September 29, 2015

Sawasdee Kha, Bangkok!


Alkisah, pada suatu sore yang cerah, terjadilah sebuah percakapan via WhatsApp antara tokoh utama cerita ini dengan Yolanda Angelina Togatorop...
Y: "Info: CGK-Bangkok penerbangan langsung tgl 24-27 September harga promo 1.600.000 yol"
Y: yukk linn :3
E: Yokkk
...
Y: kalo berdua doang agak gimana ya wkwkwk
E: Iya kak wkwkwk mana Thailand pulak yakan, mirip2 Indonesia aja dia kan
Y: Iyaaa T.T gausahlah dulu?
E: Iyaa kaaak :') Kita harus beramai2 biar ga capek selfiee
Y: yasudahlah next destination aja yaaww :3
Percakapan pun ditutup dengan keputusan: tidak membeli tiket tersebut. Keesokan harinya, beberapa menit setelah sang tokoh utama tiba di kantor dan siap mulai mengabdi bagi bangsa... chat dari Bang Supriadi menyeruak di tengah keheningan (?)
A: Erlin yakin gak mau ambil yg bangkok itu? :)
...
E: Hiks godaan kali loh abang ini hahahah. Yaudah belik laaaaah
...
A: tiket sudah di email. yang jam 6 pagi habis, jadinya ambil siang

E: luar biasaaaa wkwkwk
... jadi demikianlah ceritanya mengapa Bangkok Trip ini kusebut "impulsif". Jika HK dan Kamboja Trip yang lalu direncanakan selama hampir setahun, trip kali ini benar-benar spontan, nyaris tanpa rencana. Penyusunan itinerary pun baru benar-benar dimulai 1 minggu 2 hari sebelum keberangkatan ^^

Ekspresi bahagia punya banyak 'kenalan baru': candi di negeri tetangga :')

Ada beberapa versi imajinasi yang akan terlintas di pikiran orang jika mendengar kata "Bangkok". Versi 1: pecinta sejarah, pasti akan membayangkan candi-candi Buddha lengkap dengan Grand Palace yang kesemuanya berarsitektur khas Thailand dengan warna emas-perak cerah ceria. Versi 2: penggila shopping, yang langsung membayangkan pusat belanja yang tersebar di seluruh Bangkok, siapa sih yang tidak tahu pakaian impor Bangkok yang terkenal dengan model-model lucu dan harga murah? Versi 3... apa hayooo? Ah, nggak usah sok polos gitu deeeeehh... "Ladyboy" pasti juga terlintas di benak saat mendengar "Bangkok" disebut. "Menonton ladyboy show" masuk dalam to-do-list kami, lho, sayangnya tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan dana. Jadi mohon dimaafkan kalau aku tidak bisa banyak bercerita tentang sisi Bangkok yang satu itu ;)


Don Mueang Railway Station

Suasana di dalam kereta lokal menuju Hua Lamphong. Keretanya sering banget berhenti, no wonder kami butuh 2 jam untuk mencapai lokasi :(

People respect monks (bikkhu) so much, they reserved priority seats on public transportation


Aku dan Kak Yola berangkat jam satu siang dari Soekarno Hatta International Airport dan menempuh empat jam perjalanan berpesawat. Kami landed di Bandara Don Mueang, bukan Suvarnabhumi yang merupakan bandara utama Bangkok. Puji Tuhan, menuju hostel dari Don Mueang dapat menggunakan public transportationkereta. Yang tidak kami ketahui adalah jalur kereta di Bangkok ini berbeda-beda! Don Mueang ke Hua Lamphong Railway Station menggunakan local train. Dari Hua Lamphong lanjut ke Makkasan St. via Airport Rail Link. Dari Makkasan pindah ke Phetchaburi St. untuk menuju Sukhumvit St. dengan underground train (MRT). Terakhir, Sukhumvit St. interchange ke Asok St., lalu naik skytrain (BTS) ke On Nut Station. Bingung ya, readers? Hahaha apalagi kami yang perdana menjajal rute ini bermodalkan Gmaps dan bertanya kiri-kanan saja, makanya sempat salah turun stasiun dan salah memperkirakan rute juga. Oh ya, ditambah lagi rasa deg-degan ala ladies traveler yang cuma jalan berdua di kota asing kayak Bangkok ini... super

