October 05, 2013

East Java Trip: Sidoarjo

Kota ketiga dari East Java Trip-ku adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo berbatasan dengan Kota Surabaya, Kab. Gresik, Kab. Pasuruan, dan Kab. Mojokerto, dan beribukotakan Kota Sidoarjo. 

Source: Google

Memasukkan Sidoarjo ke dalam daftar East Java Trip sebenarnya merupakan keputusan dadakan alias last minute decision. Awalnya aku hanya ingin ke Malang karena ingin melihat langsung keindahan Bromo yang termashyur itu. Tapi pada akhirnya aku memutuskan bahwa aku belum siap untuk ke Bromo (secara ekonomi maupun persiapan fisik), sehingga aku nganggur selama dua hari (Sabtu-Minggu). Bertepatan di tanggal 21 September yang lalu, sahabatku Asep berulang tahun ke-21 dan dia sedang berada di kampung halamannya: Sidoarjo.

Jadilah aku (dan Lely) memutuskan untuk melanjutkan East Java Trip dari Malang ke Sidoarjo baru kemudian lanjut ke Surabaya untuk kembali pulang ke ibukota.

Jumat, 20 September 2013
Aku dan Lely berangkat dari Malang dengan KA Penataran jurusan Blitar-Surabaya pukul 12.00. Di dalam kereta, kami duduk berhadapan dengan pasangan suami-istri separuh baya yang sangat ramah sejak awal kami duduk di seberangnya. Lely, master of boso jowo krama inggil, mencairkan suasana di antara kami dengan mengajak bapak-ibu tersebut bercakap-cakap. Aku yang hanya mengerti satu-dua kata Bahasa Jawa hanya ikut senyum dan tertawa (ketika mereka tertawa). Duh!

Dedek-dedek, nama kalian siapaaaa? Aku lupa :(

Di belakang bapak-ibu, duduklah sekeluarga bule (sepertinya berasal dari Prancis). Ketika kami ajak ngobrol, kedua anak bule ini masih malu-malu menjawab. Namun akhirnya setelah 'dibujuk' dengan permen Blaster (yang sebenarnya pemberian bapak-ibu tadi, hehehe) keduanya mau menyebut nama mereka. Eh, tapi aku saat ini sudah lupa ding nama mereka -_-

Kereta pun tiba di Sidoarjo pukul 13.58 WIB. Bapak-Ibu tadi dengan sangat murah hati menawarkan kami ikut naik mobilnya karena tahu bahwa kami masih asing dengan Sidoarjo, dan sejak tadi sibuk mencari tahu rute angkot dari stasiun Sidoarjo menuju ke alun-alun. Tuhan membalas kebaikan kalian, Bapak, Ibu! :')

Di Alun-alun aku dan Lely pun berpisah. Lely harus kembali ke Kediri untuk menghadiri acara sekolah adiknya hari Sabtu besok. Jadi dia naik angkot menuju Terminal Bungurasih, sementara aku diantar ke hostel "Hotel Keluarga" oleh Dhini, teman sekampusku di STAN. Sebelum menuju hostel, aku memuaskan hasrat fotografiku dengan memotret alun-alun dan lingkungan sekitarnya.


"Taman Plasa Alun-Alun"


Setiap hari Minggu, Alun-alun dijadikan lokasi senam pagi masyarakat Sidoarjo


Ah, cantik-cantik benar alun-alun yang ada di Sidoarjo maupun kota Batu, Malang. Semoga Manado bisa secepatnya membangun alun-alun kota yang sesejuk, seasri, dan seindah ini *AMIN*
My favorite is taman bermainnya! Fasilitasnya lengkap dan terawat! :3

SDN Pucang 3 ini berada di seberang alun-alun, yang kemudian kuketahui merupakan SD-nya Asep waktu kecil dulu.

Kegiatanku di hari Jumat pun berakhir di kamar hostel. Aku tidak berani keluar dari hostel karena takut nanti bertemu Asep di jalan, berhubung rumahnya Asep hanya berjarak 7 menit dari hostelku ini.

Kamar hostelku yang luas dan bersih. Love it!


Sabtu, 21 September 2013
Setelah persiapan teramat-sangat-matang (dan Plan A yang sempat gagal), dengan berbekal sebuah kue tart dan lilin "21" aku pergi ke rumah Asep yang tidak jauh letaknya dari Alun-alun. Surprise yang sukses! Hehehe...



