"Bisa tahu resort kita dari mana, Mbak, Mas? Atau pada kerja di (bidang) perhotelan ya?" Manajer Banyan Tree Bintan pada akhirnya menuruti hasrat kepo (kepengen tahu.red) tentang kehadiran kami di resort ini. Kok bisa makhluk-makhluk domestik ini ended up di hidden 5-star resort begini? Rasanya sih bukan cuma Pak Manajer yang penasaran... raut wajah tamu-tamu lain juga menampakkan hal yang sama, ekor mataku acapkali menangkap tatap bingung mereka saat melihat kami lewat. Hahaha. Saking tak pernah menerima tamu Indonesia, situs Banyan Tree Bintan bahkan hanya dalam bahasa Inggris lho.
Perkenalkan: Geng Staycation Ceria |
Siapa lagi kalau bukan Bang Supriadi, sang otak dibalik staycation mewah ini. Kalau ditanya kenapa bisa tahu Banyan Tree Bintan, monggo tanyakan saja kepada suhu traveling satu itu. Rencana staycation sebenarnya sudah dirancang Bang Adi sejak Januari lalu bersama 6 orang rekan lainnya. Berhubung satu original member batal bergabung, aku dilamar menjadi 'pemain cadangan'. Yah... kenapa tidak? Toh aku memang belum pernah menginjak Provinsi Kepulauan Riau. Markicus! (Mari kita cus!)
SABTU, 3 MARET 2018
Langit Jakarta masih gelap ketika aku keluar dari kosan pukul 03.30 dini hari. Aku dan Bang Adi janjian naik Damri paling pagi dari Stasiun Gambir. Matahari mulai menampakkan semburat merahnya saat Damri mulai berguling masuk ke underpass Kemayoran. Puji Tuhan... tanda-tandanya hari ini akan cerah, dan semoga saja di Batam nanti sama cerahnya. Pesawat kami lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta Cengkareng pukul 06.20 WIB dan ontime mendarat pukul 08.00 WIB di Bandara Hang Nadim Batam.
Tiba di Batam, kami dijemput oleh geng KPP Pratama Batam Utara yang terdiri dari Kak Lusiana Siahaan, Bang Robiansyah, Friska Sitepu, Daniel Hutagaol, dan... Clarissa Paulina! Dua orang yang terakhir ini memang teman seangkatan waktu kuliah di Bintaro, tapi dengan Clarissa a.k.a Issa aku lebih akrab karena banyaknya mutual friends kami. Widih, sekalinya bump into each other malah langsung nge-trip bareng di Bintan, hahaha.
Mobil kami meluncur ke pelabuhan Punggur yang berjarak sekitar 15 KM dari bandara. Kak Lusi selaku Wakil Ketua merangkap Bendahara Trip (andalan!) mengarahkan kami untuk naik 'Roro' -- kapal feri row-on-row yang bisa menampung ratusan penumpang dan puluhan kendaraan bermotor antar-pulau. Harga tiket penumpang adalah Rp19.700,- per orang... tentu saja Rp300-nya tidak akan dikembalikan. 🤣
Awalnya Geng Batam berencana untuk turut membawa mobil ke dalam ferry. Rupanya mobil tidak bisa pergi keluar Batam karena tidak punya history pembayaran PPN di STNK-nya (kondisi normal di Batam). Bisa saja sih 'dipaksakan' menyeberang kalau ada surat izin dari Satlantas dan Bea Cukai. Kami lebih memilih untuk parkir inap saja di sebuah tanah lapang depan pelabuhan, dan nantinya menyewa mobil di Bintan. Kebetulan salah satu kru roro menawarkan mobil Avanza untuk 24 jam pemakaian lepas-kunci seharga Rp350 ribu diluar BBM. Bungkus!
Perjalanan menyeberang dari Punggur ke pelabuhan Tanjung Uban di Pulau Bintan akan kami tempuh dalam waktu 1 jam. Aku excited sekali bisa berada di atas perairan luas dan menikmati angin laut. Ini kenikmatan hakiki banget setelah berminggu-minggu terkurung di ibukota. Keadaan laut masih tenang pagi itu, angin pun tidak seganas di Selat Sunda saat menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni, Lampung. Warna air yang hijau turkis kebiruan tampak indah dipadu dengan view daratan dan kapal-kapal tangki di kejauhan.
