July 21, 2013

Jelajah Toraja (Part I)

Trip kali ini adalah trip paling mengagetkan dan mengejutkan (halah apa bedanya toh Lin :p) teman-temanku, pasalnya trip ini diadakan saat aku sedang menjalani PKL di Lapangan Banteng! Hehehe... Kesempatan emas ini ditawarkan Bang Adi (lagi-lagi) dan tidak mungkin kutolak, apalagi mengingat rutinitas PKL yang melelahkan sehingga aku sangat butuh refreshing :')

Trip Jelajah Toraja ini berlangsung dari Jumat, 12 Juli 2013 hingga Senin, 15 Juli 2013. Karena aku berangkat langsung selesai PKL dan pulang tepat sejam sebelum PKL dimulai, maka ini juga lah yang disebut teman-temanku sebagai NEKAT! Pulang dari KPPN Jakarta II hari Jumat jam 5 sore, aku pulang ke kos di Jalan Kepu IV untuk mengambil ransel, lalu segera menuju ke Stasiun Gambir untuk naik damri bersama 'para horbo' lain :p Ternyata dari Jalan Kepu (samping Stasiun Senen) menuju Gambir hanya butuh waktu 20 menit jalan kaki lho, percaya ngga?


Peserta Jelajah Toraja adalah Aldo Aribama Siahaan (yang juga dibilang nekat karena sedang PKL di KPP Menteng II), Bang Supriadi, Bang Jonathan Frans Simamora (angkatan 2009 yang tengah menunggu penempatan), dan Bang Tommy Otniel Tobing (idem sama bang Jona); aku yang paling cantik di rombongan ini ;) Dengan naik Damri berangkat pukul 18.30, kami tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 19.25 WIB sehingga sempat bernarsis-narsis ria dulu sebelum take off dengan Air Asia.


Setelah pesawat landing dengan selamat dua jam kemudian, Bang Adi langsung agresif mengajak para kru pesawat untuk foto-foto :3



Tiba di Bandara Sultan Hasanuddin pukul 01.23 WITA (perjalanan 2 jam dengan perbedaan waktu 1 jam antara WIB dan WITA), kami dijemput oleh adik Bang Adi, Alex, yang fresh graduated SMA dan tengah mengurus pendaftaran ulang di kampusnya di Bandung. Masih dengan mata ngantuk berat, perjalanan segera berlanjut dengan mobil sewaan menuju Kabupaten Toraja yang jauhnya sekitar 8 jam dari Kota Makassar. Wow! Pemandangan bukit-bukit hijau dengan lereng melandai yang begitu indah menyejukkan mata kami yang sudah beberapa bulan ini dicekoki pemandangan polusi kota Jakarta. Udaranya pun berhasil membuat kami menggigil kedinginan, untung saja Bang Adi sudah mengingatkan sejak awal agar kami membawa jaket.

Kami pun tiba di Toraja pada pukul 08.54 WITA. Kesempatan emas untuk berfoto-foto di depan Plaza Toraja dan Monumen Pongtiku tidak dilewatkan. Dari sinilah perjalanan Jelajah Toraja dimulai!


Penjelajahan pertama adalah Bukit Lemo, salah satu bukit tempat penguburan orang Toraja yang kini telah dijadikan objek wisata oleh pemerintah setempat. Ya, dimana lagi ada orang mati dikuburkan di dalam bukit batu? Hanya di Toraja!


Hal pertama yang akan menarik perhatian kita adalah kehadiran Tongkonan, yaitu rumah adat Toraja yang berdiri di depan bukit, serta boneka tau-tau yang berjejer rapi di atas bukit. Boneka tau-tau ini dibuat sesuai dengan sosok orang yang meninggal sehingga wajah dan tubuhnya sangat mirip aslinya. Agak merinding ya membayangkan 'orang-orang mati' ini menatap balik ke arah kita? :3


Barang Bukti 1 "Hunting Bule Mission" - at Lemo
(Paragraf berikut ini non-halal, silakan dilewat aja bagi readers yang Muslim :'D)
Pukul 10.19 WITA, kami singgah di Bakso Babi Alang-alang yang tidak begitu jauh dari lokasi Lemo untuk memenuhi tuntutan perut.


