July 23, 2016

Istanbul - Turkey Trip

Have I told you that the capital of Turkey was once named "Constantinople"? Baca blog kok serasa belajar buku Sejarah ya? Hahaha maaaf, you can skip this but I'm telling you anyway... Konstantinopel didirikan Kaisar Romawi Konstantinus I di atas kota Bizantium, lalu diresmikan pada 11 Mei 330. Dalam sejarah kekristenan, kota ini juga penting karena merupakan pusat gereja di Romawi Timur (kota Roma untuk wilayah Barat) dan menjadi tempat lahirnya "Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel". Lahirnya 'syahadat' Kristen ini hasil dari dua konsili: Konsili Nicea tahun 325 yang menegaskan bahwa Anak adalah sehakikat dengan Bapa, serta Konsili Konstantinopel tahun 381 dengan mengakui Roh Kudus adalah Tuhan dan Allah yang setara dengan Bapa dan Anak. Akhirnya, setelah jatuh ke kekuasaan Utsmaniyah (Turkish lang.) alias Ottoman di tahun 1453, Konstantinopel pun berubah nama menjadi "Istanbul".


Di Masjid Sultanahmet (Blue Mosque), lebih lama selfie-nya daripada looking around

Jumat, 8 Juli 2016.
Pukul 08.40 pesawat mendarat dan setengah jam kemudian kami sudah berkutat di depan mesin penjual koin untuk naik subway. Dari Bandara Ataturk menuju hostel di daerah Fatih, kami cukup menggunakan subway ke stasiun Yenikapi, lalu jalan kaki 10-15 menit menelusuri gang-gang. Nah, mari kembali memasrahkan diri pada tuntunan 'kompas' bernama "Ananda" ;)

Turkey subway's interior, lebih luas standing area daripada seats

Di tengah perjalanan menuju hostel... ada sesuatu yang menegangkan terjadi! Jantung hampir dibuat berhenti berdetak karenanya...
"Sempat loh tadi kukira itu bom..." 

Tenang saja, kawan. Istanbul benar-benar aman dan tenteram, kok, saat kami datang bertamu. Apa yang sempat dikira bom oleh Ananda ternyata 'hanyalah' pohon besar yang tumbang hingga ke akar-akarnya. Tidak heran kalau sampai dianggap bom, pasalnya jalanan seketika jadi ramai oleh kerumunan warga sekitar. Debu juga terlihat mengepul ke angkasa. Waduh... Meski tak se-'negatif' Ananda, aku juga sempat berpikiran terjadi kecelakaan mobil dan ada korban berdarah-darah di depan sana. Puji Tuhan tidak ada korban jiwa.


Otantik Guesthouse ternyata adalah sebuah ruko 4 lantai yang nampaknya baru saja dipermak dari restoran menjadi hostel. Yusuf, sang manajer, begitu sigap menuntun lewat Airbnb Messages bahkan berdiri depan pintu ruko, siap menunggu kedatangan kami. Aaaaah, I love this kind of owner/host. Pertama Atilla, kedua Yusuf, keren banget ya aku, selama di Turki selalu disambut oleh lelaki tampan :p

Sayangnya... kamar kami terletak di lantai 4! Gempor, ciiiin~ Untunglah Yusuf sudah terlebih dulu me-recharge energi kami dengan segelas teh. Tanpa teh pun, kebaikan dan keramahannya sudah cukup menambah energi kok, hahaha, kurang baik apa coba doski mengizinkan kami early check-in dan late check-out tanpa mengenakan charge sepeser pun. Yusuf juga mem-print-kan selembar peta Istanbul dan menjelaskan tempat-tempat wisata yang bisa kami kunjungi. Surely recommend him and the guesthouse to Istanbul's future guests! 