Karena waktu yang hanya sebentar di kota ini tidak memungkinkanku untuk menjelajahi pariwisata Sidoarjo, maka aku pun cukup puas mendengarkan penjelasan objek-objek wisata dari sang Duta Wisata Sidoarjo: Septiyan Andy Prasetya a.k.a Asep. Oh iya, gelar "Duta Wisata" itu bukan sekadar wacana lho, tapi sedang in progress. Doakan ya, readers! ;)

Sektor perekonomian Sidoarjo yang terbesar adalah perikanan, industri, dan jasanya. Di sini ada monumen Udang dan Bandeng yang menandakan Sidoarjo sebagai kota penghasil ikan bandeng dan udang. Sidoarjo juga dikenal dengan "Kota Petis", yaitu bumbu yang komponen utamanya adalah udang mirip-mirip dengan "terasi". Rasanya sangat enak! :)) Aku memuaskan hasrat wisata kuliner di kota Sidoarjo ini.

Pariwisata yang terkenal di Sidoarjo adalah...jreng, jreng: WISATA LUMPUR LAPINDO! Ada berkah di balik musibah. Musibah lumpur Lapindo yang menenggelamkan ratusan rumah penduduk di Porong itu juga menjadi sumber penghasilan karena saat ini Lumpur Lapindo menjadi pariwisata yang wajib-dikunjungi jika ke Sidoarjo. Aku? Aku cukup puas melihat tembok penghalangnya saja dari kereta ketika melewati Porong kemarin siang.

Selain itu, ada juga Kampung Batik Jetis, Candi Mendalem, Candi Tawangalun, dan Candi Pari. Dari Asep lah aku mendengar sejarah Candi Pari yang konon merupakan 'monumen' untuk mengenang peristiwa hilangnya Jaka Pandelegan. Siapa Jaka Pandelegan? Ah, panjang ceritanya, readers! Ini kan trip review, bukan story-telling blog, hehe :p Silakan dibaca di sini versi cerita lengkap asal-usul Candi Pari (dan Candi Sumur), ya!

Candi Pari (source: http://prian2012.blogspot.com)

Oh iya, sebagai Putri Museum 2013 aku sebenarnya ingin mengunjungi Museum Mpu Tantular, tapi apa daya hari sudah beranjak sore dan museum tutup besok hari (Minggu). Berarti aku memang harus kembali lagi ke Sidoarjo untuk menyelesaikan wisata sejarahku: mengunjungi ketiga candi dan Museum Mpu Tantular!

Setelah mendengarkan 'dongeng' tentang asal-usul nama Sidoarjo (bisa dibaca di sini aja ya, readers, hehehe) aku kemudian diajak Asep ke Terminal Larangan demi mencoba petis untuk pertama kali. Wisata kuliner pertamaku adalah: Lontong Kupang. FYI, Sidoarjo terkenal dengan kuliner khas lontongnya. Hampir semua makanan khasnya menggunakan lontong alih-alih nasi, dan tentu saja tidak ketinggalan: petis!

Lontong Kupang dan segelas Es Degan segar!

Aku bukanlah penggila kuliner daerah, tapi (entah karena lapar atau gimana) Lontong Kupang ini enak sekali rasanya! Kupang adalah hewan laut semacam kerang bentuknya kecil sebesar biji-bijian. Kupang ditambah lontong dan disiram kuah petis, rasanya lezat sekali. Apalagi ditemani es degan segar. Aduh, mendadak kangen petis :')

Setelah makan dan keliling kota sebentar, kami pulang karena Asep ada acara 'syukuran' hari ulang tahun bersama keluarganya. Aku dijanjikan untuk diajak jalan-jalan malam hari nanti. Malam minggu di Sidoarjo, it's gonna be fun!


Pukul 21.00, kami mencari jajanan malam di Jalan Teuku Umar. Agak kaget sih melihat tempat nongkrong orang Sidoarjo yang lesehan pinggir trotoar. Aku sempat bingung, ini aku lagi di Sidoarjo atau lagi di Jogja, Kota Angkringan itu ya? Hehe...

Lontong Cecek

Wisata kuliner keduaku: Lontong Cecek! Cecek ini adalah kulit sapi yang juga disiram kuah petis. Karena kulit sapi ini alot, hatiku tetap memilih Lontong Kupang sebagai makanan terenak sejauh ini, hahaha... Orang Jawa Timur memang penggemar rasa pedas ya. Aslinya, Lontong Kupang dan Lontong Cecek juga rasanya pedas. Pedasnya pun nggak sembarang pedas, tapi pedas nendang yang bisa bikin orang keringetan seperti abis jogging 20 putaran *LEBAY*

Ibu cantik penjual Lontong Cecek & Lontong Kupang

Setelah menghabiskan sepiring Lontong Cecek, Asep memesankan seporsi Tahu Campur untuk kami berdua. Enaaak~ Ya, berhubung aku penggemar berat tahu sih. Tahu dicampur petis rasanya luar biasa lho, readers! Karena kalap, aku lupa mengabadikan si lezat Tahu Campur :(

Kios Tahu Campur di Jl. Teuku Umar

Bukan tanpa alasan aku menyebut Sidoarjo sebagai "City of hundred Christmas Trees". Lihat saja pemandangan di bawah ini: lampu di mana-mana! Lampu melingkari pohon, lampu menghiasi taman, lampu di setiap sudut jalan, lampu dililitkan ke pagar atau bangunan, well lampu is everywhere! Semakin kagum ketika mendengar bahwa Sidoarjo jarang mati listrik, hmm... Medan apa kabar ya? Emang segimana parah konsumsi listrik di Medan sana?



