February 06, 2013

Padang-Bukittinggi: Mendaki Bukit, Lewati Lembah (2)

Minggu, 3 Februari 2013
Hari kedua sekaligus terakhir di Bukittinggi! Ah, padahal belum puas merasakan nikmatnya Sate Padang asli di Sumatra Barat sambil menikmati indahnya pemandangan Ngarai Sianok :')

Dari Hotel Ambunsuri kami berangkat menuju Danau Maninjau, sebuah danau di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, terletak sekitar 140 kilometer sebelah utara Kota Padang dan 36 kilometer dari Bukittinggi. Maninjau yang merupakan danau vulkanik ini berada di ketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Luas Maninjau sekitar 99,5 km² dan memiliki kedalaman maksimum 495 meter. 

Danau Maninjau dilihat dari Kelok 44
Salah satu tempat wisata unik di Bukittinggi ini adalah Situs Kelok 44 (Site of Corners 44), dimana terdapat 44 buah kelokan/belokan yang menurun ke arah Danau Maninjau. Ada beberapa belokan tajam yang akan membuat jantung berdesir ketika kendaraan membelok dengan 'indah'nya! Ya, gimana nggak indah? Pemandangan sawah membentang di sebelah kanan dan birunya Danau Maninjau di sebelah kiri, siapa yang nggak terpesona? :) Lengkapnya tentang Situs Kelok 44 dapat dibaca disini.

Di tiap kelokan terdapat plang yang menandai jumlah kelok dari 1 hingga 44
Mencari spot terbaik untuk merasakan sejuknya air Danau Maninjau sama sekali bukan hal yang mudah! Pasalnya di sekeliling danau telah banyak dibangun resort, hotel, atau penginapan sederhana sehingga untuk mengakses danau kita harus masuk ke penginapan itu terlebih dahulu. Alhasil, kami berempat pun menembus 'hutan rimba' yang berujung di halaman homestay sederhana milik warga setempat. Ada sekitar lima buah pavilion yang ditempati oleh turis asing yang membawa serta keluarganya untuk pelesir Sumatera Barat. Saat kami tiba disitu, seorang om bule tengah asyik berjemur dan untungnya tidak merasa terganggu sama sekali oleh kenarsisan kami, hehehe...

Berfoto dengan latar belakang Danau Maninjau

Pemandangan ciamik Danau Maninjau dikelilingi perbukitan hijau


Danau ini tercatat sebagai danau terluas ke-11 di Indonesia. Sedangkan di Sumatera Barat, Maninjau merupakan danau terluas kedua setelah Danau Singkarak yang memiliki luas 129,69 km². Tapi menurut pendapatku pribadi, Danau Maninjau lebih indah dibandingkan Singkarak, dinilai dari warnanya yang lebih jernih dan bersih daripada sang 'kakak'.


Ini dia, 'The three musketeers' menjelajahi hutan rimba!
Tepat pada tengah hari kami tiba di Kota Padang, matahari bersinar terik tepat di atas kepala. Namun hal itu tidak menyurutkan keinginan suci nan tulus untuk menemui... Malin Kundang! Yeah, tujuan wisata selanjutnya adalah Pantai Air Manis.

Pantai Air Manis berkaitan erat dengan legenda Malin Kundang di Sumatera Barat. Malin Kundang adalah karakter dalam dongeng yang berubah menjadi batu, bersama-sama dengan kapalnya, setelah durhaka kepada ibunya. Di tepi pantai, terdapat batu Malin Kundang dan beberapa perlengkapan kapalnya, yang juga berubah menjadi batu. Berdasarkan cerita, Malin Kundang dikutuk oleh ibunya karena menolak untuk mengakui ibunya setelah bepergian ke daerah lain dan menjadi kaya.

