June 23, 2013

Balada Bandung Selatan


HIJAU dan BIRU-nya benar-benar memanjakan mata!
Balada Bandung Selatan adalah sebuah trip review tentang perjalanan tanggal 21-22 Juni 2013, dengan beranggotakan aku (lagi-lagi jadi 'perawan di sarang penyamun'), Bang Supriadi (sang trip organizer), Bang Sudirman Napitupulu (backpacker asli Sumatera Utara yang juga adalah juragan Batik Anak Medan dan pegawai KAP di Tapaktuan), Bang Larry Lontoh (sang ketua padus IL Cantante STAN) dan Bang Tommy Tobing (bersama Bang Larry tengah menganggur menunggu penempatan instansi). Kesamaan di antara kami? Sama-sama anak STAN, sama-sama anak IL Cantante Choir, dan sama-sama ingin istirahat dari padatnya aktivitas kuliah & kerja! So, here the story comes...

Perjalanan resminya dimulai sekitar pukul 03.00 dini hari di GKI Bintaro Utama, Bintaro Sektor 5. Kami berlima berkumpul untuk bersama-sama menuju Hotel Kartika Chandra, naik Xtrans disana (Xtrans terpagi hanya berangkat dari hotel tersebut) untuk kemudian tiba di Bandung, De Batara Hotel, jam 6 pagi.

Pukul 09.01 WIB tiba di destinasi pertama: Kawah Putih
Akses menuju kawah putih sangat mudah, hanya sekitar dua jam dari sisi selatan Bandung. Jika anda berasal dari luar kota, keluar di Tol Kopo dan lanjutkan menuju ibukota kabupaten Bandung, Soreang. Dari sana tingal mengikuti petunjuk jalan yang ada. Sepanjang perjalanan pemandangan perkebunan teh akan memikat anda.

Dinginnya udara Bandung Selatan langsung menyerang begitu kami menjejakkan kaki di lokasi pertama! Brrr...

Tulisan "Kawah Putih" seakan menjadi lambang "Hollywood"-nya kawasan Kawah Putih.
Melihat ke sejarah, Kawah Putih terbentuk akibat letusan besar dari Gunung Patuha pada abad ke-13. Erupsi ini menghancurkan sebagian besar puncak gunung sehingga meninggalkan jejak berupa danau kawah putih.

Warna biru langit dan tosca danau terlihat begitu cantik bersanding seperti ini :')
Yang menarik dari kawah putih adalah warna airnya yang berubah-ubah. Terkadang berwarna putih seperti susu, terkadang hijau pucat seperti telur asin, bahkan terkadang kebiruan.

Hello, Kawah Putih!
Selain pusat kawah yang menjadi pusat perhatian, pemandangan indah lainnya adalah pepohonan kering di sekitar danau. Meskipun terlihat tandus, suhu disini cukup dingin. Hal ini karena kawah putih berada di puncak gunung patuha dengan ketinggian 2386 mdpl. (source: http://www.wiranurmansyah.com/menikmati-angkernya-kawah-putih-di-selatan-bandung)

Berpose bersama dua 'makhluk' indah: pusat kawah dan pohon kering

Anggota Balada Bandung Selatan trip lengkap! Thanks to Om-om yang udah motoin :3


Pukul 10.54 WIB : Singgah foto-foto sebentar di kebun teh, dan beli stroberi untuk cemilan di perjalanan

*dalam hati masukkin ke list tempat foto pre-wedding kelak, amin!*

Yeah, saatnya foto-foto alay! 
Pukul 11.48 WIB, tiba di destinasi kedua: Situ Patengan
Situ Patenggang atau Situ Patengan adalah suatu danau yang terletak di kawasan objek wisata alam Bandung Selatan, Jawa Barat, Indonesia, tepatnya di Ciwidey. Terletak di ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut, danau ini memiliki pemandangan yang sangat eksotik.

