May 25, 2019

Penjara, Kastil, dan Bar Dublin - England-Ireland Trip Pt. 5

Akhirnya, rangkaian cerita England-Ireland Trip ini sampai juga di Dublin, ibukota-nya negara Republik Irlandia. Untuk memasuki negara ini, kita sebagai pemegang paspor Indonesia wajib bikin visa Irlandia dulu. Beda halnya jika kita hanya ingin mengunjungi Belfast, ibukota dari negara Irlandia Utara, tidak perlu punya visa lagi selain visa UK. Itu karena negara Irlandia Utara adalah bagian dari United Kingdom, dipimpin oleh monarki Ratu Elizabeth II. Susah nggak, Lin, bikin visa Irlandia? Ribet! Baca cerita lengkapnya di sini dulu deh 😝

Blog post kali ini akan bercerita tentang sejumlah main attractions yang aku dan Bang Adi kunjungi selama satu hari penuh di Dublin. Apa saja? Ada penjara, kastil, kawasan bar, kampus, pameran, hingga perpustakaan. Komplit, semuanya ada di Dublin. Plus-nya lagi... semua bisa ditempuh dengan jalan kaki. Menarik banget kan?

Kilmainham Gaol

Psstt... Kalau merasa familiar dengan gambar di atas, berarti kalian sudah pernah melihat scene film The Italian Job, The Escapist, atau The Whistle Blower yang memang menjadikan Kilmainham sebagai salah satu lokasi syutingnya.

WEDNESDAY, 30 MAY 2018

Udah baca previous post tentang Windsor belum? Masih inget kan di mana lokasi penginapan kami selama 3 hari di Dublin? Yap, betul sekali, Hotel Hilton Kilmainham yang terletak persis di seberang destinasi pertama kami hari ini. Tidak sampai 5 menit jalan kaki menyeberang dari hotel.



Destinasi pertama ini adalah Kilmainham Gaol, bekas penjara yang kini menjadi museum ini beroperasi selama 128 tahun (1796 - 1924) dan memiliki peran besar dalam sejarah Irlandia. Ini bukan kali pertama bagiku mengunjungi bekas penjara, tapi Kilmainham still managed to successfully give me chilly sensation throughout the tour. Aku dan Bang Adi tiba jam 10.15, waktu yang sangat ideal karena tak berapa lama setelahnya sudah terbentuk antrian panjang di luar gedung.

Antrian pengunjung Kilmainham Gaol

Guided tour dilakukan setiap 15 menit, jadi kami harus menunggu 15 menit lagi hingga waktu tur selanjutnya. Kami disilakan untuk melihat-lihat pameran sembari menunggu tur selanjutnya. Terpisah dari bangunan penjara, terdapat sebuah gedung pameran yang memuat lengkap berbagai kisah tragis dan heroik yang terjadi di Irlandia mulai tahun 1780-an hingga 1920-an. Banyak cerita menarik yang aku baca di sini, sebagian besar terkait pembangunan dan restorasi penjara Kilmainham, sebagian lainnya tentang para tahanan dan tokoh-tokoh besar Irlandia.

Kiri: bangunan asli penjara, Kanan: permanent exhibition


Exhibition
Kilmainham menjadi 'rumah' bagi ratusan ribu tahanan; mulai dari tahanan politik dari gerakan Irish Republican, pimpinan perang Anglo-Irish War (1919-21), hingga ribuan kriminal biasa yang melakukan macam-macam jenis kejahatan -- mencuri makanan dari toko atau pembunuhan dan pemerkosaan. Bahkan gelandangan di jalanan juga seringkali dimasukkan ke penjara juga, demi mengamankan Irlandia di era itu. Kebayang dong betapa sesaknya itu penjara?

Sel-sel pribadi

Dilihat dari tengah ruangan

Kiri: sel Eamon D. Valera (1916)
Kanan: sel Edward Daly (1916)

Mural Bunda Maria di dalam salah satu sel

Gimana, Lin, rasanya mengelilingi salah satu penjara tak berpenghuni terbesar di Eropa ini? Tentu saja ngeri. Gedung tertua Kilmainham bener-bener terasa lembab, gelap, dan sesak. Nggak kebayang sih rasanya terkurung di dalam sel penjara kecil selama bertahun-tahun. Sebagai makhluk sosial, kita pasti depresi kan kalau tidak berkomunikasi dengan manusia lain secara normal. Tapi... kalau berada di sel komunal yang ramai-ramai gitu, malah beda lagi bebannya. Harus berdesak-desakkan, berbagi makanan yang porsinya sangat sedikit, saling menularkan virus jika sakit, dan tak jarang sel pria dan wanita juga dicampur. Aduh!


