July 27, 2015

The Marbabo Goes To: Hong Kong

Mari kita mulai trip review untuk perjalanan pertamaku ke luar negeri tanggal 15-21 Juli 2015 yang lalu. Trip yang satu ini aku namakan "Trip Marbabo" karena satu kata itu yang paling sering disebut selama perjalanan, hahaha... Artinya "marbabo"??? Hmm, sesungguhnya aku juga tidak tahu hahaha. Nanti akan segera ku-update ya setelah bertanya pada sang pencipta istilah: Bang Iman.

Day 0-1 aku lewati bersama Kak Yola (dan Bang Adi sebagai cameo) dan baru akan bertemu tiga horbo ("kerbau" in Bataknese.red) lainnya di Day 2 alias Jumat, 17 Juli 2015. So... let the story begins!

Highlight of Day 1: Symphony of Light!

DAY 0. JULY 15. JAKARTA
Mengantisipasi kemacetan Jakarta, aku dan Kak Yolanda berangkat ke bandara pukul 15.30 WIB. Kami sama-sama mengabaikan nasihat teman-teman yang mengatakan bahwa jalanan Jakarta sudah lengang, artinya: tidak akan ada kemacetan. Benar saja. Kami sudah stand by di bandara pukul 16.55 sedangkan pesawat kami baru akan take off sekitar jam delapan malam, wow.

Muka-muka bahagia dan tak sabar menemui Hong Kong :)))

Penerbangan yang kami gunakan adalah Lufthansa LH 0783 menuju Kuala Lumpur, iya, kami memang transit dulu di negara Siti Nurhaliza itu. Ini adalah kali pertama bagiku duduk di aircraft dengan 3 banjar, hihihi, suka sekali melihat ruangan pesawat yang luas :') Baru kali ini juga aku tidak merasa terintimidasi oleh badan-badan pramugari yang rampingnya menyaingi lembaran kertas karena Lufthansa diawaki sejumlah pramugara/i senior (usia 30-40 tahun) dengan tubuh tinggi dan kokoh (tidak gemuk, hanya nampak kekar). They're very strict and didn't hesitate to scold passengers when they were out of control. I mean, it is very clear that we cannot use the toilet when we're going to take off, right? Semoga ini bukan penyakit bawaan orang Indonesia, huft.

Hal yang paling menegangkan adalah ketika harus berhadapan dengan petugas imigrasi. Padahal petugas imigrasi Malaysia ternyata jauh lebih ramah (meski tetap tanpa senyum) dibandingkan petugas di tiga kota lain yang akan kukunjungi selanjutnya. Aku khawatir akan ada masalah dengan pasporku yang masih kosong melompong padahal akan expire di bulan Maret 2016. Puji Tuhan, semua aman lancar tanpa masalah. 

Menunggu kereta transit menuju KLIA2
Dari KUL, kami langsung menuju KLIA2 menggunakan kereta transit berbiaya RM 2. Di KLIA2-lah kami akan menghabiskan waktu semalam sebelum nanti menaiki AirAsia jam 7 yang akan menuju Hong Kong. Setelah cuci muka dan sikat gigi, kami mencari tempat ternyaman di lantai 2 sekitar Burger King, Texas Chicken, dan Nanny's Pavillon untuk membaringkan diri sejenak. Tiba-tiba entah dari mana asalnya, sosok seorang pria muncul dengan penuh tawa keceriaan: Bang Adi! YA AMPUN! Padahal beliau baru saja sok-sokan menanyakan "Erlin, kalian istirahat dimana?" di WhatsApp, rupanya karena Bang Adi juga sedang transit untuk penerbangannya ke Sydney besok malam. Luar biasa ya, readers. Alhasil, kami bertiga pun berbaring di tepian toko yang masih tutup bersama dengan puluhan orang lainnya. Sayang juga sih, bandara jadi terlihat seperti terminal yang berantakan, tapi ya ini satu-satunya pilihan karena tidak ingin keluar uang lagi untuk membayar kamar hotel di bandara.



DAY 1. JULY 16. KUALA LUMPUR (KLIA2)

Setelah salah pilih menu untuk sarapan nikmat di Old Town KLIA2, Bang Adi mengantar kami menuju gate keberangkatan AirAsia. Terima kasih banyak, Abang! Selamat mencari hostel dan bersiap terbang ke Australia ya! *umak* [Later on, Abang ini sempet-sempetnya nonton "Ant-Man" dulu sebelum lanjut terbang. Ngeri ya, nonton bioskop aja sampai harus ke negara tetangga...]