Malin Kundang yang 'dikutuk' dalam posisi sujud penuh penyesalan
Yang menarik adalah replika reruntuhan kapal yang dibuat sedemikan rupa sehingga terkesan 'berserakan' dan terdampar di tepi pantai. Ada gelondongan tali, tong-tong kayu, dan sisa-sisa badan kapal yang teronggok begitu saja. Awalnya aku terkecoh dan sempat mengira benda-benda ini asli dan ikut-ikutan 'terkutuk' menjadi batu. Rupanya mereka terbuat dari pasir dan semen sehingga jelas merupakan hasil karya manusia. Keren sekali!

Pantai yang begitu luas sering digunakan untuk tempat 'balapan' bagi muda-mudi setempat dengan motor kesayangannya. Sayang sekali wisatawan yang datang seperti bersikap masa bodoh terhadap kebersihan pantai, sejauh mata memandang kita bisa melihat sampah-sampah bertebaran baik di pantai maupun di tepian laut. :(

Readers, tetap jadi wisatawan yang peduli alam ya, bring your own 'garbage' kemanapun tempat wisata yang kamu tuju. Dan jangan sekali-kali mencoret-coret dinding, batu, meja, pohon, apa pun yang ada di sekitarnya.


Pantai Air Manis adalah tempat wisata favorit bagi wisatawan lokal dan asing karena memiliki gelombang yang rendah dan pemandangan indah Gunung Padang. Ada juga sebuah pulau kecil bernama Pisang Kecil. Dari pagi hingga sore, pengunjung bisa berjalan kaki ke pulau yang memiliki luas satu hektar ini melalui air dangkal. Di sore hari, air pasang mulai naik dan Anda harus menggunakan perahu untuk kembali. Di sebelah kanannya, ada pulau lain yang disebut Pisang Besar. Sayang sekali aku belum berkesempatan menjelajahi kedua Pulau Pisang kali ini, maybe next time ya, amin! :D

Setelah Sholat Dzuhur dan menikmati segarnya es kelapa muda, kami pun beranjak ke tempat lain yang menyimpan kisah legenda asli Sumatera Barat: Siti Nurbaya!


Pada sore hari, Jembatan Siti Nurbaya ini berubah fungsi menjadi sarana bersantai ria bagi muda-mudi kota Padang. Berbagai jajanan dijual di sepanjang jembatan, menjadikan tempat ini lokasi yang strategis untuk sekedar kongkow-kongkow menunggu datangnya sunset.


Yang ditunggu-tunggu: SUNSET!
Jembatan Siti Nurbaya merupakan satu-satunya penghubung antara kota Padang dengan Bukit Gado-Gado (Bukit Sentiong) yang dipisahkan oleh Sungai Batang Arau. Pada malam hari, ketika seluruh lampu-lampu dinyalakan dan memantulkan kombinasi berbagai warna, maka air sungai seketika berubah menjadi sebuah cermin raksasa, yang membiaskan pesona yang amat indah. Tidak kalah dari keindahan pantai pantai di Bangkok ataupun di Malaysia.

Kapal-kapal yang ditambatkan di sungai di bawah Jembatan Siti Nurbaya

Candid! Sweet moment, ya? *lalu sirik karena modelnya bukan aku :(*
Sebelum berangkat ke bandara untuk menempuh perjalanan pulang, aku dan Bang Adi ingin reuni sejenak dengan seorang teman kami - sesama anggota paduan suara IL Cantante Choir - yang mendapat penempatan di BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat: Bang Hilman Butarbutar! Ingin menjajal dinginnya AC di mall Padang, jadilah kami janjian di Pizza Hut Plaza Andalas.


Puas sekali rasanya walaupun hanya satu jam ketawa-ketiwi bareng Bang Hilman. See you next time, Bang Hil! Kalau bisa sih nge-trip bareng lah kita ya, Bang! :3



Saatnya pulang kembali ke Jakarta. Liburan berakhir dengan indah, kini saatnya bersiap menghadapi another busy week. I have many sweet memories of you, West Sumatra, thanks a lot. I'll see you next time, Cantik! *dadah-dadah dari jendela pesawat*


1 comment:

  1. salam kenal..
    postingan yang menarik.
    kunjungi kami di Padang – Bukittinggi
    terima kasih

    ReplyDelete