Destinasi kedua hari ini adalah Dublin Castle, kastil yang didirikan tahun 1204 dan menjadi pusat pemerintahan Inggris di Irlandia selama 700 tahun. Menuju tempat wisata paling terkenal di Dublin ini, kami naik bus 15 menit dari halte Emmett Road lalu turun setelah 9 stop. Sosok The Medieval Tower (The Record Tower) langsung terlihat begitu bus mulai merapat di halte Dublin City South - Lord Edward St.

The Record Tower tampak mencolok

Menara dilihat dari dekat

Dublin Castle memiliki sejumlah peran selama sejarahnya berdiri. Awalnya dibangun sebagai benteng pertahanan untuk Kota Norman di Dublin, kastil menjadi tempat tinggal resmi Lord Lieutenant/Viceroy of Ireland ketika masih berada di bawah United Kingdom. Setelah penandatanganan Anglo-Irish Treaty tahun 1921, kastil pun menjadi tempat inaugurasi bagi Presiden pertama Republik Irlandia dan selanjutnya menjadi tuan rumah bagi berbagai acara kenegaraan. 

The State Apartments

Kita bisa masuk tanpa dipungut biaya untuk melihat ruangan-ruangan di dalam kastil, selama sedang tidak digunakan untuk acara negara atau disewa oleh sektor swasta (Yes, it is rent-able from the government!). Beberapa di antaranya adalah: St. Patrick's Hall, Throne Room, State drawing Room, Portrait Gallery, dan Apollo Room. Memasuki ruangan mewah semacam ini aku jadi flashback pada pengalaman perdana mengunjungi istana kenegaraan di Hermitage Museum, St. Petersburg. Dan sejauh ini, masih Hermitage-lah yang termewah bagiku.

Aula St. Patrick

State Drawing Room

Koridor

Readers tahu nggak artinya "Dublin"? Nama kota ini berasal dari dua kata, "Dubh Linn" yang dalam bahasa Irlandia artinya "black pool" alias "kolam gelap". Dulu, saat kastil masih berupa benteng pertahanan, terbentuk sebuah kolam berwarna gelap yang menjadi titik pertemuan dua sungai, Poddle dan Liffey. Kolam ini jadi tempat berlabuhnya para Viking dan jadi basis perdagangan mereka. Seiring zaman, kastil mengalami rekonstruksi dan renovasi, kolam ditimbun dan kini menjadi sebuah taman luas berbentuk lingkaran.

Taman yang dulunya bekas "dubh linn"

Capek berkeliling kastil, aku dan Bang Adi memutuskan untuk duduk mengaso di The Castle Gardens menikmati matahari yang sedang bersinar hangat. Cuaca Dublin begitu bersahabat siang ini, beda sekali dengan London kelabu tersayang.

Kaki sudah siap diajak jalan kembali, mari kita lanjutkan dengan eksplorasi kota. Dublin adalah kota yang sangat nyaman untuk dieksplor dengan jalan kaki. Memang ada Hop On-Hop Off Tour -- sejenis bis tingkat dua yang membawa turis berkeliling ke sejumlah main attractions --  tapi jauh lebih praktis jalan kaki kok. Ukuran pusat kotanya kecil dan hampir tidak ada kemacetan di sini. Hal yang sangat wajar mengingat populasinya yang hanya 500 ribu jiwa. Sungguh beda jauh kan dengan Jakarta yang berpenduduk 269 juta jiwa?

Dari Dublin Castle kami berjalan kaki ke utara, ke suatu kawasan hiburan yang terkenal karena keberadaan The Temple Bar. Area ini merupakan pusat nightlife Dublin, baik bagi lokal maupun wisatawan. Kalau datang ke sini pagi hari, kita tidak akan begitu menangkap sensasi nightlife-nya tentu saja. Cobalah datang malam hari biar melihat ramainya anak muda di sini ;)






Aku dan Bang Adi melanjutkan walking tour ke arah timur menuju Trinity College. Oh ya, Readers, selama jalan kaki di Irlandia -- atau bahkan negara manapun itu -- selalu taat pada peraturan lalu lintas ya! Menyeberanglah di zebra cross dan hanya pada waktu traffic light sudah menyala hijau. Bisa kena denda lho kalau menyeberang sembarangan.

The best entrance adalah melewati gerbang melengkung (arch) yang akan membawa kita masuk ke pelataran bagian dalam Trinity College. Bersiaplah menghadapi pemandangan selanjutnya, bisa-bisa kalian jadi berdiri diam mematung karena terpukau. Inner courtyard Trinity College sangat luas dan dikelilingi bangunan-bangunan klasik berwarna kelabu yang tampak kontras dengan rumput dan pepohonan hijau di sekitarnya. Cantik banget deh!



