October 14, 2015

What's Been Said in Belitung, Stayed in Belitung

"Lho, Erlin ke Belitung lagi? Kan udah pernah!"

Aku menerima banyak chat dan ucapan lisan bernada serupa, sepersekian detik setelah Path-ku menunjukkan lokasi "Tanjung Pandan" beberapa jam setelah aku check-in di bandara Cengkareng.
  • Iya, aku memang sudah pernah ke Belitung.
  • Iya, aku memang pernah berkata lebih baik mengunjungi kota/provinsi baru daripada mengunjunginya dua kali.
  • Iya, aku menarik lagi kata-kata barusan di atas. Hahaha.
Maafkan aku, kawan, nyatanya benar bahwa:
It is not about the destination, it is about the companion you take the trip with.
Meet the team!

Bangka Belitung, sebuah provinsi yang superindah yang bisa dijangkau dari Jakarta dengan satu jam berpesawat, cukup dengan tiket sekitar Rp800.000,- round way. Hmmm, dua faktor itu saja belum cukup sih untuk membuat aku mengiyakan trip ke Belitung lagi. Tapi... dua orang kawan seperjalanan bernama Putri Marina Debora dan Niko Marpaung-lah yang menjadi trigger bagiku untuk bilang "Ya" tanpa berpikir panjang. Wacana ini dimulai sekitar pertengahan Juli lalu, saat kami bertiga makan malam di Bakmi Cong Sim Mangga Dua. Wacana yang hanya berlangsung 14 jam, karena keesokannya aku dan Kak Putri segera membeli tiket Jakarta-Belitung itu! Luar biasa. Emang beda sih ya nge-trip dengan makhluk single berpenghasilan yang berkeinginan kuat! :)

Rencana (bukan "wacana" doang) akhirnya semakin seru ketika satu makhluk halus lagi ikut meramaikan: Agung Hari Nugroho, rekan sekantor yang pernah nongol di trip Pangandaran. Aku, Kak Putri, dan Agung sama-sama memulai perjalanan di hari Sabtu, 10 Oktober 2015 jam setengah 11 pagi, sementara Bang Niko dari Padang transit dulu ke Jakarta dan baru menyusul kami pada pukul 16.00.

Aku tidak akan banyak bercerita tentang destinasi di posting kali ini, karena sesungguhnya aku benar-benar meng-copy-paste dari itinerary perjalananku tahun lalu (read the story here).

Day 1. Sabtu, 10 Oktober. 
Karena miskomunikasi yang cukup fatal, alhasil kami bertiga menghabiskan lima jam pertama di Belitung dengan... tidur siang! Hahaha. Setelah menjemput Bang Niko yang delay dan baru bisa landing menjelang maghrib, barulah cerita kami menjadi berwarna. Malam minggu itu kami habiskan dengan nongkrong sok cantik di Pantai Tanjung Pendam, yang memang terkenal dengan sunset-nya. Sayang sekali asap kiriman dari Pekanbaru itu membuat sunset tidak terlihat. Nongkrong lalu dilanjutkan dengan makan malam di Unique Bistro yang tidak jauh dari gerbang masuk pantai.



Day 2. Minggu, 11 Oktober.
Bepergian dengan Kak Putri means kehidupan rohaniku terjamin dan terjaga hahaha. Dari hasil diskusi malam sebelumnya, kami akhirnya memutuskan bergereja di GPIB Immanuel Tanjung Pandan yang letaknya tidak jauh dari Pantai Tanjung Pendam. Agung menunggu kami di pantai, entah apa yang dilakukannya di sana hingga saat ini menjadi misteri :'3 *wishing that there was no bule ganteng seduced by him* FYI, ini baru kedua kalinya bagiku bergereja selama nge-trip. Jangan ditiru ya, readers.

Puluhan ubur-ubur di danau/bendungan RM Fega

Selesai gereja, kami menempuh jarak 82 KM demi Rumah Makan Fega di Manggar. Apa itu RM Fega? Adalah suatu tempat makan yang cukup terkenal di kalangan Instagramers, termasuk Agung, karena terdapat sejenis dermaga yang dibangun di atas danau/bendungan yang cakep banget buat dipakai selfie. Nah, readers, tolong digarisbawahi dua kata terakhir tadi, karena ternyata in the end perjalanan kami ini sepertiganya dipenuhi acara selfie! Hahaha. Too bad, kami nggak bisa makan di RM ini karena resto sudah di-booking untuk acara resepsi nikahan. Alhasil kami memang cuma numpang foto-foto.


Dengan menahan lapar, perjalanan dilanjutkan 22 KM menuju Gantong, lokasi utama syuting film Laskar Pelangi untuk menyambangi Museum Kata Andrea Hirata. Mungkin kalian bertanya-tanya, apakah aku, sang tour guide, masih ingat rute jalanan di Belitung ini? Tentu tidak! Aku hanya seorang wanita, kawan, yang meski bisa membaca peta tetap saja bermusuhan dengan hal-hal berbau jarak dan arah. Thanks to Google Maps we reached the museum safely!