Makan siang dulu sebelum keliling Istanbul

Badan sudah segar setelah mandi -- aku bahkan sempat tidur 1 jam menunggu 2 makhluk bermulut pedas itu mandi -- dan perut juga kenyang hasil makan enak di restoran dekat hostel, nah saatnya kita keliling kota! Otantik GH berada di lokasi yang strategis; cukup berjalan kaki saja lho untuk menuju Grand Bazaar, Blue Mosque, dan Hagia Sophia. Mau kemana kita? Pertama-tama: Blue Mosque. Ehm... nggak semudah itu juga sih, sebenarnya. Kemampuan navigasi Ananda yang kupuji-puji setinggi langit itu, entah kenapa siang ini sempat bikin kami berputar-putar layaknya tengah mengitari Tembok Yerikho :(



"Kita mau ke masjid lho weee, bukan ke Efesus. Jangan pake hot pants!" Betul banget nasihat Ananda tadi pagi, thank God I don't have to wear the long skirt. Sebelum masuk ke masjid, pengunjung akan 'dipindai' satu persatu. Apabila kostum yang dipakai tidak menutupi aurat, maka akan dipinjamkan kain berupa rok/celana panjang dan kerudung. Duhhh... pake 'hijab' ini aja udah kerasa sangat mengganggu. Bukaaaan, bukan aku bilang hijab itu jelek, hanya saja... mukaku jadi bulat banget kalau tidak menggerai rambut. Hiks, muka atau bola dunia sih, Lin :(

This is what mesmerized me at the first time
Begitu menginjakkan kaki di dalamnya... Woah! Interior masjid sungguh sangat memanjakan mata, Readers! Tersusun dari 20.000 keramik handmade bergaya İznik dalam puluhan desain bunga tulip. Lampu gantung pada foto di bawah ini, dulunya terbalut oleh emas dan berlian lho, yang kemudian dipindahkan ke museum untuk diabadikan. Masjid Sultanahmet punya banyak kubah dan semi-kubah dimana semi-kubah memiliki 14 jendela (see the white lights on photo above?) sedangkan kubah utama dan terbesar memiliki 28 jendela yang 4 diantaranya tidak tembus cahaya. Kaca berwarna untuk jendela-jendela ini adalah hadiah dari Signoria of Venice kepada sultan. Di sepanjang dinding masjid juga banyak kaligrafi indah bertuliskan ayat-ayat Qur'an, sebagian besar dibuat oleh Seyyid Kasim Gubari, kaligrafer terbaik pada masanya.


Women should stay out of this special area, while men used it to pray

Karena terlalu berpatokan pada waktu Indonesia, aku menganggap bahwa sholat Jumat hari ini juga dilaksanakan mulai jam 11.50. Aku lupa bahwa Turki berbeda, dimana sholat Dzuhur-nya baru dimulai jam 1 siang. Akibatnya, ketika menuju Blue Mosque jalanan begitu ramai. Masjid yang dibangun antara tahun 1609-1616 ini pun penuh pengunjung, baik wisatawan maupun jemaat yang rindu sujud di hadapan Tuhan.

Choosing green for the calligraphy based color was a great decision
Untuk hal yang terakhir tadi, banyak hal-hal disini yang membuatku speechless. Saat jalan untuk gabung ke antrian masuk mesjid, ujung mataku menangkap sosok seorang pria yang sujud di halaman masjid, masih lengkap dengan pakaian necisnya! Ya Tuhan, mungkin dia tidak tahan berlama-lama antri dan 'tidak sabar' untuk segera sujud menghadap Tuhan. Adzan sudah berkumandang beberapa waktu lalu, dia mungkin tidak ingin berlama-lama lagi. Atau mungkin saja hatinya sudah bergetar hanya dengan melihat keindahan rumah Tuhan ini dari luar, Blue Mosque begitu megah terlihat bahkan dari kejauhan.

Pria lain lagi, yang kutemui di Haga Sophia, segera menadahkan kedua tangan detik dia memandang kaligrafi ayat Qur'an yang tertera jelas di dinding-dindingnya. Matanya terpejam khusuk, seakan tak mau terganggu oleh wisatawan yang lalu lalang hanya untuk merekam gambar, ya seperti Geng Smacking Boneski -___-

Hal-hal kecil sepele yang mungkin dipandang berbeda oleh tiap orang. "Ah, itu mah lebay-nya dia aja,"; "Banyak dosa kali,"; "Orang-orang radikal tuh,"; dan berbagai kalimat miring lain yang sering terdengar. Let's just be honest, karena aku pun jujur saja tidak pernah se-khusuk itu saat melihat situs kekristenan, seperti Efesus kemarin. Well, aku malah lebih sering memuji Tuhan saat melihat laut, langit, bahkan dalam museum. Still it fascinates me so much bahwa di antara orang-orang yang sibuk selfie, ada yang ingat memegahkan Tuhan dalam rumah-rumah ibadah ini. 