Mobil kami meluncur ke pelabuhan Punggur yang berjarak sekitar 15 KM dari bandara. Kak Lusi selaku Wakil Ketua merangkap Bendahara Trip (andalan!) mengarahkan kami untuk naik 'Roro' -- kapal feri row-on-row yang bisa menampung ratusan penumpang dan puluhan kendaraan bermotor antar-pulau. Harga tiket penumpang adalah Rp19.700,- per orang... tentu saja Rp300-nya tidak akan dikembalikan. 🤣
Roro siap berangkat! |
Awalnya Geng Batam berencana untuk turut membawa mobil ke dalam ferry. Rupanya mobil tidak bisa pergi keluar Batam karena tidak punya history pembayaran PPN di STNK-nya (kondisi normal di Batam). Bisa saja sih 'dipaksakan' menyeberang kalau ada surat izin dari Satlantas dan Bea Cukai. Kami lebih memilih untuk parkir inap saja di sebuah tanah lapang depan pelabuhan, dan nantinya menyewa mobil di Bintan. Kebetulan salah satu kru roro menawarkan mobil Avanza untuk 24 jam pemakaian lepas-kunci seharga Rp350 ribu diluar BBM. Bungkus!
Perjalanan menyeberang dari Punggur ke pelabuhan Tanjung Uban di Pulau Bintan akan kami tempuh dalam waktu 1 jam. Aku excited sekali bisa berada di atas perairan luas dan menikmati angin laut. Ini kenikmatan hakiki banget setelah berminggu-minggu terkurung di ibukota. Keadaan laut masih tenang pagi itu, angin pun tidak seganas di Selat Sunda saat menyeberang dari Pelabuhan Merak ke Bakauheni, Lampung. Warna air yang hijau turkis kebiruan tampak indah dipadu dengan view daratan dan kapal-kapal tangki di kejauhan.
Resort Banyan Tree Bintan terdiri dari 64 vila mewah bergaya Bali mewah yang tersebar strategis di antara kawasan hutan alam, dibangun menghadap view Laut Cina Selatan. Selayaknya kasta dalam kehidupan manusia *beuh* pondok-pondok Banyan Tree juga terbagi atas jenis dan tingkat harga berbeda. Paling murah adalah Pool Villa Seaview (warna biru di peta) sekaligus yang paling jauh dari pantai. Kami nginap di mana? DUH PLIS GA USAH DITANYA. Yang paling mahal lah! *kibas rambut* *rambut ketek* Hahaha maap maap, becanda doang. Jangan langsung close window atuh.
Kami memesan Two Bedroom Banyan Pool Villa (warna merah), 2 vila berdekatan untuk masing-masing geng cowok dan cewek. Mengingat luasnya area resor dan jarak yang harus ditempuh dari kamar ke resepsionis atau restoran, ada fasilitas buggy (sejenis golf car) selama 24/7 yang siap melayani para tamu. Cukup menelepon ke operator, 5-10 menit kemudian buggy pun siap di depan vila. Sayangnya unit buggy di Banyan Tree masih terbatas, jadi saat peak season kita harus sabar menunggu kedatangan buggy.
Diantar buggy menyusuri jalan setapak yang menghubungkan tiap vila |
Buggy yang bisa menampung 7 orang hanyalah yang paling panjang (4 baris kursi), sehingga kami pun biasa berjodoh dengan Pak Warso, sang driver. Dari beliau kami tahu bahwa rata-rata staf hotel adalah transmigran dari Pulau Jawa dan berasal dari sekolah pariwisata/perhotelan. Banyan Tree menyediakan fasilitas asrama untuk stafnya yang masih lajang. Namun untuk yang sudah berkeluarga seperti Pak Warso, harus mencari sendiri kos/kontrakan di Bintan.
Kami tiba di hotel untuk check-in sekitar jam 3 sore. Selayaknya resort bintang 5, kami disambut dengan penuh kemewahan dan keramahan. Tidak perlu berdiri ngantri untuk check-in, cukup duduk manis di sofa lobby sambil menikmati teh lemongrass/ginger dingin dan membasuh diri dengan handuk basah.
"Untuk deposit akan dikenakan Rp2 juta per vila ya, Bapak," kata staf resepsionis kepada Bang Adi. AJIGILE DEPOSIT DOANG 2 JETI, COY! Nggak heran sih... wong harga vilanya saja Rp16 juta per malam.
Selamat datang di vila kami! |
Namanya juga resort yang dibangun di tengah hutan alam, pengunjung dibekali mosquito repellent a.k.a Soffel untuk lotion dan Baygon untuk penyemprot ruangan. Sebenarnya tidak ada nyamuk, tapi lebih ke serangga-serangga kecil yang suka mengerubuti buah. Oh ya, banyak semut juga di sini, jadi berhati-hatilah meninggalkan makanan manis di dalam kamar. Intinya sih ini adalah back-to-nature resort dimana kita bisa bersantai dengan pemandangan laut dan hutan. Semua vilanya benar-benar private, kita tidak akan bisa melihat aktivitas tetangga di vila sebelah, begitupun sebaliknya. Nggak heran deh banyak turis Singapura yang memilih honeymoon di Banyan Tree Bintan ini. Saat malam tiba, pencahayaan remang-remang saja yang akan menyinari area living room vila sehingga suasana makin syahdu dan romantis.