Kami semua kegirangan menemukan museum yang begitu memukau ini. Tahun lalu wujud museum ini tidak semenarik sekarang lho, aku kagum sekali melihat warnanya yang begitu colorful dan photo-able. Sayangnya, sepertinya ada koleksi museum yang berkurang atau menghilang, entahlah. Fungsinya sebagai museum tempat penyimpanan agak bergeser menjadi "lokasi selfie". Ya sudahlah. Toh tiga makhluk yang kugiring itu bahagia-bahagia aja :')

Salah satu plakat koleksi Museum Kata,
sepertinya berasal dari acara yang diselenggarakan kantorku bulan September lalu


Belum afdol kalo ke Gantong tanpa mengunjungi SDN Muhammadiyah a.k.a Sekolah Miring Laskar Pelangi!

Sebelum bertolak kembali ke Tanjung Pandan, kami sempat singgah sebentar ke Pantai Serdang sesuai arahan dari mbak-penjual-indomie dekat Sekolah Miring. Not recommended pokoknya. Jauh-jauh kesana cuma untuk melihat barisan perahu nelayan warna-warni di atas pasir yang jorok karena banyak sampah dan ilalang. Sangat tidak selfie-able!

Karena siangnya hanya mengenyangkan diri dengan cemilan, jajanan dan mie instan yang dijajakan dekat Sekolah Miring, kami pun bertekad untuk makan enak malam ini! Nyamnyam! *a la Kak Putri* RM Timpuk Dulu adalah rumah makan terenak sepanjang pengalamanku di Belitung ini, harganya murah meriah, dan disajikan dengan unik menggunakan peralatan makan tempoe doeloe. Makan kenyang dengan porsi untuk 4 orang, kami hanya menghabiskan Rp370.000,- di sini. Super sekali! Oh ya, jangan lupa mencicipi kopi khas Belitung ya, nikmat banget!





Day 3. Senin, 12 Oktober.
Jika berpatokan pada itinerary, harusnya hari ini kami pergi berlayar menuju kepulauan di utara Belitung. Apa daya, Tuhan berkata lain. Langit mendung sejak pagi, bahkan juga sempat turun hujan. Kami pun banting setir menuju itinerary untuk hari selanjutnya. Perjalanan diawali dengan visit Danau Kaolin yang birunya tetap memukau meski langit sedang mendung. Indah banget!




GMaps yang sering aku dewa-dewakan itu akhirnya menjebak kami juga. "Bukit Berahu" yang aku input disana membawa kami ke suatu tempat yang jauhnya hampir 20 KM dari lokasi sebenarnya. Aku benar-benar lupa saat itu bahwa Bukit Berahu letaknya tidak jauh dari perkampungan nelayan Tanjung Binga. Jangan sampai salah juga ya, readers.

Di pantai Bukit Berahu

Nyemil cantik sambil menunggu hujan reda


Bukit Berahu yang punya kolam renang ber-view laut indah Belitung

Untuk makan siang, kami memilih restoran yang tidak jauh letaknya dari pantai Laskar Pelangi. Kami yang sedang crave for crab ini beruntung sekali bisa menemukannya di RM Benaria. Menurut Kak Putri yang lidahnya peka itu, rasanya kurang begitu enak sih.


Pantai Tanjung Kelayang and its amazing giant stones

Having a beach trip on October? Siapkan dirimu untuk menghadapi musim bertelur ubur-ubur! Aku yang tidak pernah punya phobia ini ternyata geli juga ketika melihat ribuan telur ubur-ubur ini mengapung di perairan dekat pantai. Aku jadi ingat ubur-ubur yang ada di RM Fega, ternyata memang bulan-bulan ini adalah musim bagi mereka untuk muncul dekat pantai. Bentuk telurnya lucu banget lho, readers, kenyal seperti Nata de Coco tapi berdenyut layaknya jantung. Geli juga sih kalo diliatin lama-lama~


GELI BANGET NGGAK SIH? :(

Still it's amazing even on our second meeting :')
Pantainya, yah, bukan Bang Niko-nya

Udah cocoklah jadi lokasi foto pre-wedding :"

Day 4. Selasa, 13 Oktober.
Here comes the highlight of this trip! Hopping islands like a pirate! Puji Tuhan lagi, cuaca langit hari ini supercerah dibandingkan hari-hari sebelumnya yang tertutup asap dan awan mendung. Tuhan Yesus emang keren banget! Wajah kami pun tidak kalah sumringah dibandingkan cuaca hari itu :) Batu Garuda, Batu Berlayar, Pulau Lengkuas, dan Pulau Kepayang, semuanya kami jajah hari itu!







