February 22, 2019

Piknik di Tepi Pantai Metro - Kei Islands Trip Pt. 3

Di bagian ketiga reviu Kei Islands Trip ini ada cerita dan (banyak) foto menarik dari Pantai Ufmar dan Pantai Madwaer. Emang nggak salah sih Kepulauan Kei disebut sebagai hidden paradise. Tidak ada pantai di sini yang tidak elok, ditambah lagi hampir semuanya masih sepi pengunjung; betul-betul terasa jadi pantai pribadi.

Serasa main-main di halaman rumah sendiri ya :')

Readers, ada satu cerita yang tertinggal dari cerita Bagian 2 kemarin. Pada malam hari kedua, setelah kembali dari makan malam di Kafe Forganza, kami berburu bima sakti a.k.a Milky Way! Oke bukan "kami" sih, hahaha, lebih tepatnya Bang Adi dengan bantuan kami sebagai lighting-man dan model. Ini pertama kalinya bagiku melihat bima sakti secara langsung. Sekarang aku paham kenapa orang-orang pada ketagihan naik gunung hanya demi sepotong foto bernama "milky way".



Maksud hati ingin berpose ala F4, apa daya...

Pemandangan bintang sejelas dan seterang ini hanya akan berhasil jika dilakukan di daerah yang bebas polusi udara dan cahaya lampu. Tak lupa juga perangkat kamera yang mumpuni dan ilmu setelan ISO + diafragma + shutter speed yang pas. Pengennya sih berburu bima sakti setiap malam selama di Kei Kecil, sayang sekali hari-hari selanjutnya cuaca cenderung berawan bahkan hujan. Jadi dua foto di atas lah yang terbaik yang kami peroleh. Cantik kaaaan?



DAY 4 - Jumat, 15 Juni 2018

Hari ini kami tidak menggunakan kapal sama sekali karena seluruh destinasi bisa ditempuh dengan jalur darat. Lokasi pertama: Pelabuhan + Pantai Ufmar di Desa Danar. Jaraknya cukup jauh dari Kota Langgur, sekitar 2,5 - 3 jam perjalanan bermobil. Sudah jauh, letaknya pun cukup tersembunyi, makanya Pantai Ufmar belum terlalu dikenal wisatawan. Biasanya yang datang ke sini adalah warga lokal, baik untuk berenang ataupun sekadar mengaso dengan segelas kopi plastik di tangan.







Ada beberapa kapal besar sedang merapat di dermaga saat kami tiba. Rencananya Pelabuhan Ufmar akan dijadikan pelabuhan peti kemas, jadi memang bukan untuk kapal-kapal wisata. Keren deh, Readers, meskipun difungsikan sebagai pelabuhan kapal besar, kondisi perairan di sekitar Pantai Ufmar masih biru jernih. Sejuk banget lihatnya! Pantainya pun bersih, tak ada pemandangan sampah terdampar. Semoga bisa terus lestari ya. Amin!

Penampakan pantai dari pelabuhan


Kekgini lah kalo semua terobsesi jadi Asia's Next Top Model

Destinasi kedua adalah yang disebut-sebut Bang Adi sebagai: "pantai yang ada pohon miringnya." Kalau Readers gemar memantau foto-foto traveling di Instagram, pasti tahu deh bahwa belakangan ini ada foto 'nge-hits' berlatar pohon kelapa miring 45° di tepi pantai. Objek dalam foto tersebut bisa sedang memanjati pohon atau bermain ayunan yang diikatkan ke batang pohon tersebut. Nah, ternyata Pulau Kei Kecil juga punya lokasi seperti itu. Namanya: Pantai Metro.

Pantai Metro berada di Ohoi (Desa) Madwaer sehingga dikenal juga sebagai Pantai Madwaer. Jarak ke pantai ini dari Kota Tual sekitar 35 km, sedangkan dari Langgur sekitar 30 km.