Hello, fruits! :*

Hostel kami, Imm Fusion Sukhumvit, terletak tidak jauh dari On Nut St., cukup dengan 8 menit berjalan kaki. Hostel ini sangat nyaman, meski berupa gedung tua tapi penataan a la Timur Tengah (Moroko)-nya itu instagrammable banget. All hail Bang Adi yang sudah me-reserve-kan hostel kece ini! Rasa lelah karena setengah hari berada di kereta juga akhirnya terobati oleh belanja buah-buahan segar di Thong Lo St. setelah hunting makan malam. Buah-buahan ini dikemas ala rujak gerobak di Indonesia, dengan harga 20 baht (Rp8,200) sekantong. Aku dan Kak Yola langsung memborong mangga, jambu, apel, dan anggur hahaha. 

Melewati salah satu pier sepanjang Sungai Chao Phraya 


Apa yang kami lakukan di Bangkok? Wisata candi dan belanja! Wat PhoWat Phra Kaew dan Grand Palace, serta Wat Arun adalah empat atraksi utama Bangkok yang akan muncul teratas saat meng-input "traveling to Bangkok/Thailand". Keempatnya kami kunjungi di hari Jumat, hari kedua di Bangkok, dengan menggunakan boat mengarungi Chao Phraya River, untuk mencapai pier ini kami menempuh perjalanan dari On Nut St. menuju Siam St., lanjut ke Saphan Taksin St. menuju Chao Phraya Express Pier. Melihat sungai Chao Phraya, aku mau tak mau terkenang pahitnya pengalaman dengan Tonle Sap Lake di Kamboja yang sama-sama berair keruh dan ditumbuhi eceng gondok. Tapi satu hal yang juga menggelitik di hati... transportasi air seperti ini bisa nggak sih kita terapkan di Jakarta? 

Reclining Buddha, taken from the best spot :)

Puas melihat kemegahan reclining Buddha di Wat Pho, aku dan Kak Yola memutuskan berjalan kaki ke Grand Palace. Seandainya perjalanan ini ditempuh saat matahari tidak sedang terik-teriknya, mungkin akan jadi perjalanan yang menyenangkan. Panasnya Thailand sukses membuat kami gosong di hari pertama. HTM ke Grand Palace adalah sebesar 500 baht yang mencakup kunjungan ke Central Court, Wat Phra Kaew (Temple of the Emerald Buddha), The Royal Thai Decorations & Coins Pavillion and Queen Sirikit Museum of Textile, dan Vimanmek Mansion Museum on Ratchawithi Road. Kami hanya sempat menjajal dua atraksi pertama saking panasnya cuaca dan lokasi terlalu luas bagi kami yang sudah kelelahan ini, ditambah lagi perut yang sudah mengerang minta diisi.



It was so crowded, aku bahkan jadi malas untuk mengambil banyak foto. Selfie juga jadi nggak maksimal hasilnya :(


Makan siang seharga 300ribu-an :(

Untuk makan siang, kami mengunjungi restoran yang terletak di seberang Grand Palace; nama restonya bukan dalam Bahasa Latin, jadi maafkan aku yang tidak bisa merekomendasikan tempat ini ya hehehe. Makanannya nikmat banget, padahal seating area-nya kecil dan terbatas. Aku dan Kak Yola sudah khawatir akan diusir begitu selesai makan, eh ternyata kami dibiarkan saja tetap duduk nyaman dalam ruangan ber-AC itu sambil menunggu HP selesai di-charge. Harga makanannya standar sih, tapi untuk kami yang biasa makan di pinggir jalan ini, makan siang 600 baht per orang itu mahal banget :( Tips: biar afdol, kalo ke Bangkok ya harus makan sticky rice with mango!