Wuih, lezatnya ngga terkatakan deh! Ada dua jenis bakso yang tersedia: bakso kasar dan bakso halus. Perbedaannya adalah teksturnya, tentu saja. Aku pribadi lebih suka bakso kasar karena lebih kerasa sensasi "makan daging"-nya, hehee.. Akhirnya terpuaskan juga hasrat makan 'daging dewa' :')


Dari Lemo kami lanjut ke Londa, another pekuburan di bukit batu yang lebih tinggi dan lebih keren dari Lemo. Kenapa lebih keren? Karena disini kita bisa masuk ke dalam goa dan melihat peti-peti berisi mayat yang hanya digeletakkan begitu saja alih-alih ditanam/dimasukkan dalam lobang. 

Anggota trip Jelajah Toraja lengkap berpose di Londa
Boneka Tau-tau di Londa
Oh ya, tidak kelewatan juga boneka tau-tau yang 'duduk manis' di dinding goa seakan menyambut kita dengan riang-gembira (?) Karena telah digunakan selama ratusan tahun, banyak peti yang sudah rusak sehingga tengkorak dan tulang-belulang di dalamnya terlihat jelas. Bahkan banyak juga tengkorak dan tulang yang bertebaran begitu saja di dalam goa ini! Sensasinya luar biasa, readers, antara merinding karena suasananya memang serem, dan bahagia penuh sukacita karena pertama kalinya kami melihat pemakaman seperti ini.


Hal unik lainnya adalah sesajen dan bekal kubur yang ditinggalkan di atas peti atau didekat tengkorak. Kepercayaan kuno rakyat Indonesia ini ternyata juga berlaku di Toraja, dimana mayat diberikan 'bekal' seperti makanan atau uang untuk kehidupannya di alam baka, serta pemberian sesajen sebagai bentuk penghormatan kepada sang arwah. Bedanya disini aku tidak menemukan makanan atau buah-buahan tersaji rapi, tapi beratus-ratus puntung rokok dan lembaran uang ribuan rupiah! Unik ya?

Romeo & Juliet-nya Toraja
Dua tengkorak yang berdampingan ini adalah salah satu bukti dari legenda romansa Toraja: Romeo dan Juliet. Diceritakan keduanya merupakan pasangan kekasih yang tidak direstui oleh orang tua masing-masing sehingga mereka memutuskan untuk bunuh diri bersama karena tidak mau dipisahkan.

Boneka Tau-tau ukuran asli yang dijual di toko souvenir di Londa
Tour de graveyard belum berakhir disini, readers, masih ada Kete' Kesu' yang menunggu kami! Menjelang tengah hari kami tiba di Kete' Kesu' dan segera melihat tebing kuburannya. Kali ini peti kubur banyak yang digantung di dinding tebing dan bukan di dalam lobang. Di bawah tebing yang menjulang tinggi ini juga berjejer rapi peti-peti kubur yang telah berusia puluhan bahkan ratusan tahun, serta tengkorak dan tulang-belulang yang tergeletak di antara peti-peti.

Hello, Skulls! ^^
Peti-petinya di'gantung' di dinding bukit
Kete' Kesu' bukan hanya terkenal karena pekuburannya, tetapi karena deretan Tongkonan yang berdiri dengan megahnya. Jika readers banyak menemukan posting gambar deretan Tongkonan yang saling berhadapan seperti di bawah ini, pasti lokasinya di Kete' Kesu'.


