July 29, 2015

The Marbabo Goes to: Hong Kong (Day 3)




We started Day 3 of this Hong Kong trip by waking up late! Yeay! Senangnya yah bisa bangun di atas jam 9 pagi, ini baru namanya liburaaaaan :3 (Setelah membeli sandal baru karena kaki yang sudah tidak kuat jalan-jalan dengan sepatu,) Aku dan Kak Yola bergegas kali ini mencoba sarapan di Yoshinoya yang tidak jauh dari hostel. Kenapa Yoshinoya? Karena kami rindu nasi, Jenderal! Susah juga menemukan menu nasi di Hong Kong ini. Readers, di Yoshinoya ini ada menu porky-nya lho, sekadar FYI aja buat teman-teman muslim dan berpantang babi kalau ingin ke Hong Kong :) Setelah puas memamah biak, kami bergabung dengan horbo lainnya: Bang Iman, Bang Jona, dan Bang Rapro, menuju Tsim Sha Tsui St. untuk memulai perjalanan hari ini. Jadi begini ceritanya...


DAY 3. JULY 18. HONG KONG

Hampir sebagian besar tourism attractions yang kami kunjungi di Hong Kong sudah diamankan sejak awal dengan membeli tiket masuk online (terima kasih, Bang Adi!) agar tidak perlu mengantri lagi di Hari H. Hal ini sangat sangat aku syukuri di hari ketiga ini, ketika melihat begitu panjang antrian menaiki Ngong Ping cable car! Ini juga masukan ya readers, belilah attraction ticket via internet dari jauh-jauh hari. Selain efisiensi waktu, praktis tinggal transfer/charged Kartu Kredit, seringkali juga ada promo lho hihihi, lumayan kan ;)



Ngong Ping 360 adalah situs pariwisata di Pulau Lantau di Hong Kong. Untuk menuju ke pulau ini, kita akan menaiki gondola lift yang sering disebut cable car, atau lebih kita kenal sebagai "kereta gantung", menghubungkan kawasan pusat Hong Kong dengan Tung Chung, bagian utara Lantau. Desa Ngong Ping sendiri terletak di atas bukit dan menjadi rumah bagi Po Lin Monastery dan Tian Tan Buddha


Gondola diisi 8 orang, alhasil aku sebangku dengan keluarga kecil asli Hong Kong yang,
sudah pernah ke Indonesia: Jogja dan Bali, namun baru kali ini mengunjungi Ngong Ping. Waduh! 

No caption needed!

Meninggalkan second station.
Dari perjalanan 20 menitan ini kita akan melewati, namun tidak berhenti, di station ini

Menurutku pribadi, center attention dari situs ini ya kereta gantungnya! Menikmati berkendara di udara dengan panorama laut, pegunungan, dan bangunan-bangunan pencakar langit, yang seindah ini memang tidak ada di Indonesia! Kami hanya menggunakan Standard Cabin, maklumlah namanya juga backpacker, tidak terbayangkan betapa lebih indah lagi jika menggunakan Crystal Cabin yang lantainya tembus pandang. Uuuuhh~ 

Gerbang yang menandai masuknya kita ke kawasan Po Lin Monastery dan Sang Buddha Raksasa nampak dari kejauhan

Selfie dengan Tian Tan Buddha dan puluhan umat dari berbagai penjuru dunia hahaha

Turun dari gondola, rombongan kami segera berjalan kaki menuju The Giant Buddha, sebuah patung perunggu raksasa berwujud Sakyamuni Buddha yang selesai dibangun pada tahun 1993. Patung ini adalah satu sekaligus yang terunik dari lima patung raksasa di seluruh China, karena patung ini menghadap ke Utara di saat yang lainnya menghadap Selatan. Selain patung setinggi 34 meter ini, di sekelilingnya terdapat enam patung lebih kecil yang disebut "The Offering of the Six Devas" alias enam persembahan kepada Buddha, terdiri dari bunga, dupa, lampu, ramuan, buah, dan musik.

The 3 of 6 offerings around the Buddha

Puncak yang teratas bisa dimasuki jika kawan-kawan bersedia mengeluarkan uang tambahan lagi untuk melihat isi museum (menceritakan sejarah Tian Tan Buddha) atau melihat benda-benda peninggalan Gautama Buddha. Untuk yang terakhir ini kita harus membawa offering ke dalam, yah intinya sih teman-teman beragama Buddha saja yang bisa masuk hehehe.

Puas berjemur di Tian Tan Buddha, kami lanjut berjalan-jalan di kawasan Po Lin Monastery untuk melihat atraksi utama: Wisdom Path! Anehnya sepanjang perjalanan pergi maupun pulang dari sana, kami kok nggak bertambah-tambah ya kebijaksanaannya (wisdom = kebijaksanaan)? :(

Flawless Pose di depan Wisdom Path. Kapan bertambah bijaknya ya :(

Wisdom Path menampilkan susunan 38 papan kayu raksasa berukuran tinggi 8-10 meter dan lebar 1 meter. Di setiap papan terdapat tulisan kaligrafi China oleh Professor Jao Tsung-I, seorang Master of Chinese studies, yang disadur dari tulisan klasik Buddhist bernama "The heart Sutra". Papan-papan ini disusun membentuk lambang infinity lho, readers, alias angka "8" terbalik. Keren ya.