Penerbangan dengan AirAsia kali ini aku dan Kak Yola duduk terpisah. Aku yang telat check in ini luckily dapet seat dekat jendela darurat yang punya ruang kaki lebih lega hihihi. SAYANGNYA... aku duduk di sebelah sepasang French lovers, sepertinya sih sudah menikah, yang sering mengumbar kemesraan. Tuhan, tolong hamba :( Aku duduk di sisi lorong jadi tidak bisa mengalihkan perhatian dengan foto-foto pemandangan awan di luar pesawat. Alhasil aku tidur sepanjang penerbangan (sambil sesekali menyusun kode rahasia yang nantinya akan dikirim via WhatsApp ke Lantai 4 sebuah gedung di Indonesia. Oke, abaikan, hahaha) 

Bandara Hong Kong

Sesuai amanat agung *tsah* Bang Adi, kami bergegas mencari tempat pembelian Octopus Card dan SIM Card di bandara Hong Kong yang luasnya naujubila min jalik ini. Pada saat itu, aku kembali belajar bersyukur telah dilahirkan sebagai orang Indonesia, sebagai anak dari orangtua yang sangat memfasilitasi anaknya belajar Bahasa Inggris *apa deh Lin* Jadi... Bahasa Inggrisnya orang Hong Kong itu sangat susah dipahami! Untung saja aku nggak puasa, kalau tidak pasti sudah batal karena emosi mencoba mengerti perkataan mereka. Setelah bertanya kepada 5-6 orang petugas yang berbeda, dan 3 kali mondar-mandir di Terminal B yang luas itu, akhirnya kami tahu bahwa loket penjualan Octopus Card adalah loket yang sama dengan yang menjual kartu kereta. Loketnya berbentuk bundar dengan 2-3 orang petugas disana, berada persis di depan waiting room kereta bandara. ADUH.

Penuh perjuangan mencari Octopus Card ini! :')

Setelah membeli Octopus Card seharga $150 (saldo $50, dan $100 akan dikembalikan saat refund kartu), kami menuju kios "1010" di samping 7-11 untuk membeli SIM Card. Antriannya lumayan panjang juga didominasi turis asal Korea Selatan. SIM Card ini berlaku selama 7 hari dengan kuota 5 GB dan bisa roaming jika ingin ke Macau. Harganya $118 dan langsung di-setting oleh pegawai tokonya ke HP kita. Oh ya, Octopus Card ini akan digunakan untuk seluruh transportasi di Hong Kong (selain taksi, sih, lagian backpacker mana juga yang jalan pake taksi di Hong Kong hihi...) jadi jangan pernah diletakkan sembarangan, dan rajin-rajinlah di-top up di 7-11 manapun. Toh juga nanti bisa refund kan.

Amanat selanjutnya: gunakan bis dari bandara untuk menuju ke hostel. Sekali lagi kami bertanya kesana-sini dan puji Tuhan bisa menemukan jalan yang benar untuk ke bus stop di luar Terminal B. Kami menggunakan bis A21 yang berhenti di depan Mirador Mansion, kawasan Tsim Sha Tsui. Untuk transportasi "dari" dan "ke" bandara Hong Kong, kalian bisa lihat disini ya. Syukurlah aku sudah pernah (sekali) menaiki bus city tour Jakarta, kalau tidak akan udik sekali kelihatannya menaiki bus dua tingkat seperti ini hahaha. Pastikan kalian duduk di sisi sebelah kiri ya, pasti akan terkagum-kagum melihat pembangunan atas (permukaan) laut Hong Kong, dan bisa melihat sibuknya pelabuhan mereka. Dari bandara menuju Mirador Mansion membutuhkan sekitar 30 menit.

Bus stop di luar Terminal B, bus A21 yang akan mengantar ke Mirador Mansion

Hostel kami adalah USA Hostel yang kantornya terletak di lantai 13 Mirador Mansion. Meskipun Bang Adi telah memesan kamar yang standar (aku tidak tahu persis kamar apa yang dipesankan), tapi pihak hostel berbaik hati memindahkan kami ke kamar yang lebih baru dan nyaman tanpa kena charge. Wah! That's why I gave them 5 stars on TripAdvisor. Kamar kami memang kecil dan sempit, tapi AC, TV, dan water heater berfungsi sangat baik, dan kamar mandinya juga nyaman. Di luar kamar juga disediakan dispenser dengan hot water, keren banget lah untuk hostel seharga Rp200 ribu/malam ini. Kekurangannya tentu ada juga: 1) sedang ada proyek di luar Mirador, jadi mulai jam 8 pagi kami sudah diusik oleh bunyi alat-alat pengecor, pengebor, dlsb; 2) hanya memiliki 4 lift yang hanya bisa diisi 8 orang, itu pun tidak berhenti di tiap lantai. Jadi jika lift ke Lantai 4 penuh, aku naik lift ke Lantai 5 dulu lalu turun satu lantai dengan tangga. Pada pagi hari dapat dipastikan semua lift yang turun itu penuh, jadi aku turun 4 lantai dengan tangga. Lebih efisien; 3) lewat dari jam 12 ada pemeriksaan di pintu masuk oleh satpam sehingga kita akan diminta mengisi formulir untuk keamanan. Iya sih, di gedung ini banyak sekali black people yang berkeliaran dan nongkrong di 7-11 terdekat. Bukannya rasis, toh aku juga termasuk golongan "black", tapi tingkah mereka memang kadang bikin cemas. 