Aku dan Bang Adi membeli tiket untuk tur Trinity College seharga €10 yang termasuk kunjungan ke perpustakaan dan pameran Book of Kells. Mahal? Tentu saja, tapi it is a worthwhile option. Coba scroll ke bawah dan lihat betapa cantiknya perpustakaan Trinity College. Ditambah lagi, pameran The Book of Kells ternyata sangat... extravagantI can't find a more appropriate adjective to describe it.

Kalau Readers tidak ingin keluar duit ratusan ribu rupiah atau cuma punya waktu terbatas di sini, boleh kok jalan-jalan keliling kampus melihat bangunan-bangunan bersejarahnya, nanti tinggal keluar dari gerbang lengkung yang tadi deh.

Salah satu sudut di pameran Book of Kells



Pameran The Book of Kells adalah menampilkan manuskrip dari Abad ke-9 yang berisi injil (gospels) Yesus Kristus. Nama "Kells" sendiri berasal dari sebuah biara (monastery) di Meath, Irlandia yang selama berabad-abad menjadi tempat penyimpanan manuskrip ini sebelum akhirnya dipindahkan ke Dublin.

Sebagai pusat pameran, dua halaman injil dipertunjukkan; satunya menampilkan halaman berisi ilustrasi yang memukau, satunya lagi halaman bertulisan Latin. Di sepanjang sisa pameran, di seluruh dinding maupun display boxes-nya, ditampilkan berbagai hasil pindai manuskrip yang penuh gambar dan simbolisme Kristiani karya warna lengkap dengan penjelasannya.


Perpustakaan Trinity College



Perpustakaan Trinity College atau yang biasa dijuluki "Old Library" adalah cerita lain. Dari ruang pameran Book of Kells, kita harus naik tangga ke lantai atas menuju "Long Room" -- mengacu pada bentukannya yang memanjang hingga 65 meter. Siap-siap dibikin terpukau ya begitu tiba di anak tangga teratas. Here it is... perpustakaan dengan koleksi ± 200.000 buku di sepanjang rak-rak buku kayu oak-nya.

Di sepanjang kolom-kolom rak buku, terdapat jejeran patung marmer setengah dada. Patung-patung ini adalah sejumlah tokoh hebat seperti filsuf, penulis, dan orang-orang berpengaruh besar bagi Trinity College. Perpustakaan juga menyimpan Brian Boru's harp, harpa kayu Gaelic dari abad pertengahan yang menjadi simbol nasional Irlandia, dan salinan Proklamasi Republik Irlandia dari tahun 1916.

Patung marmer setengah dada

Berada di kampus ini, aku otomatis teringat pada buku bacaanku semasa SD: serial Mallory Towers dan St. Claire karya Enid Blyton. Serial tersebut bercerita tentang kehidupan gadis-gadis asrama di sekolah Inggris, beberapa tokohnya pun berasal dari Irlandia. Nah, dari buku ini aku tahu bahwa anak-anak sekolahan di wilayah Inggris juga menggunakan seragam, beda dengan sekolah Amerika yang bebas. Sekali dua kali kami berpapasan dengan rombongan anak sekolah (sepertinya SMA) yang masih berseragam lengkap. Ah, rasanya seperti melihat ilustrasi Enid Blyton di dunia nyata 😍

Anak sekolahan Irlandia

Sebenarnya masih banyak lagi tempat wisata menarik di Dublin yang belum kami datangi. Semoga bisa main ke Dublin lagi di lain kesempatan untuk menggenapi seluruh checklist, amin! Anyway, kalo Readers butuh referensi tempat wisata di Irlandia yang pernah menjadi lokasi syuting film kenamaan, bisa cek di sini yaaa.

Sisa perjalanan kami di Dublin hari Rabu ini adalah belanja di Penneys. Toko satu ini berada di bawah flagship Primark yang kemarin kami kunjungi sewaktu di London. Di Irlandia, namanya berubah menjadi "Penneys". Isinya sama aja, clothing stuffs dengan harga murah meriah karena memang diproduksi di negara-negara berkembang seperti Viet Nam dan Bangladesh. Jangan tanya aku sudah menghabiskan berapa euro untuk belanja sore itu, hahaha.

Cerita hari ini sampai di sini saja yaa. Kami harus balik hotel sekarang nih, masih jam 7 malam sebenarnya tapi... kami harus bangun lebih pagi besok demi tur Game of Thrones! YEAY! Aku tak sabar pengen cerita selengkapnya 😍

Makasih sudah mampir membaca, Readers, sampai bersua di pos selanjutnya!

0 testimonial:

Post a Comment