Tidak perlu banyak cerita lah ya tentang hopping islands kami, intinya semua MENYENANGKAN! Yah walaupun aku tidak bisa membawa mereka ke Pasir Gusong karena air laut sedang pasang, mercu suar Pulau Lengkuas yang sedang dalam renovasi jadi tidak bisa dimasuki, dan makan siang yang kurang endeus karena banyak lalat yang mengganggu. Tapi semua itu tidak bisa mengurangi sukacita kami. Yang paling remarkable ya ekspresi kebahagiaan Agung yang baru pertama kali mencoba rasanya snorkeling. Dia terkagum-kagum melihat keindahan bawah laut Indonesia. Iya dong, our country is superbeautiful!


Malam terakhir kami di Belitung dihabiskan secara indah dan penuh makna dengan bermain "Truth or Truth". Hahaha, Bang Niko selaku pencetus ide ini sepertinya memang tidak kuat lagi menahan rasa kepo-nya terhadap Agung #eh. Lama dibujuk, akhirnya yang bersangkutan mau juga ikut mencurahkan isi hati dan perasaan dalam permainan ini hahaha...


Perjalanan memang selalu bisa mendekatkan. Yang awalnya nggak kenal saja pulangnya bisa jadi saudara (cie, ngutip jargonnya Kili-Kili Adventure), apalagi kami berempat yang sejak awal sudah akrab. Aku belajar banyak hal dari perjalanan ini: 
  1. tentang Bang Niko yang ternyata punya jiwa perfeksionis jika sudah bertekad bulat, protektif selayaknya seorang abang kandung, kepo-nyaris-posesif kalo udah curiga, kecintaannya terhadap exotic woman sejenis Kimmy Jayanti; 
  2. tentang Kak Putri yang meski selalu mengaku nggak suka sendirian, toh juga bisa tiba-tiba menyendiri untuk merenung, superperhatian kalo udah care, nggak pernah mau keluar kamar kalo rambutnya masih basah abis keramas, bisa ngabisin tiga kaleng Pasir-pasir Hijau (in English) dalam satu jam; 
  3. tentang Agung yang butuh waktu lama untuk mau mendobrak ke-introvert-annya, yang ternyata punya jiwa fotografi terpendam (karena ketutupan jiwa modelnya yang tumpeh-tumpeh), superpeka tapi pengertian, perhatian secara men-detail dan tidak ragu-ragu ngasih opini dan saran yang (kadangkala) membangun; 
  4. tentang mencari jodoh yang tidak segampang berlari-lari mengejar Kopaja saat sudah telat ngantor, yang mungkin sudah kamu cari hingga ujung dunia tapi ternyata dia adalah cinta pertamamu di bangku kuliah, yang tidak pernah mengenal suku, bangsa, ras, agama, yang mungkin juga bisa ditemukan lewat Pihak Ketiga a.k.a "dicomblangin", yang datangnya tidak peduli usiamu, karena mbak-mbak 20 tahun bisa aja udah punya 3 buntut meanwhile yang udah mendekati 30 dengan rekening hampir ratusan juta aja masih bingung mau beli rumah di mana karena belum punya calon suami; 
  5. tentang IJEPA yang meskipun jelas-jelas tidak memberi keuntungan bagi Indonesia, tapi bisa saja ada tujuan lain yang ingin dicapai Pemimpin kita di luar hal-hal ekonomi, keuangan, dan perdagangan. 
Okeh. Yang terakhir diabaikan saja, readers. Liburan anak Keuangan memang tidak bisa jauh dari hal-hal berbau pekerjaan sih, hihihi *big grin*









Kami kembali ke pelukan ibukota tercinta pada hari Rabu, 14 Oktober 2015 jam 08.30 pagi. Kami memang sengaja memilih hari libur ini untuk pulang agar bisa langsung istirahat tanpa harus pusing memikirkan kantor (meskipun Kak Putri udah kangen berat sama kantor sih). Benar saja, aku langsung hibernasi selama 12 jam begitu menyentuh kasur, padahal nggak pernah ngapa-ngapain di Belitung sana selain snorkeling. Wah, gimana Bang Niko sang driver tangguh kami ya?

Gimana, kawan, udah sejauh mana kamu melangkah? Atau masih juga ragu untuk 'membuang' duit demi traveling? It's okay. Mungkin kamu memang butuh 'teman' yang tepat untuk menggandengmu, duduk di sampingmu dalam perjalanan, dan meng-encourage saat kaki mulai terasa berat. Selamat mencari dan berdoa, ya, tentunya sambil nabung biar tinggal beli tiket kalo orangnya sudah berhasil ditemukan! ;) Thank you for reading, people!
"Perjalanan bukan tentang tujuan, tapi tentang siapa yang melangkah di sisi"

Itinerary:

0 testimonial:

Post a Comment