Langsung pengen syuting MV "Wrecking Ball" gitu~

Kesan pertama yang kami temukan begitu melihat pantai ini adalah "CANTIK BANGET!" Seperti Ngurbloat dan Ohoililir, pasir pantai di Madwaer juga putih bersih dan sangat halus seperti bedak bayi. Air lautnya pun jernih dan bersih, jauh dari limbah manusia, paling-paling hanya satu-dua pelepah kelapa terlihat berserak di garis pantai. Ditambah lagi, pantai ini SEPIIIII banget, tak ada satu sosok manusia pun yang kami jumpai selama di sana. Pagi itu kami bertujuh, bersama Rian dan Abang Sopir, menguasai Pantai Metro layaknya private beach milik resor-resor berbintang lima. 

Kesan kedua: angin dan ombaknya kencang sekali! Rasa-rasanya lokasi ini bisa dipakai untuk kontes selancar kayak Kuta - Bali atau Plengkung - Banyuwangi. Jangan berkecil hati dulu, Readers, kita tetap bisa kok bersenang-senang di pantai ini dengan berenang atau snorkeling. Cukup pastikan kalian lihai berenang dan selalu memperhatikan kondisi sekitar selama berenang. Sedangkan buat anak kecil atau perenang amatir (sepertiku, ehm!) harus ada yang mengawasi ya.

Selamat makan!

Setelah menemukan spot yang terbaik, Rian dan Abang Sopir menggelar tikar di atas pasir. Asyik bangeeeeet! Di mana lagi coba kita piknik di tepi pantai 'pribadi' bersama hembusan angin sepoi-sepoi kencang dan aroma laut yang menyenangkan. 

Aku lupa apa saja lauk makan siang kami di Pantai Metro, tapi aku ingat sekali bahwa beberapa lauknya dimasak sendiri oleh Rian. Rasanya? Enak pake "banget"! Aku sampai beberapa kali meminta Rian memasakkan lauk yang sama untuk makan malam/siang hari-hari selanjutnya hahaha. Makanan nikmat berpadu pemandangan indah... dashyat betul piknik kami hari ini.

Piknik di tepi pantai

Lagi asyik-asyik mengunyah seafood, eh, kaki tiba-tiba terasa basah. Lho!? Astaga, air laut! Kocak banget kalo diinget-inget, Readers, betapa hanya dalam hitungan menit piknik kami berubah 'kacau'. Rupanya karena angin yang sangat kencang, hempasan air laut di pantai terus bergeser naik beberapa sentimeter. Padahal saat piknik dimulai, batas air masih cukup jauh lho. "Ayok, ayok, pindah cepat!" Bang Adi otomatis melompat berdiri. Kami pun sigap gotong-royong menggeser tikar, lauk, dan segala peralatan makan.

"Keknya ini udah jadi nasi campur pasir saking kencang angin..." celetuk Bang Tommy. Iya sih, bisa jadi. Udah mana pasirnya putih dan sehalus tepung, makin nggak kelihatan lah kalau ada yang nyelip di nasi dan lauk hahaha. Untunglah 'insiden' ini tidak semerta-merta bikin nafsu makan hilang, malahan jadi ketawa geli sendiri kalau diingat-ingat kembali.


Siapakah yang beruntung mendapat kesempatan main ayunan?
Erlin? Atau Bang Tommy?

...tentu saja ERLIN! *senyum penuh kemenangan*

Dari Pantai Metro, kami mampir sebentar ke Pantai Wab. Kalau dari segi pemandangan dan aktivitas, pantai satu ini memang kurang menarik. Tapi jika ke sini sore hari, kita bisa melihat kegiatan warga setempat membongkar tangkapan ikan segar dari perahu. Foto di bawah ini aku ambil dari Instagram Stories-nya Nanda dan Bang Adi. Maklum ya, Readers, gara-gara reviu terus-terusan kutunda hingga 6 bulan, dokumentasi dari sekian banyak kamera jadi tercerai-berai. Untunglah ingatanku tentang penjelajahan Kep. Kei masih segar 🙈


Kiri: menuju tepi Pantai Wab / Kanan: hasil tangkapan nelayan Desa Wab

Sunset hari Jumat ini kami saksikan di Pantai Ngurbloat, tepatnya di depan rumah si Rian (Evelyn Cottage). Awan gelap di cakrawala memang bergulung lebih tebal dibandingkan kemarin, tapi yang namanya pemandangan matahari terbenam sih pasti punya warna masing-masing. Either a clear sky or a cloudy one, entah terbenamnya di laut atau di gunung, tetap saja memukau.


