Tulisan ini bukan untuk berniat menggurui, tapi lebih ke informasi bagi diriku sendiri bahwa... Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya" itu punya 3 stanza! Selama ini yang kita nyanyikan di tiap Upacara Nasional, bahkan Peringatan Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, itu lagunya masih belum lengkap. Ada 2 bait lagi yang tidak pernah kita, ehm... aku, ketahui sebelumnya.
Bendera Merah-Putih di lingkungan kantor |
Jadi begini lirik lengkapnya:
Bait / Stanza I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrein:
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Bait / Stanza II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s’lama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
P’saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrein:
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, negriku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Bait / Stanza III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
M’njaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
Slamatlah rakyatnya,
Slamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Negrinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrein:
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, negriku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya
Berikut ulasan makna yang terkandung di dalam lirik asli lagu kebanggaan masyarakat Indonesia ini. Dalam rangka Hari Musik Nasional yang jatuh setiap tanggal 9 Maret, mari kita kenali kembali makna lagu Indonesia Raya yang terkandung di dalam ketiga stanzanya.
Stanza pertama menggaris bawahi kata “Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu”. Dalam kalimat ini terdapat makna penyemangat dan seruan bagi Indonesia yang saat itu belum merdeka. Selain itu, dalam stanza pertama juga terdapat kata “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” yang sebelumnya “Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya”. Kedua frasa ini diubah posisinya atas perintah dari Ir. Soekarno yang berpendapat, “Tak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu bangun. Hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jiwanya tidak.”
Berlanjut ke stanza kedua, dimana frasa yang ditekankan adalah “Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia.” Makna yang mendalam terkandung di dalam lirik di atas, dimana bermakna landasan spiritual dengan selalu mendoakan Indonesia yang bahagia. Maka lanjutan lirik berikutnya adalah “Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya” yang bermakna masyarakat Indonesia yang senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.
Dalam stanza terakhir, stanza ketiga, terdapat sumpah dan amanat agraria yang diselipkan di dalam lirik Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sumpah setia terucap dalam lirik “Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi.” Sedangkan amanat agrarian terdapat dalam lirik yang berbunyi “Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya.” Makna agraria yang dimaksud dalam lirik ini tidak terbatas dengan tanahnya, namun seluruh yang terkandung dalam Indonesia, meliputi tanah, laut, hingga luar angkasanya. Untuk menekankan makna agrarian tersebut, maka ketika satu tahun umur Indonesia, pemerintah saat itu sudah melakukan Revolusi Agraria.
Mengenal Indonesia tidak hanya sebatas mempelajari sejarah bangsa serta bahasanya, tapi lebih dari itu, menghayati dan meresapi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga merupakan suatu bentuk pengamalan serta kebanggaan kita atas negara tumpah darah, Indonesia.
Stanza pertama menggaris bawahi kata “Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu”. Dalam kalimat ini terdapat makna penyemangat dan seruan bagi Indonesia yang saat itu belum merdeka. Selain itu, dalam stanza pertama juga terdapat kata “Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya” yang sebelumnya “Bangunlah Badannya, Bangunlah Jiwanya”. Kedua frasa ini diubah posisinya atas perintah dari Ir. Soekarno yang berpendapat, “Tak akan bangun raga seseorang jika jiwanya tidak terlebih dahulu bangun. Hanya seorang budak yang badannya bangkit namun jiwanya tidak.”
Berlanjut ke stanza kedua, dimana frasa yang ditekankan adalah “Marilah Kita Mendoa, Indonesia Bahagia.” Makna yang mendalam terkandung di dalam lirik di atas, dimana bermakna landasan spiritual dengan selalu mendoakan Indonesia yang bahagia. Maka lanjutan lirik berikutnya adalah “Sadarlah Budinya, Sadarlah Hatinya” yang bermakna masyarakat Indonesia yang senantiasa memiliki budi dan hati yang baik.
Dalam stanza terakhir, stanza ketiga, terdapat sumpah dan amanat agraria yang diselipkan di dalam lirik Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Sumpah setia terucap dalam lirik “Marilah Kita Berjanji, Indonesia Abadi.” Sedangkan amanat agrarian terdapat dalam lirik yang berbunyi “Slamatlah Rakyatnya, Slamatlah Putranya, Pulaunya, Lautnya, Semuanya.” Makna agraria yang dimaksud dalam lirik ini tidak terbatas dengan tanahnya, namun seluruh yang terkandung dalam Indonesia, meliputi tanah, laut, hingga luar angkasanya. Untuk menekankan makna agrarian tersebut, maka ketika satu tahun umur Indonesia, pemerintah saat itu sudah melakukan Revolusi Agraria.
Mengenal Indonesia tidak hanya sebatas mempelajari sejarah bangsa serta bahasanya, tapi lebih dari itu, menghayati dan meresapi Lagu Kebangsaan Indonesia Raya juga merupakan suatu bentuk pengamalan serta kebanggaan kita atas negara tumpah darah, Indonesia.
*
Pertama kali tahu tentang informasi ini adalah dari situs Mojok kesayanganku. Detik begitu membaca kalimat "...mengajarkan saya lirik tambahan di lagu Indonesia Raya 3 stanza" aku langsung tertampar. APAAA?! LIRIKNYA ADA LAGI?! Kok aku merasa gagal menjadi Rakyat Indonesia, menjadi orang yang mengaku-aku nasionalis bahkan patriotis. Bergegaslah aku googling "Lirik Indonesia Raya 3 stanza"...
Seketika mataku terasa panas saat satu persatu membaca baris-baris lirik stanza 2 dan 3. Aduh Gusti, indah betul lirik lagu nasionalku. Coba tengok kalimat: "Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia" bukan main Pak W.R. Supratman terpikir untuk mengajak rakyatnya berdoa bagi Tanah Air, dan berdoanya itu bukan agar negaranya makin kaya, atau makin masyhur di mata dunia... tapi cukup agar kita bahagia. Terdengar sederhana sih, tapi bukankah bahagia itu memang sederhana?
Lanjut lagi ke stanza 3, aku seperti tertampar saat membaca: "Tanah yang aku sayangi. Marilah kita berjanji, Indonesia abadi" Terlalu sering kita membaca atau mendengar, "Aku cinta Indonesia" tapi jarang sekali ada, "Aku sayang Indonesia" padahal menurutku pribadi nih, mengucapkan cinta rasanya lebih mudah daripada mengaku sayang. Entah kenapa, "sayang" itu lebih tulus, lebih mulia. Dan itu yang menjadi harapan bapak-bapak negara kita, agar rakyat Indonesia sayang dengan negerinya sendiri.
Bhinneka Tunggal Ika |
Terakhir: doa dan harapan paling kuat dari para pendiri negara, terasa kuat di lirik: "Sadarlah hatinya, sadarlah budinya, untuk Indonesia Raya" Seakan jadi teguran bagi citizen dan 'netizen zaman now' yang kerap 'hilang kesadaran' akibat politik. Dikit-dikit tersinggung, dikit-dikit sensitif. Ayo dong pada sadar! Demi Indonesia raya yang suci, sakti, berseri. 🇮🇩
***
0 testimonial:
Post a Comment