Itu doang? Enggak dong~ Desa Ngong Ping ini super duper luas dan menyajikan berbagai macam atraksi menarik. Sayangnya kami masih memiliki schedule lain untuk dikejar jadi tidak bisa berlama-lama di sini. Readers yang tertarik dengan kebudayaan dan sejarah wajib banget lho menjadikan Ngong Ping 360 sebagai one day trip, karena dijamin baru akan puas kalau sudah mengunjungi setiap sudutnya. Psstt, di sini juga banyak yang trekking naik-turun gunung lho! Kita bisa melihat pemandangan orang-orang trekking di antara hutan dari cable car. Kalau ada kesempatan lagi, aku ingin sekali trekking seperti itu juga, apalagi di antara hutan-hutan itu banyak air terjun alami yang sangat cantik dan sepi. Such a nice place to meditate!

Pas lagi galau enak kali ya menyendiri kesini :')
*kemudian tersesat dan tak tahu arah jalan pulang layaknya butiran debu hiks*

Kembali menggunakan metro yang selalu tepat waktu, kami menuju tempat wisata selanjutnya: Sky100. Jika ingin kesini, dari stasiun carilah petunjuk arah menuju "ICC". Bukan, bukannya "IL Cantante Choir"... tapi International Commerce Centre. Gedung setinggi 484 meter ini adalah gabungan mall dan business-purposed tower. Sky100 terletak di lantai ke-100 dan harus ditempuh dengan naik lift, ya iyalah masa naik tangga, gempor nanti hehehe. Liftnya akan mengantar kita ke lantai 100 hanya dalam 60 detik, readers, luar biasa kan?


Hong Kong view before the sunset

Hong Kong view when sun was setting down 

The amazing view of Victoria Harbour, kayaknya Symphony of Lights belum dimulai saat itu hahaha

Apa perbedaan Sky100 dengan SkyTerrace kemarin? 1) SkyTerrace lebih tinggi yakni 428 mdpl, mengalahkan Sky100 yang hanya 393 mdpl; 2) Sky100 dihalangi oleh kaca, karena lokasinya yang memang berada di dalam gedung, membuat pengambilan gambar jadi susah karena ada bayangan dalam ruang yang terpantul. Harus pintar-pintar mencari posisi dengan lighting terbaik. Karena hal ini juga, kami jadi tidak bisa selfie, hiks. Tapi ada juga kok positifnya, kita jadi terhindar dari masuk angin dan tersengat matahari langsung! Hahahaa; 3) Di SkyTerrace hanya ada The Peak I Love You sebagai fitur tambahan, sedangkan di Sky100 ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam ruangannya, contoh: MAKAN! Iya, ada cafe di dalamnya, tapi ya siap-siap aja merogoh kocek yang lumayan dalam. Banyak spot foto menarik juga disini, keren deh pokoknya. Dua-duanya punya keunggulan masing-masing, jadi jangan lewatkan keduanya ya.

Kalau nggak sabaran ya pasti menghasilkan foto seperti ini, readers, berbayang!

Untuk mengobati rasa kecewa karena tidak bisa selfie *duileh Lin penting banget yak* kami memutuskan untuk pergi ke Ladies Market! Kami naik metro menuju Mong Kok St. lalu keluar di Exit E2 dan jalan kaki sepanjang Nelson Street yang sangat ramai karena kehadiran artis-artis jalanan. Menyambangi tempat ini, jangan mencari tulisan "Ladies Market" di setiap penunjuk arah, readers, tapi carilah "Tung Choi Street"! Pasar ini biasanya beroperasi dari pukul 4 sore hingga tengah malam. Saat kami pulang sekitar jam 11, beberapa kios sudah mulai tutup. 


Aku yang penggila gantungan kunci ini tentu tidak membuang waktu. Berkat Kak Yola, aku sukses mendapat 6 keychains dengan harga HK$ 50 alias sekitar seratus ribu rupiah. Waduh, mahal juga ya. Itu pun nawarnya mati-matian lho. Barangkali ada teman-yang-tidak-kebagian-oleh-oleh yang tengah membaca posting ini, mohon maafkan aku yang frugal ini hehehe. Aku juga membeli kaos seharga HK$20 dan USB lucu seharga HK$50. Pasar ini sejenis dengan Mangga Dua, readers, jadi jangan terlalu berharap menemukan kaos "I Love HK" original di sana *ehem* Oh ya, aku ini bukan orang yang jago dalam bargain, jadi tidak bisa memberi saran berapa banyak harus menawar jika kalian ingin kesana. Tapi sepertinya harga aslinya memang hanya setengah harga yang disebut si pedagang kok. Semangat nawar-nya, ya! :)

Cici yang satu ini jago berbahasa Melayu, kami pun sukses dirayunya untuk beli kaos disini :(

Di Ladies Market ini sekali lagi kami terpisah dengan Bang Iman! Waduh, memang sepertinya abang yang satu itu punya keahlian khusus dalam hal "memisahkan diri dari rombongan". Karena sudah terbiasa, kami tidak begitu ambil pusing dan tetap berbelanja hahaha. Kali ini Bang Iman menyeret Bang Jona untuk turut serta "memisahkan diri". Aku, Kak Yola, dan Bang Rapro segera kembali ke hostel setelah puas menghamburkan uang di Ladies Market.




Aaahh, another great day has passed! Besok kami akan melebarkan sayap *cie* lagi karena akan melintasi laut menuju Macau! Asik asik, Kak Yola pasti sudah nggak sabar mau 'napak tilas' syuting serial Boys Before Flowers hihihi. See you soon, Macao!



click the link below to read the trip review of:

2 comments:

  1. Apa pendapat orang hongkong ttg indonesia terutama jogja bali ???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Orang-orang Indonesia terutama Jogja katanya ramah, dia suka banget suasananya. Kalo Bali, emang indah sih, tapi dia trus ngebandingin sama Phuket dan Melaka. Mungkin dia datang ke Balinya di saat yg kurang tepat, jd kurang berkesan

      Delete