Sudah gosong semua, Saudara-Saudari!

Sunset hari keempat - Lokasi: Pantai Ngurbloat

Sore itu kami kembali bertemu dengan Pisang Enbal, yang pertama kali 'diperkenalkan' oleh Kafe Forganza malam sebelumnya. Daging pisangnya tebal namun gurih karena digoreng bersama tepung. Katanya sih tepung ini punya kandungan yang sama dengan yang ada di sianida. Waduh bahaya dong?! Hahaha, tenang saja kawan, kami semua sehat walafi'at kok walau sudah menghabiskan 7-8 potong pisang. Layaknya kebiasaan makan pisang goreng di timur Indonesia, kami menikmati Pisang Enbal dengan sambal. Cita rasa pisang goreng panas dicocol sambal memang tiada bandingannya!

Pisang Enbal, sukses bikin jatuh cinta pada gigitan pertama

Alih-alih 'keracunan' kami justru ketagihan. Pokoknya setelah kenal pisang enbal, tiap kali nongkrong di Evelyn Cottage pasti akan muncul pertanyaan: "Boleh pesan pisang enbal nggak?" (Paling sering datang dari mulutku hahaha) 😆 Namanya juga pakai uang kas bersama, jadi harus izin dulu. Kalau yang lain lagi nggak pengen, yah tidak dipaksakan.

Segitu dulu yah cerita dari Kepulauan Kei di hari keempat. Di post selanjutnya, kami akan kembali bertualang di lautan. Pastikan Readers mampir lagi yah soalnya nanti ada banyak foto cantik dari gusung pasir / pasir timbul paling cantik se-Indonesia: Pantai Ngurtafur! See you on next post! 🙋


*


N.B.
Readers, tahu nggak sih satu hal yang hampir selalu terjadi padaku saat lagi traveling di kawasan laut? "Ketinggalan pesawat, Lin?" Duh, bukan itu. Iya itu juga sering banget sih kejadian (HAHAHA!) tapi yang satu ini emang khusus tiap main ke laut gitu lho, Readers. Apa hayooo?Kedatangan tamu bulanan! Kasus ini selalu kejadian, mulai dari Labuan Bajo tahun 2016, Raja Ampat tahun 2017, bahkan Labengki 2018. Nah, di Kep. Kei ini aku sudah optimis akan terhindar dari tamu ini, makanya nggak sabar banget pengen snorkeling atau sekadar cibyar-cibyur cantik. Apa daya... hari ini dia datang menyapaku tanpa permisi, tanpa Surat Pemberitahuan terlebih dulu 😔 Kena insiden seperti ini rasanya sangat melelahkan, apalagi di trip ini aku jadi wanita seorang diri. Tidak ada yang bisa diajak 'kerja sama' atau tahu seberapa sakit (dan memalukan) hal ini. 


Cie Erlin, masih bisa lompat-lompat nih yee...
(dicekrek beberapa jam sebelum kedatangan si 'tamu')

So I'll take this chance to thank my four trip companions for being so understanding about 'my accident'. They treated me properly, didn't ask annoying questions such as: "Emang kau nggak tahu siklusmu sendiri? Kok bisa bablas?" (Not every female lives a perfect life, you know, including in term of period cycle) You guys are literally the best male travelmates I could have ever asked for! *peluk satu-satu sampe sesak napas* 😘

0 testimonial:

Post a Comment