesawat Lion Air Praya Lombok - CGK Jakarta)**

(*) tiketnya hangus karena tidak terpakai
(**) tidak masuk anggaran biaya trip