Suasana Alun-alun Sidoarjo di malam hari. Lampu everywhere!

Walau sudah kenyang, kami keukeuh mencari jajanan lagi. Kali ini Tahu Telor di dekat kawasan Alun-alun. Tahu, telor, dan lontong disajikan dengan petis, another delicious food! Sekali lagi, karena kalap, foto Tahu Telor-nya tidak sempat diambil, jadi foto gerobak penjualnya saja deh ya :p


Sebenarnya Asep mau mengajakku mencoba another lontong, yakni Lontong Lodeh. Tapi Lontong Lodeh ini isinya lontong dan sayur lodeh (dan petis, again), jadinya aku tidak bisa memakannya. Cukup difoto penjualnya ajalah ya, foto makanannya silakan di-googling sendiri, readers.


Jalan-jalan malam mengitari Sidoarjo berlanjut ke Gelora Delta Sidoarjo, stadion berkapasitas 35.000 penonton yang digunakan sebagai kandang klub Super Liga, Deltras Sidoarjo. Saat itu stadion tengah ramai-ramainya dikunjungi warga, selain karena malam minggu, saat itu stadion juga menjadi venue penyelenggaraan AFF U-19 dimana besok hari akan berlangsung gala final Indonesia vs. Vietnam.

Tambahan info, hari Minggu (22 September) malamnya loket stadion dibakar supporter yang kecewa karena kehabisan tiket untuk menonton final AFF U-19. Wah, untung saja aku sudah dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Kalau tidak... pasti aku ikut bergabung ngamuk bersama mereka! :p


Ini dia, monumen Bandeng dan Udang kebanggaan Kota Sidoarjo!



Next time, aku harus bisa memfoto bagian dalam dan isi museum! Huhuhu...



Minggu, 22 September 2013
Aku dibangunkan jam 05.45 pagi oleh Asep. Kami memang janjian untuk ikut senam pagi dan jalan sehat yang diselenggarakan Pemda di Alun-alun. Pemda Sidoarjo memang rutin mengadakan acara senam pagi agar warganya sehat jasmani dan rohani. Wah, keren ya!

Sayang aku tidak membawa kamera jadi tidak bisa merekam momen kehebohan warga Sidoarjo ketika senam pagi dilanjutkan joged Goyang Caesar massal. Seru sekali! Ini pertama kalinya bagiku untuk ikut kegiatan olahraga ketika sedang travelling, hahaha... Asep adalah salah satu warga yang paling bahagia ketika bergoyang Caesar, alhamdulillah dah... :p



Senam dan jalan sehat bersama warga Sidoarjo berakhir pukul 08.00 WIB. Aku segera kembali ke hostel untuk packing karena kereta KA Penataran dari Sidoarjo berangkat pukul 08.52 WIB, dan tiba di stasiun Surabaya Gubeng pukul 09.30 WIB.

Karena ketidakmampuan memperkirakan waktu, aku ketinggalan kereta T.T
Jadilah aku mengambil jalur yang lebih jauh untuk menuju ke stasiun Gubeng: naik angkot ke Terminal Joyoboyo kemudian naik angkot lagi menuju ke Stasiun Gubeng, dengan total waktu tempuh +/- 1,5 jam. Untung saja keretaku, KA Gaya Baru Malam, berangkat jam 12.00 WIB jadi aku kali ini tidak akan ketinggalan kereta yang ke Jakarta.

Ah, what a beautiful trip! Terima kasih Sidoarjo, aku pasti merindukan petismu! I'll see you next time!

PS.
Memotret stasiun yang dikunjungi kini menjadi semacam keharusan bagiku. Stasiun Sidoarjo berada 4 meter di atas permukaan laut! Pantas saja aku langsung terbakar ketika menginjakkan kaki pertama kali di kota ini. Hahaha, sok sekali aku ini, padahal Kota Manado juga sama panasnya dan sama-sama berada hanya beberapa meter saja dari permukaan laut.


2 comments:

  1. wiiiiih makasih loh atas narasi tentang sidoarjonya haha.. duh duh.. kenapa ada pict aku lagi joget hheu ~~~

    ReplyDelete
  2. Cie Duta Wisata-nya ngomen!! Hmm, daripada kutaruh gambar ibu-ibu joged, mending gambar video kamu joged lah :3

    Sep, aku harus ke Candi Pari ya next time!

    ReplyDelete