The inner of the courtyard in the background. Aku-nya malah blur :(

Anyway... hingga saat ini Aldo dan aku masih belum bisa menerima logika penamaan "Masjid Biru" kepada masjid yang jelas-jelas berwarna abu-abu/putih ini :(

Satu langkah keluar dari gerbang Masjid Sultanahmet, langsung bisa terlihat wujud Hagia Sophia, destinasi selanjutnya. Bangunan yang pada tahun 537 s.d. 1453 merupakan katedral ini dialih fungsi menjadi masjid kekaisaran hingga tahun 1931 -- dengan menambahkan 4 menara pencil-shaped di luar bangunan -- kemudian dijadikan museum sampai saat ini. 1 bangunan, 3 sejarah fungsi. Museum ini dibangun dengan marmer dan bahan lainnya yang berasal dari seluruh penjuru Turki bahkan dunia; termasuk pilar-pilar dari Kuil Artemis di Efesus, dan 8 pilar utama dari Mesir yang menopang kubah besar. Secara keseluruhan, Hagia Sophia memiliki total 104 pilar penopang. 



Tuhan memang satu (kita yang tak sama. "Kita"?)
Ciri khas Hagia Sophia, yang paling sering di-upload ke media sosial, adalah kekontrasan dua simbol di mimbar utamanya. Mosaik Perawan Maria (Virgin Mary) yang memeluk Bayi Yesus setinggi 4 meter adalah salah satunya, terletak di bagian apse pada ketinggian 30 meter. Mosaik "Theotokos" ini juga satu-satunya mosaik katedral yang tidak disembunyikan di balik cat kuning oleh penguasa Ottoman, sehingga sampai saat ini tampak begitu mencolok di antara kedua kaligrafi monogram yang mengapitnya.


 


Renovasi menyebabkan kami tak bisa melihat view utuh ini
Source: Livescience.com

Kubah Hagia Sophia yang terletak di ketinggian 55 meter dari permukaan tanah ini membuatku jadi berimajinasi... Berapa banyak tangga yang diperlukan untuk mencapainya, when fixing is needed for 1 of the 40 windows on that dome? Au' ah, pusing mikirinnya.  

Another eyecatching mosaic: 3 orang majus

Hagia Sophia atau Ayasofya dalam bahasa aslinya, berbeda dengan Blue Mosque yang free entry. Di sini kami membeli Museum Pass Istanbul seharga 85 TL, lagi-lagi demi menghemat tiket masuk di beberapa situs yang akan kami sambangi hari ini. Sebenarnya, sih, jika kamu pecinta museum maka cukup membeli Museum Pass Turkey seharga 185 TL yang berlaku di seluruh Turki dengan limit 15 hari. Setelah diitung-hitungm, Pass Turkey ini lebih murah daripada akumulasi 2 Pass yang kami beli serta tiket masuk dua situs di Kapadokya (total 195 TL). Hiks, jangan mengulangi kesalahan kami ini ya, Readers.


Dalam group trip, kita akan banyak belajar tentang "pengertian". Sama kayak di Istanbul ini. Ananda pengen banget mengunjungi Medusa dalam suatu basilika yang katanya terletak tidak jauh dari Hagia Sophia. Meski jauh lebih berminat ke Topkapi Palace atau Galata Tower, aku tetap 'meluluskan' permintaannya, yah selain biar mulut lancip-nya itu terkatup aja sih hahaha. Adalah Basilica Cistern, suatu basilisk yang ternyata berada di bawah tanah, bahkan merupakan yang terbesar dari sekian ratus cisterns (sejenis waduk air.red) di bawah Istanbul. Pernah nonton film James Bond "From Russia With Love"? Sekarang kamu tahu dimana lokasi syuting 'ruang bawah tanah konsulat Soviet'.