Memasuki bagian depan Wat Arun langsung disambut beginian, kan langsung down :(

Ini... Wat Arun?!

Wat Arun terletak di sisi yang berbeda sehingga kami harus naik perahu lain lagi seharga 3 baht sekali jalan. Sayangnya, Wat Arun tengah direnovasi, menyebabkan aku tidak bisa menjajal pengalaman memanjat Wat Arun untuk melihat view Bangkok dari ketinggian yang spektakuler itu. Hiks. Renovasi ini akan berlangsung hingga akhir tahun 2015, readers, ini FYI aja biar kalian gak jadi korban PHP juga :p

Khaosan Road's souvenirs

So relaxing...

Favoritnya turis nih

Selesai berfoto sekadarnya dengan Wat Arun (gimana caranya coba narsis di tengah renovasi kayak gitu huhuhu), kami menyeberang kembali untuk jalan-jalan sore di Khaosan Road. Entah angin apa yang mengilhami Kak Yola sehingga memutuskan untuk naik tuktuk (100 baht) alih-alih jalan kaki. Jalan dari pier N8 ke Khaosan Road memang jauh sih, ditambah hujan tiba-tiba turun cukup deras! Wah... Khaosan Road pada dasarnya adalah lokasi menarik untuk buying souvenirs, hangouts at cool resto & bars, trying their popular Thai massage, atau get a tattoo! Tapi mengingat uang di dompet mulai menipis, aku menahan diri (dengan sekuat tenaga) dan hanya menemani Kak Yola menjajal Thai massage seharga 250 baht/jam itu. Betapa sumringahnya dia selesai massage, membuktikan bahwa it's worth the price kok hahaha. Dari Khaosan Rd. kami tidak kembali ke pier N8, tapi ke N4: Panfa Leelard dengan berjalan kaki 10 menit.

Romantis kaaaaan? :3

Chao Phraya River's surroundings at the night are amazing, readers, sayang sekali aku melewatkan sunset/blue moment ini hanya seorang diri *eaaak "galau" detected* Romantis banget pokoknya ambience-nya! Make sure to grab your camera and capture those buildings at the right sunset moment yah ;) Hari masih belum malam, kawan! Kami memutuskan untuk coba hangout ke salah satu shopping mall yang menjanjikan "heaven of high quality clothes with cheap prices": Platinum Fashion Mall. Intinya sih mall ini sejenis ITC dengan harga yang standar alias nggak murah juga. Kami malah membeli cute passport case (dan leather keychain) di stall outside the mallCase dan keychain ini bisa dikasih nama dan logo sesuai keinginan, lucu banget pokoknya. Tapi yang lebih menarik adalah... stall-owners-nya adalah anak-anak muda tunawicara! Orang-orang yang awalnya heboh ketika menghampiri stall ini bisa tetiba jadi hening karena segala transaksi dilakukan dengan bahasa tangan dan mimik wajah. Kagum lah melihat kerja keras kreatif mereka :)

Adem banget suasananya, we all spoke in (literally) body language :)

My new baby!
Puas menghabiskan uang (literally, buat Kak Yola yang memborong setengah lusin sebagai oleh-oleh) untuk passport case, saatnya kembali ke hostel! Puji Tuhan, sudah dua hari ini cuaca cerah, beda dengan yang diramalkan AccuWeather atau media massa tentang kondisi cuaca Thailand. Kecuali tadi sih, saat mau ke Khaosan Road, akhirnya hujan turun juga, toh jadi alasan bagi Kak Yola untuk bisa mencoba Thai massage ;) Tuhan Yesus emang luar biasa! Yuk ah, selamat istirahat...

0 testimonial:

Post a Comment