April 28, 2013

Laskar Jogja (Part 1)

PROLOG. "Laskar Jogja" adalah cerita sekaligus trip review tentang perjalanan 14 mahasiswa dan 2 mahasiswi kampus STAN spesialisasi Kebendaharaan Negara kelas 3J. Perjalanan ini sekaligus menjadi acara MAKRAB (Malam Keakraban) bagi kelas 3J (SOULJAH) selama 5 hari 4 malam di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dimulai dari 24 April 2013 pukul 18:40 dan berakhir pada 28 April 2013 pukul 01:00 WIB.

So, here comes the story...
Perjalanan ke Jogja kemarin adalah salah satu pengalaman travelling yang sangat berarti dan takkan pernah kulupakan. Karena itu bukan saja kali pertama bagiku menginjakkan kaki di Jogja, tapi juga itu adalah makrab kelas pertama dan trip backpacking pertama SOULJAH, kelasku tingkat tiga di kampus STAN. Bersama 15 orang lainnya, aku berbagi suka-duka backpacking di bawah teriknya Jogja dengan modal uang yang pas-pasan.

Perjalanan ini adalah hasil rancanganku bersama beberapa orang lainnya, terutama dengan Budi. Betapa senangnya ketika kami tahu bahwa "Laskar Jogja" meningkat dari hari ke hari, dari yang awalnya hanya beranggotakan lima orang. Namun, tetap saja duka besar kami rasakan ketika akhirnya Sali memutuskan tidak bisa ikut meskipun tiket kereta sudah di tangan. Tapi begitu tiba di Jogja, rasa duka itu tidak lagi begitu terasa, karena kami siap menjelajah Jogja dengan senyum kegembiraan!!

Meeting point: Masjid Ceger pukul 18:44 WIB
Kamis, 25 April 2013
Kami menginjakkan kaki pertama kali di St. Lempuyangan, Jogja. Backpacking trip pun seketika dimulai! Dengan berjalan kaki, 16 orang mahasiswa/i ini menuju St. Tugu. Karena 'buta arah' kami sempat beradu pendapat mengenai arah jalan. Sempat terpikir bahwa kami sebaiknya menyusuri rel kereta dari St. Lempuyangan ke St. Tugu yang hanya berjarak satu stasiun saja. Ide konyol, karena kami tidak ingat bahwa rel kereta tidak terus-menerus ada di tanah, tapi ada juga jembatan yang melintasi sungai kecil. Bayangkan apa yang terjadi jika kami nekat menyusuri rel kereta, kemudian di jembatan itu ada kereta yang lewat! Hahaha...!!


Dari St. Tugu, kami adu pendapat lagi ketika mencari makan siang dan penginapan. Untungnya kami berhasil mendapat penginapan yang nyaman dan cukup murah, yang terpenting: tidak dibatasi jam malam bagi kami yang ingin menikmati angkringan ASLI Jogja tengah malam nanti.

Kegiatan di penginapan: Ada yang tidur, ada yang cuci baju, dan ada yang bengong :p
Setelah tidur siang dan mandi, kami berangkat menuju Keraton Jogja, tapi sempat singgah sebentar di kawasan nol kilometer Jogja untuk berfoto di depan Gedung Agung yang adalah kantor kepresidenan ketika DI Yogyakarta menjadi ibu kota negara Indonesia. Meskipun matahari bersinar terik, kami sangat menikmati perjalanan. Suara tawa dan saling 'bully' tidak pernah berhenti terdengar. Apalagi ada Liko dengan kameranya yang selalu siap merekam momen istimewa nan alay ;)

Minus Danang dan Liko, berfoto di depan Gedung Agung


Monumen Serangan Umum 1 Maret 


Salah satu pencetus terbentuknya "Laskar Jogja": Mohammad Budiono :)
 Akhirnya, tibalah kami di Keraton Jogja! Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat ini adalah istana resmi milik Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota Yogyakarta.


Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.




Yak, foto alay di pelataran keraton!
The man behind camera: Liko Arsanda
 Setelah keraton Jogja, tempat kedua yang kami singgahi adalah Masjid Gedhe Kauman yaitu Masjid Raya Jogja. Aku yang non-Muslim menunggu di luar sambil mengagumi arsitektur gedung-gedung sekitar masjid yang sangat antik dan tradisional. Cantik sekali! Menurut teman-teman yang sholat, interior Masjid pun sangat indah, persis dengan yang sering mereka lihat di acara TV.



Beranjak dari masjid kami memutuskan untuk kembali ke penginapan mengingat acara puncak hari pertama adalah tengah malam dimana kami ingin "ngangkring". Perjalanan pulang harus melalui Jalan Malioboro yang keramaian pasarnya telah terkenal hingga ke Mancanegara. Apa pun yang dicari, pasti ada di Malioboro! Aku yang doyan belanja oleh-oleh khas daerah ini pun akhirnya "cuma" membeli dua buah kaos Jogja dan sejumlah oleh-oleh gantungan kunci untuk teman-teman di Bintaro. Oh ya, tidak ketinggalan Laskar Jogja juga membeli kaos kembaran untuk besok dipakai ketika menyambangi Candi Borobudur! Yeah!

Sabar menunggu "emak"-nya selesai belanja :')
Selepas Maghrib, anak-anak mulai berpencar menuju Malioboro. Ada yang melanjutkan hasrat belanja yang sempat tertunda sore tadi, ada yang janjian bertemu kakak perempuannya (lirik Nurman :p), ada yang hunting foto jalanan Malioboro di malam hari (lirik Liko), dan ada juga yang ikut-ikut aja kemana temannya pergi, hahahaa...

Menunggu pasukan yang masih 'bertebaran'
Tujuan utama jalan-jalan malam ini adalah Alun-alun Kidul demi menyambangi sebuah sepasang pohon di tengah taman yang konon katanya menyimpan cerita mistis tentang raja-raja zaman dahulu.

Source: http://www.jogjawae.com
Anak-anak sekelas bergantian menjajali kesaktian pohon itu. Dengan mata ditutup selembar kain, mereka mencoba untuk berjalan lurus melewati kedua pohon tersebut. Hanya dua-tiga orang yang berhasil, itu pun setelah dua kali percobaan. Menurut kesaksian beberapa teman, begitu mendekati pohon, mereka merasakan ada suatu kekuatan yang menarik mereka sehingga mereka membelok dan tidak berhasil menembusnya. Wah! Aku sendiri? Aku tentu saja tidak mau percaya dengan hal-hal mistis seperti itu, sehingga aku tidak mencobanya. Sudah cukup seru kok menyaksikan bagaimana orang-orang lain berjalan miring, menyilang, bahkan berputar balik! :D


Foto-foto di Alun-alun Kidul
Pertengkaran seringkali tidak dapat dihindari, terlebih jika situasi dan kondisi yang memang tidak mengenakkan. Karena sudah capek seharian berjalan kaki, emosi kami menjadi karu-karuan. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dan kami tidak berhasil mendapatkan kendaraan untuk kembali ke St. Tugu lokasi angkringan Jogja berada. Walaupun akhirnya kami sukses mendapat becak (satu becak untuk bertiga), sisa malam itu tidak berjalan nyaman dan asyik seperti sebelum-sebelumnya. Semoga suasana itu bisa segera mencair setelah istirahat malam ini :')

Angkringan Stasiun Tugu Jogja
Monumen Kereta di Stasiun Tugu
Plang Jalan Malioboro
Besok kami akan berpindah 'markas' yaitu tinggal di rumah Danang, sang ketua kelas! Yeay! Tomorrow will be sooooo legendary! Hihi, can't wait! :)

0 testimonial:

Post a Comment