Kameraku tidak optimal dalam pencahayaan minim, sorry I didn't take any picture
Source: Yerebatan
Diantara 28 pilar penopang, terdapat 1 pilar dengan ukiran Hen's eyes, slanted braches, and tears. Selain itu, dan yang paling terkenal, ada 2 pilar dengan topangan berbentuk wajah Medusa: 1 wajah dalam kondisi 180 derajat terbalik, lainnya hanya 90 derajat terbalik dengan raut tersenyum. Bukan hanya keseluruhan basilika ini saja yang nyeremin, Readers, dua wajah ini juga! Tanpa diketahui asal-usulnya, kok bisa sih wajah jadi penyangga pilar? Kalau tadi film, kali ini wajah Medusa jadi salah satu latar dalam novel Dan Brown "Inferno" dimana Robert Langdon merencanakan serangannya.

Wondering why I let Ananda took me here...
Source: 
Slate.com
The 'smiling' face, 90 degrees rotated
Source: Ancient-Origins
Biar sejarahnya lebih lengkap, aku kasih sekilas info ya... Medusa ini salah satu dari tiga Gorgonas, monster wanita yang hidup di dunia bawah tanah dalam mitologi Yunani. Medusa berambut ular dan punya kemampuan super (buset!) membekukan orang yang menatap matanya. Familiar? Mitos satu ini sering muncul di film kok, salah satunya di Harry Potter and the Chamber of Secrets sebagai ular "Basilisk".


Enough with myths and let's get back to REAL world. Perhentian ke-4 adalah Topkapi Palace, salah satu residensial utama para sultan Ottoman dalam masa 624 tahun kekuasaannya (living in 1465 s.d. 1856). Kompleks istana ini sangat, sangat luas, Readers... dan sejujurnya kami sudah lelah. So instead of 2 hours visit, we only took 30-45 minutes tour and skipped almost all the museums inside, hahaha. Khilaf banget nih jalan sama Aldo-Ananda, seorang Erlin jadi lupa passion permuseuman. Yoweslah, toh kali ini aku sudah cukup bikin kalian muak dengan segala omongan sejarah. ;)

The entrance side of Imperial Gate

Corak khas Turki emang nggak ada matinya!

Karena sebagian bangunan dan paviliun Istana dibangun menurun ke arah garis pantai Selat Bosforus, maka pemandangan inilah yang akan menyambut kita jika berjalan ke arah utara. 

Overlooking the Bosphorus Strait

Angin sejuk pasti bikin kalian betah berlama-lama di sini

Dengan sisa-sisa tenaga, kami menggenapkan wisata keliling Turki hari ini dengan jalan kaki setengah jam menuju Galata Bridge. Istanbul sungguh berbeda dengan dua kota kunjungan kami sebelumnya. Terlihat lebih... foreign. Mungkin karena letak Fatih-Sultanahmet yang ada di sisi Eropa. WOAH! Can you believe it, guys, we were stepping on Europe continent! GILAK. Kita udah nyeberang benua :') Kemana aja sih, Lin, bandara Ataturk kan emang letaknya di Turki/Istanbul sisi Eropa hahaha. Had I been on Istanbul's Asian side, you may ask? Udah dooong~ Bandara Sabiha Gokcen (read the story here!) terletak di Istanbul sisi Asia.




The ferry for Bosphorus Tour is preparing to leave
The tour costs 10 TL, but it varies on the company you choose

Jembatan sepanjang 490 meter ini terbentang di Semenanjung Emas (Golden Horn) Istanbul. Kenapa "Tanduk/horn", karena tanjungnya memang berbentuk seperti tanduk atau cula badak. Sayangnya, kami tidak menyeberang hingga ke Galata Tower yang ada di ujung Seraglio Point sana, dan hanya berkeliaran di sepanjang harbour Eminönü. Jakarta punya Kota Tua, Manado punya Pasar 45, maka Eminonu-lah jantung kota Istanbul.