The Four Musketeers berpose di dalam perahu penyeberangan 

Berhubung cewek sendiri, spot fotonya harus beda: di ujung perahu!
Sinopsis Situ Patengan
Situ Patenggang berasal dari bahasa Sunda, pateangan-teangan (saling mencari). Mengisahkan cinta Putra Prabu dan Putri titisan Dewi yang besar bersama alam, yaitu Ki Santang dan Dewi Rengganis. Mereka berpisah untuk sekian lamanya. Karena cintanya yang begitu mendalam, mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang sampai sekarang dinamakan "Batu Cinta". Dewi Rengganispun minta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama. Perahu inilah yang sampai sekarang menjadi sebuah pulau yang berbentuk hati (Pulau Asmara /Pulau Sasaka). Menurut cerita ini, yang singgah di batu cinta dan mengelilingi pulau asmara, senantiasa mendapat cinta yang abadi seperti mereka.


Dikisahkan ada sepasang kekasih yang saling mencintai bernama Ki Santang dan Dewi Rengganis. Ki Santang adalah keponakan dari Prabu Siliwangi, seorang raja Padjajaran yang arif dan bijaksana. Sedangkan Dewi Rengganis adalah seorang garis desa yang hidup di sebuah pegunungan. Keduanya memiliki ikatan kasih yang sangat kuat namun terpisah oleh jarak dan waktu (konon mereka terpisah akibat peperangan yang sangat lama). Karena perasaan dan kasih sayang yang begitu besar antara keduanya, akhirnya mereka berupaya untuk saling mencari, hingga pada suatu hari dipertemukan di sebuah batu besar. Batu tersebut dinamakan batu Cinta. Setelah pertemuan itu, singkat cerita Rengganis meminta Ki Santang untuk dibuatkan sebuah danau dimana terdapat pulau kecil di tengahnya. Karena cinta Ki Santang yang begitu mendalam, akhirnya ia mengabulkan permintaan Dewi Rengganis. Sekarang daratan kecil ini bernama pulau Sasuka atau dalam bahasa Indonesia bernama Pulau Asmara. (source: http://www.situpatenggang.com/2013/11/sejarah-situ-patenggang.html)

Awalnya, Situ ini adalah bagian dari cagar alam atau taman nasional seperti cagar alam lain yang ada di Indonesia. Namun, pada tahun 1981 terjadi sebuah pengembangan yang sangat besar hingga akhirnya menjadi taman wisata alam. Saat ini, Situ Patenggang Ciwidey dikelola oleh PTPN VIII, kawasan Bandung Selatan. Pengembangan demi pengembangan termasuk perbaikan sarana transportasi serta fasilitas pendukung wisata seperti penginapan, sarana ibadah, rumah makan, tempat penjualan cinderamata, tempat parkir, gazebo/shelter, perahu, dan lain-lain yang sampai saat ini terus dilengkapi. Untuk kebersihan, seluruh area bebas dari polusi udara dan sampah apalagi limbah kimia.

Pukul 13.50 WIB, singgah untuk makan siang di Saung Gawir.
Makanannya lezat, apalagi udah lapar makin lezatlah rasa makanannya :') tapi ya harganya sebanding, hehe... Sebanding sama rasanya, sebanding juga sama view kebun strawberry dan pegunungan yang membentang indah di bagian belakang saung. Sajiannya dimakan lesehan sambil menikmati pemandangan: hmm, SURGA!

Saung Gawir ini aslinya adalah sebuah tempat penginapan, tapi restorannya terbuka untuk umum. Katanya sih awalnya hanya restoran tapi jadi berkembang dengan menambahkan penginapan. Sajian restorannya cita rasa Sunda pisan, lidah Indonesia lah pokoknya! :9

Pemandangan saat makan di Saung Gawir
Pukul 16.00 WIB, tiba di destinasi ketiga: Kolam Renang Air Panas Walini
Pemandian air panas Walini terletak di jalan raya Soreang Ciwidey km 25 Kabupaten Bandung. Lokasi pemandian air panas ini berada di hamparan perkebunan teh Rancabali yang tentunya memiliki pemandangan alam yang luar biasa. Di lokasi pemandian air panas ini terdapat dua buah kolam renang berair hangat yaitu untuk dewasa dan anak-anak.