Sebenarnya banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh tamu Banyan Tree: riding an ATV, menikmati spa dan massage, rainforest exploring, ikut kelas memasak, yoga, bahkan juga shopping tour. Yes, they come at a price, tapi bagi para turis asing harganya masih affordable. Bagi kami? NGGAK USAH LAH YAW. Hahaha... toh sejak awal tujuan kesini emang untuk staycation alias stay di dalam vila, menikmati kolam renang pribadi, foto-foto yang banyak, dan bersenda gurau sampe rahang bergeser. Itu aja. Simple.
Jadilah kami berleha-leha dari jam 3 sampai jam 6 sore di sekitar kolam renang vila para lelaki. Soalnya pencahayaan matahari terbenam lebih bagus di vila mereka yang mengarah ke tenggara. Sayangnya, sore itu kami gagal mendapatkan sunset view karena awan tebal yang bergelung di kejauhan. Tak apalah. Tidak mengurangi cantiknya panorama yang tersaji di depan mata, kok.
Infinity pool di vila para bujang dihiasi jejeran pohon kelapa |
Too much bare skin in one picture. I can't even. |
Pukul 7 malam kami putuskan untuk mencari makan malam di luar resort. Kak Lusi mendapatkan insight adanya kawasan pujasera (pusat jajanan serba ada.red) yang terletak 10-15 menit berkendara dari Banyan Tree. Ini adalah pilihan paling tepat bagi rakyat jelata macam kami ini. Para tamu resort lainnya menikmati makan malam di restoran Banyan Tree, bahkan ada juga yang mengambil luxury package "Dinner on the Rock" alias makan malam romantis di 'pulau' batu tengah laut.
MINGGU, 4 MARET 2018
Pintu-pintu kaca kamar tidur telah kututup rapat semalam sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk pagi itu. Aku justru terbangun mendengar kicauan burung yang sepertinya bertengger di atas atap kamar. Kulirik layar ponsel... wah, sudah jam 7 pagi. 5 jam lagi kami harus check-out meninggalkan seluruh kenyamanan Bintan Tree. Duh.
Issa di sisi lain tempat tidur juga sudah terbangun. Kami bergegas cuci muka dan ganti baju untuk sarapan di Tree Tops Restaurant. Kak Lusi dan Fika di kamar seberang juga sudah bersiap, malah asyik selfie dengan view laut disinari matahari pagi. Tak lama rombongan lelaki datang menjemput kami untuk bersama-sama jalan kaki ke restoran.
Menurutku pribadi sih, rasa makanan breakfast-nya masih average. Tidak terlalu enak sebagaimana ekspektasi di awal. Untunglah terobati dengan view spektakulernya: laut di kejauhan, infinity pool di sisi samping restoran, dan pepohonan tinggi nan rindang di bagian belakang gedung restoran. Bahkan sebuah pohon tinggi menjulang di tengah area outdoor dining. Wah, arsiteknya kece sekali ya sudah bisa memperkirakan desain dan letak pohon ini sejak awal pembangunan restoran.
Sisa hari Minggu itu kami habiskan dengan sesi foto di kolam renang vila kami. Pemandangannya langsung ke laut lepas, semakin menegaskan fitur "ïnfinity" untuk swimming pool-nya.
Setelah check-out kami putuskan untuk singgah sebentar melihat penampakan private beach yang merupakan salah satu fitur unggulan Banyan Tree Bintan. Letaknya di sisi timur laut tidak begitu jauh dari restoran. Tapi demi menghemat waktu, kami kembali meminta bantuan Pak Warso dan buggy-nya untuk mengantar ke pantai. Siang itu begitu banyak bule kulit putih yang berjemur, baik di area kolam renang, maupun pantai. Emang aneh ya para bule ini, bisa gitu lho mereka asyik membaca dan 'main' laptop di bawah terik cahaya matahari. Ugh. Kami saja langsung melipir begitu selesai "cekrek-cekrek" di pantai; cukup 7 menit saja.