Fish sandwich adalah snack paling populer di Eminonu. Nama aslinya ialah Balik Ekmek alias 'ikan di dalam roti'. Ikan-ikan ini hasil tangkapan segar nelayan dari Selat Bosforus atau Laut Marmara. Makanya, Readers, hati-hati saat berjalan sepanjang tepian Eminonu karena banyak kail pancing yang melayang untuk ancang-ancang dilempar ke air. Ikan di perairan ini berarti masih 'sehat' ya. Pemandangan jejeran perahu dengan griller and fryer diatasnya adalah salah satu objek wisata menarik di Galata Bridge. Kata Aldo sih Balik-nya enak, while the other said the opposite. Lidah tak bertulang, emang. Padahal dia yang paling semangat wisata kuliner kesini *ngelus dada* *dada Brad Pitt*

Sekilas mirip Blue Mosque tapi ini disebut "New Mosque" yang hanya punya 2 menara
Sekitar Eminonu terdapat undak-undakan yang berubah jadi tempat nongkrong sejuta umat di sore hari. Well, I was about to type "saat senja", tapi baru aku teringat senjanya Turki itu jam 9 malam! Bisa jadi sih orang-orang ini ngaso hingga jam 9, kami-nya aja yang udah lelah dan ingin pulang, hahaha. Kami duduk cukup lama di sini, Aldo dan Ananda menghabiskan sandwich lalu kami video call dengan handai taulan di Indonesia. Ananda called his sister just to say, "Di sini udah jam 8 tapi masih terang kali lho!" Bagi yang merasa ditelepon LINE video call oleh Aldo jam 2 dini hari, mohon dimaafkan ya, kami lagi alay saat itu.


The sweet side of these 2 guys adalah mereka sadar betul aku belum makan malam. Tahu-tahu kami bertiga sudah duduk manis di dalam KFC yang berlokasi tepat seberang harbour. Kalau KFC di Indonesia wajib punya menu nasi, maka di Turki pastinya harus ada bongkahan roti dan mayonnaise. Kebayang nggak makan ayam goreng pakai mayo? Enak kok! Aku menghabiskan setengah bucket karena Ananda dan Aldo sudah menyerah dengan porsi 1/4 bucket saja. All hail, Colonel Sanders!





Sabtu, 9 Juli 2016.
Hari ini adalah kali pertama kami bangun siang di atas ranjang! AAA~ ngulet dulu ah. Sesuai itinerary, kami hari ini akan menyerbu Grand Bazaar saja, tanpa destinasi lainnya. Mari tinggalkan si Sony Alpha karena aku tidak akan banyak memotret tempat wisata. Ehm, in fact, hari ini aku banyak foto dengan pria tampan! Hahaha. I'll save the best for the last though, cerita tentang mereka nyusul ya ;)

Breakfast in Turkish way, we got used to it finally

Setelah sarapan sederhana-yang-ternyata-mengenyangkan di Otantik, jam 10 pagi kami mulai memenuhi hasrat belanja-belenji di Grand Bazaar. Lokasi bazaar hanya 7-10 menit jalan kaki dari tempat kami menginap. Sebelum menyerbu bazaar, terlebih dahulu kami menukarkan Dollar dan Euro yang memang disiapkan sejak awal karena mata uang Lira begitu sulit ditemukan di Indonesia. Pokoknya whatever the seller tells you, katakan bahwa kita akan membayar dalam Lira. Paying in Euro akan membuat harga belanjaan jadi semakin mahal, lho.

Tang-mentang udah banyak duit, langsung melalak mata kemana-mana yekan
Offering tea to guests is part of Turkish hospitality
What I love about shopping in Turkey, esp. Grand Bazaar? The tea! Turki terkenal sebagai negara pengonsumsi teh per kapita tertinggi di dunia -- 2,5 kg per orang. Gila! Itu nggak diabetes apa, ya? Bukan hanya jago minumnya, Turki juga salah satu world's tea markets dan merupakan produsen 6,4% total produksi dunia. Kebiasaan minum teh ini juga, deh kayaknya, yang jadi salah satu penyebab Turki jadi negara kaya. Indonesia gimana? 

Para seller tinggal memanggil pria ini whenever they want to serve the customer
Turkish tea ("çay") biasanya disajikan dalam 'gelas tulip' (tulip-shaped glass) yang harus dipegang di lingkaran mulut gelas untuk menghindari panas di badan gelas, so your fingertips won't get burned.