Sekilas info tentang Tongkonan: di depan rumah ini sering dipajang tanduk kerbau. Tanduk kerbau ini diambil dari kerbau yang disembelih ketika sang tuan rumah mengadakan pesta. FYI, satu kerbau harganya berkisar puluhan juta lho, berarti satu tanduk kerbau nilainya juga segitu. Selama trip Jelajah Toraja, kami melihat tongkonan berhiaskan sepuluh hingga dua puluh tanduk kerbau! Bisa kebayang kan betapa sejahteranya kondisi keuangan tuan rumah? ;)

Di Kete' Kesu' ini kami juga mendapat kesempatan emas bertemu dengan Tedong Bonga' alias kerbau bule' yang bernilai mahal di mata orang-orang Toraja. Kalau satu kerbau biasa bisa berharga puluhan juta, kerbau bule' ini bisa hingga 10 kali lipatnya! *MATI MENDADAK*


Barang Bukti 2 "Hunting Bule Mission" - at Kete Kesu

Setelah (hampir) 20 jam tidak mandi, kami pun memutuskan untuk pulang dulu agar bisa mandi dan beristirahat. Kali ini kami dijamu oleh keluarga Bang Adi yang rumahnya di kota Rantepao. Kami berkenalan dengan Bapak, Ibu, dan kedua adik beliau yang paling kecil. Keluarga yang sangat ramah dan menyenangkan! Apalagi ibunda Bang Adi dengan santai bisa kami ajak bergosip tentang Bang Adi, hohoho :p

Setelah tidur siang dan mandi sore (dan men-charge semua peralatan elektronik - wajib!) Bang Adi mengajak kami jalan kaki ke pusat kota Rantepao. Kami pun memuaskan hasrat belanja oleh-oleh untuk orang-orang terkasih di Jakarta sana. Tidak lupa juga kaos bertulisan "Toraja" untuk properti foto-foto besok hari :3


Dasar Bang Jona, Bang Tommy, dan Aldo para penyanyi profesional yang tidak bisa hidup tanpa menyanyi, mereka ngidam untuk karaoke di malam minggu ini! Waduh! Untung saja keinginan itu bisa tercapai, karena setelah jalan-jalan keliling pasar kami menemukan cafe & karaoke Christo! What a coincidence! Hahaha... jadilah malam minggu kami diisi dengan karaoke gila-gilaan satu jam. Meski letaknya di kota kecil, karaoke ini tak kalah keren lho karena microphone-nya wireless! :3

Berbagai ekspresi saat karaokean :3
to be continued...

PS.
Readers notice nggak ada foto-foto dengan caption "Barang Bukti "Hunting Bule Mission""? Hahaha... itu adalah foto-foto bersama bule-bule yang kami temui selama Jelajah Toraja Trip. Sayang aku lupa dari mana saja asal bule-bule itu, kalau ingat, nanti aku tulis ya :') Miris ya ngeliat antusiasme turis domestik yang kalah dengan turis internasional terhadap objek wisata dalam Indonesia... :(

2 comments:

  1. Erlin, mungkin krn promosinya juga kurang gencar, dan pemerintah daerah setempat juga kurang perhatian terhadap obyek wisata mereka sendiri. Sebagai masukan sih, mulailah dirawat, di tata yang apik, semua obyek2 wisata itu dan tidak lupa buat promosiny alias duitnya digunakan buat pembenahan obyek2 wisata itu...bukan masuk ke kantong sendiri. Kalo kak Isti lebih karena budget blm mendukung kantong, bukan krn lebih tertarik pergi ke obyek wisata yang lain...mhehehehe...ditunggu lanjutan ceritanya... ;D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kak Isti, kalo masalah promosi yang kurang gencar aku sih kurang setuju, karena objek wisata Toraja udah didaftar dan dibiayai juga perawatannya sama Dinas Pariwisata. Ya, tinggal turis2 domestik Indonesia yang harus lebih mengapresiasi... [-( Aku setuju kalo masalah budget, kak, hihihi.. Ongkos pesawat dalam negeri memang jauh lebih mahal dibanding ke luar negeri pake AirAsia ;-(

      Delete