Heading to Tsim Sha Tsui Promenade

Setelah mandi dan beristirahat sejenak, kami menuju Avenue of The Stars yang bisa dicapai dengan berjalan kaki saja dari hostel. Jam 4 sore, kawasan Tsim Sha Tsui Promenade sudah dipenuhi kalangan turis yang ingin jalan-jalan sore juga. Kami sepertinya sama-sama tidak tahu bahwa jam 4 masih tergolong "siang" di Hong Kong. Matahari baru terbenam sekitar jam 7 malam disini. Kami mengantri cukup lama demi Kak Yola bisa berpose dengan patung Bruce Lee. Aku? Aku sudah cukup puas memotret handprints artis-artis ternama yang terbentang sepanjang boulevard ini, ada Jackie Chan dan Andy Lau lho! Panas dan gerahnya cuaca Hong Kong membuat kami memutuskan untuk istirahat sejenak di Starbucks sambil menunggu mulainya Symphony of Light pukul 7 nanti. Psstt, tentunya aku tidak membeli apa-apa di Starbucks, hahaha, frugal macam aku ini kuat kok menahan haus dan lapar demi penghematan anggaran :')

Mengantri untuk berpose bersama 'Bruce Lee'

Jackie Chan's handprints

Starbucks on the boulevard

Symphony of Lights juga termasuk satu di antara sekian banyak amanat Bang Adi. Wajib tonton! Aku dan Kak Yola segera mengambil tempat terbaik di tepi boulevard dengan Victoria Harbour views. Pertunjukkan dimulai ketika lampu-lampu sekitar kami meredup dan muncul suara seorang wanita dengan aksen Chinese yang kental lewat speaker. Blablabla~ lalu akhirnya musik instrumental dimainkan! 40 bangunan di sekitar Victoria Harbour pun mulai memainkan lampu-lampu dengan indahnya. Iya, indah kok! No wonder pertunjukkan yang berlangsung selama sekitar 10 menit ini mendapat gelar "World's Largest Permanent Light and Sound Show". Tapi... ya ternyata tidak sespektakuler gambar-gambar di Google. Hahaha. Entahlah apa yang salah, tapi reality is always worse than expectation kan.


Puas menghabiskan memori HP untuk foto-foto di Avenue of the Stars, kami kini kelaparan. Hahaha! Saatnya mencari makanan! Hong Kong adalah surga makanan untuk orang doyan makan yang tidak punya pantangan, terutama daging babi *maaf*. Aku memang tidak begitu suka wisata kuliner, tapi mumpung lagi di Hong Kong... tentu harus memuaskan hasrat untuk pork party! Tempat makan malam yang kami kunjungi adalah Rice Noodle House, berdasarkan saran seorang kawan Kak Yola. Makanannya pasti enak andai saja tidak banyak sayur ditaruh dalam semangkuk mie ini hahaha... Boro-boro mau request "no vegetable", pesan minuman aja harus pakai 'bahasa Tarzan' dulu karena keterbatasan bahasa. Restoran di Hong Kong memang rata-rata kecil karena berada di ruko dengan luas seadanya. Pemandangan dua orang duduk berhadapan diam-diaman adalah hal biasa, karena dua-duanya orang asing yang datang sendiri-sendiri tapi terpaksa duduk di meja yang sama. Orang Indonesia harus membiasakan diri tidak duduk ngobrol berlama-lama, nanti keburu dinyinyirin dan ditatap terus dengan galak oleh si pemilik toko!

Aku lupa apa nama menunya, yang pasti ada "Cheese Sausage"-nya

Demikianlah hari pertama kami di Hong Kong berlalu dengan penuh cerita suka dan duka. Begitu tiba di hostel, kami langsung mengecek uang kas masing-masing, hahaha! Kemampuan akuntansi ala anak STAN memang sangat berharga di saat backpacking seperti ini ya :')

Besok kami akan berjumpa dengan tiga horbo lain yang sekarang masih dalam perjalanan dari bandara Hong Kong menuju hostel. Can't wait!

Pemandangan indah di Tsim Sha Tsui Promenade

click the link below to read the trip review of: 
DAY 2. JULY 17. THE PEAK and DISNEYLAND
DAY 3. JULY 18. NGONG PING, SKY100, and LADIES MARKET.
DAY 4. JULY 19. MACAO

0 testimonial:

Post a Comment