Back to my main purpose of coming here... apa benda yang layak dijadikan oleh-oleh dari Turki? Aku akan berbagi pengalaman:
Untuk wanita.
  • Jika mau membelikan untuk pacar, sahabat, atau adik/kakak perempuan; belilah sesuatu yang berbau personal. Seperti tas kain dengan motif khas Turki, which come in many shapes: ransel, selempang, serut, you name it. Harga pun bervariasi tergantung kualitas, mulai dari 40-200 TL. Kenapa tas kusebut personal? Layaknya sepatu, tas juga menggambarkan kepribadian wanita. Aku tentu akan lebih senang jika sang pacar membawakan ransel daripada tas gendong yang kecewek-cewekan itu *kode buat siapa, Lin?* 
  • Aksesori dengan ciri khas Turki seperti gelang tali bermata Nazar -- yang dibentuk dari berlian imitasi, cantik banget! -- kalung boho berbandul Nazar, atau cincin simpel dengan mata Nazar. Apa itu, Nazar? Monggo cek lagi post ku tentang Kapadokya ;) 
I really want to buy this pretty lamp for Mama, tapi bawanya pasti ribet deh
  • Untuk wanita paling penting dalam hidupku (read: Mama) kupilihkan pashmina sutra. Turki terkenal dengan sutranya, sudah tahu kan letak Turki strategis di Jalur Sutra yang populer itu? Sejak zaman Ottoman, kain sutra Turki sangat terkenal dengan berbagai motif menarik seperti bunga, peacock, bintang, dan bulan sabit. Harganya memang akan agak mahal, but bear with it, karena selain karpet, kain sutra adalah oleh-oleh yang Turki banget! Psst, it's even better daripada beliin tumblr Starbucks yang cuma bertuliskan "Istanbul" itu. 

Untuk pria.
  • Untuk pacar, sahabat, atau adik/abang laki-laki, wajib hukumnya memilihkan hal yang personal. Dia penggila bola? Coba kasih jersey timnas ataupun dari Super Lig seperti Galatasaray dan Fenerbahçe, karena Turki terkenal punya pemain bola berkualitas. Tahun 2000, Galatasaray menang UEFA Cup dan UEFA Super Cup. 2 tahun kemudian, timnas Turki berjaya di 3rd position FIFA World Cup Japan-South Korea. Di tahun 2008 bahkan jadi semifinalis UEFA Euro. Bukan hanya orang-orangnya, stadion Ataturk Olympic pun jadi tuan rumah dalam final UEFA Champions League 2005. 
Rata-rata harga 1 kaos = 20 TL dan 1 jersey = 30 TL
  • Dua sahabat lelakiku -- yeah, the Barbi(e)tch, siapa lagi -- kupilihkan yang paling personal: snow globe untuk Agung yang sejak trip Korea kemarin udah crave for it, dan tasbih bermotif Nazar untuk Nopri yang (katanya sih) tengah berjuang memperbaiki akhlak dan martabat. Hmm. Tasbih juga souvenir yang "Turki banget" lho, ada banyak toko spesialisasi tasbih yang menjual tasbih berbagai material, dan pastinya berbagai harga.

Untuk unisex.
  • Miniatur bangunan bersejarah Istanbul, 
  • balon udara mini khas Kapadokya, 
  • magnet berlambang bendera Turki, 
  • bookmark atau mousepad berbahan kain motif Turki, atau 
  • dompet kecil yang biasanya buat naruh koin seharga 2 TL per piece. Lucu-lucu banget! Motif Turki ini memang cantiknya tak tertahankan sih, didominasi benang emas dan perak, warnanya selalu ngejreng dan memukau. Kubocorkan rahasiaku ya: setengah budget belanja kuhabiskan untuk diri sendiri! :)
Makanan.
  • Turkish Delight! Nama jajanan yang satu ini tentu sudah akrab di telinga. Kami membeli delights ini di kios "Reis" yang katanya terkenal dengan its freshness. Turkish Delight yang segar bisa bertahan hingga 6 bulan tanpa disimpan dalam lemari pendingin. Keren kan? Aku bisa Natalan dengan cemilan ini dong ya :) 
This is how Reis' owner will serve you
  • Kami juga membeli bubuk teh -- for relaxing, he said -- dan 
  • Coklat jamur yang SUPERENAK! I ate it all by myself. Owner-nya sungguh sangat ramah, tapi juga jago jualan. Mungkin dia tahu ya, orang Indonesia tipikal "nggak enakan" jadi akan membeli apapun yang dia tawarkan dengan penuh semangat, hahaha. But trust me, semuanya enak kok, it won't be a waste of money.