Di sekitar kolam renang terdapat taman yang disana berdiri beberapa gubuk-gubuk dari kayu dengan beratap ilalang. Biasanya pengunjung yang tidak berendam menikmati panorama alam disini dengan bersantai di gubuk-gubuk tersebut.

Selain itu semua, di lokasi pemandian air panas ini terdapat beberapa sarana outbound seperti flying fox dengan panjang lintasan 300 meter dan memanjang diatas kebun teh. Pasti pengunjung akan merasakan sensasi yang luar biasa bila bermain flying fox disini.


Tapi kami berlima tidak mandi di kolam renang melihat betapa ramainya kolam dengan pengunjung anak-anak, jadi kami memilih mandi di bathroom air panas yang bisa muat untuk berdua (aku sendiri, tentunya -_-) dengan harga Rp10.000,- per ruangan *kalo nggak salah inget ya*


Selesai berendam air panas yang sangat menyegarkan dan menyehatkan (asal berendamnya cuma 15-30 menit), kami langsung menyerbu kebun teh yang terbentang luas di depan pintu masuk Kolam Air Panas Walini. Wow!! Akhirnya cita-citaku berfoto di tengah hamparan kebun teh tercapai juga :')


Sekian lah perjalanan kali ini, refreshing otak dan badan di Bandung Selatan kali ini benar-benar memuaskan! Banyak pelajaran dan pengalaman baru yang kutemukan. Bandung benar-benar lokasi yang tepat untuk penduduk Jakarta yang ingin kabur sejenak dari panas dan polusi ibukota. Thank you so much, Bandung Selatan! I'll see you often!

June 09, 2013

Crossing the Sunda Strait (Trip Merak-Bakauheni)

When you have one free day, no homework to do, don't have so much money, and some friends available for a craziness, what will you do to make your holiday unforgettable? TRAVELING!

Salah satu kapal feri yang berlabuh di Pelabuhan Merak
Jadi itulah yang kami lakukan Kamis, 6 Juni 2013 kemarin. Bersama Mohammad Budiono a.k.a Budi - partner-in-crime yang juga menjadi salah satu otak makrab kelas ke Jogja - Sali Prihastomo, dan Fina Martiningsih kami pun berniat menjajaki penyeberangan Merak-Bakauheni. Mau ngapain ke Bakauheni?? NGGAK NGAPA-NGAPAIN! Nah kan, that's what we called "craziness" ;) 
Awalnya Budi keukeuh pengen ke Menara Siger yang memang tidak jauh dari pelabuhan, tapi karena the journey will take time and money, aku (dengan berat hati) menolaknya dengan alasan "Makanya kita harus bikin Bandar Lampung Trip, biar nginep, trus Menara Siger masuk dalam itinerary-nya!" :D Hehehe...

Penampakan Menara Siger dari dekat (source: Bandar Lampung Trip)
Pukul 05.00 pagi kami bangun dan bersiap untuk ketemuan di Masjid As-Syuhada, masjid di Ceger yang juga jadi starting point Laskar Jogja kemarin. Kelamaan dandan & jajan/sarapan, kami pun baru ngumpul jam 06.00 sehingga sempat tercetus keinginan untuk batal nge-trip. Puji Tuhan keteguhan niat kami tidak serapuh itu :p Jadilah kami berempat berangkat ke Stasiun Pondok Ranji mengejar commuter line jam 07.00. Setibanya di Tanah Abang, kami segera membeli tiket KA Banten Express tujuan akhir Pelabuhan Merak seharga Rp7.000,- Meskipun ngaret ketemuannya, untung kami tidak ketinggalan kereta :') God leads our journey!!