Setelah check-out kami putuskan untuk singgah sebentar melihat penampakan private beach yang merupakan salah satu fitur unggulan Banyan Tree Bintan. Letaknya di sisi timur laut tidak begitu jauh dari restoran. Tapi demi menghemat waktu, kami kembali meminta bantuan Pak Warso dan buggy-nya untuk mengantar ke pantai. Siang itu begitu banyak bule kulit putih yang berjemur, baik di area kolam renang, maupun pantai. Emang aneh ya para bule ini, bisa gitu lho mereka asyik membaca dan 'main' laptop di bawah terik cahaya matahari. Ugh. Kami saja langsung melipir begitu selesai "cekrek-cekrek" di pantai; cukup 7 menit saja.
Berburu dengan waktu batas pengembalian mobil sewaan dan mengejar penerbangan Bang Adi, kami mengebut dari Banyan Tree ke pelabuhan Tanjung Uban. Ups, bukan "kami". Tepatnya "Kak Lusi". Hahaha... wanita tangguh satu ini melarikan mobil cukup kencang, membuat para penumpangnya tak ada yang bisa tertidur. Bahkan Fika yang 'putri tidur' sejati. Apalagi aku dan Bang Adi di kursi belakang. "Maaf ya Erlin dan Bang Adi, aku malas ngerem!" seru Kak Lusi ketika menggilas habis polisi tidur dan aspal tak rata, menyebabkan turbulensi hebat di kursi belakang. Oke, kak, santai!
Kami bertolak ke Pulau Batam dengan speedboat, harganya ternyata hanya Rp47 ribu bukan Rp70 ribu seperti perkiraan Kak Lusi di awal trip. Wah kalau tahu gitu sih mending sejak berangkat saja ya kami naik speedboat. Cuma 15 menit perjalanan!
Kami bertolak ke Pulau Batam dengan speedboat, harganya ternyata hanya Rp47 ribu bukan Rp70 ribu seperti perkiraan Kak Lusi di awal trip. Wah kalau tahu gitu sih mending sejak berangkat saja ya kami naik speedboat. Cuma 15 menit perjalanan!
Di Batam kami singgah untuk menengok lokasi restoran Mie Tarempa (enggak makan karena udah keburu sold out) dan membeli roti luti gendang sebagai buah tangan. Aku sendiri prefer memborong coklat di toko Top 100 buat oleh-oleh orang kantor.
*
Nge-trip sama temen baru itu selalu menyenangkan. Apalagi kalau ternyata orang-orangnya seru dan sejiwa: sama-sama gila! Lebih menyenangkan lagi karena... followers Instagram bertambah! Yihay! Hahahak.
Makasih ya Bang Adi, Kak Lusi, Bang Robi, Fika, dan Issa-Daniel buat keramahtamahannya! Semoga bisa berjumpa (dan manggatali) lagi di kesempatan selanjutnya. Mari kembali ke dunia nyata dimana kasur nyaman, bantal mepuk, dan private infinity pool hanya bisa dicicip dalam imajinasi semata :')
Terima kasih, Saudara-Saudari terkasih! |
Makasih ya Bang Adi, Kak Lusi, Bang Robi, Fika, dan Issa-Daniel buat keramahtamahannya! Semoga bisa berjumpa (dan manggatali) lagi di kesempatan selanjutnya. Mari kembali ke dunia nyata dimana kasur nyaman, bantal mepuk, dan private infinity pool hanya bisa dicicip dalam imajinasi semata :')
PS. Next time ke Bintan pengen sekalian main ke tempat-tempat wisata macem Pulau Penyengat,
Avalokitesvara Graha Temple (Guan Yin Temple), dan 500 Lohan Temple
Avalokitesvara Graha Temple (Guan Yin Temple), dan 500 Lohan Temple
***
TOTAL PENGELUARAN:
1. Tiket roro (Rp20 ribu)
2. Sewa mobil di Bintan (Rp350 ribu/7)
3. Bensin mobil di Bintan (Rp100 ribu/7 org)
4. Makan siang seafood di Restoran Kelong (Rp551 ribu/7)
5. Makan malam di pujasera Bintan (Rp35 ribu)
6. Tip buggy hotel (Rp50 ribu/7)
7. Tiket speedboat (Rp47 ribu)
8. Parkir mobil inap di Punggur (Rp30 ribu/7)
9. Belanja dll (Rp160ribu/7)
10. Makan siang khas Lombok (Rp50 ribu)
11. Oleh-oleh coklat di Top 100 (Rp250 ribu) -> BORONG SHAY!
Subtotal = Rp579 ribu
12. Tiket pesawat Rp1,1 juta
13. Banyan Tree Resort (tbc ke Bang Adi)
TOTAL = Rp1,6 juta ++
0 testimonial:
Post a Comment