The everywhere-you-can-find Orange Juice!
Bohong deh, ini sebenarnya foto si Mamas Ganteng penjualnya.
Penjual jus pinggir jalan aja ganteng parah dan pake sepatu Adidas asli

But, Readers, nothing good in "minta oleh-oleh", lho. Bukan tersesat yang bikin seorang traveler kesal/jengkel, bukan salah makan yang berujung diare, bukan juga uang yang tinggal beberapa lembar di dompet... tapi saat seorang kenalan ngomong: "Oleh-oleh dong!" *censore curse words* Apalagi kalau chat terakhir dari si kenalan ini adalah broadcasted chat yang ngomong "Mohon maaf lahir batin" atau sejenisnya, alias tidak pernah ngobrol! Jadi... mohon dikurang-kurangin ya kebiasaan buruk satu ini.


Happy birthday, Asma! Cuekin muka gosong, bulat yang paling depan, please
Di sela-sela perburuan souvenir ini, kami sempat 'diculik' oleh Asma, si cewek Yordania, dan abangnya. Asma yang hari ini berulang tahun mau mengajak kami hang out bareng untuk merayakan kebahagiaannya. Sayang sekali, kami tidak bisa lama nongkrong dengan mereka karena pikiran (Aldo) masih fokus untuk belanja. Hope we can meet them again next time. At Jordania, amen!

I don't even know how we ended up entering a graveyard...

Aku jatuh cinta pada lukisan Selat Bosforus ini

Setelah menyaksikan Ananda memborong 20-an lembar kaos untuk keluarga besar-nya, serta Aldo yang pusing seribu keliling karena begitu banyak kerabat yang ingin dioleh-olehi (Aku? Jangan tanya berapa banyak snow globe yang kuborong untuk melengkapi koleksi pribadi hihihi), maka kembali lah kami ke Otantik untuk packing tambahan satu tas jinjing baru.


Passing another side of Blue Mosque dengan belanjaan di tangan

Well.... what happened next in the airport, I've told you here. Hati ini masih pedih kalo mengingat-ingatnya kembali. Eh, tapi sempat terlintas di pikiranku lho untuk beli tiket baru IST-ASR menuju Kapadokya, demi mencoba peruntungan kembali terbang dengan balon udara! Hahaha. Untungnya integritas(?) dan cintaku pada Indonesia mengalahkan niat impulsif ini.

Karena trauma jangan sampai ditanya "Who didn't allow you to get on the plane?" jika nanti ngurus klaim ke Malaysia Airlines, kufoto aja deh si floor manager tak acuh ini

Looking at this area made me promised myself, "Cepet pulang ke Jakarta!"

Istanbul adalah kota yang menakjubkan. Seandainya tidak sedang ada pergolakan, pasti aku siap tinggal berlama-lama di sini. Toh aslinya memang butuh berjam-jam untuk puas eksplorasi di tiap situs wisatanya.


Anyway, for those who keep on saying, "Erlin beruntung banget udah balik dari Turki sebelum kudeta..." let me tell you this: Aku bukan penganut ataupun pemeluk asas keberuntungan. Jadi tolong berhentilah mengait-ngaitkan "beruntung", "kudeta", dengan Turkey Trip-ku ya :) Pedih hati karena kabar kudeta Turki -- meski hanya berlangsung 1 jam -- tidak bisa kugambarkan. Why should I feel lucky of leaving Turkey, realizing that many of our brothers and sisters terjebak dalam perpolitikan kampret yang mengancam nyawa orang tak bersalah ini? Indeed, I have left half of my heart in this country.

Finally... Readers, makasih sudah sabar menunggui trip review ini. Jangan langsung men-delete blog ini dari bookmark ya, masih ada satu cerita penutup yang akan mengakhiri rangkaian Turkey Trip-ku! ;)

***

Why should I envy other people's trip/journey? I've got something here that they don't have: you two, The Kontlos! :)

Topkapi Palace. Bosphorus Strait on background, happy smiles on face :)
Outside the Imperial Gate of Topkapi. Shades on eyes, trash on the tip of tongues ;p 


Click here for Ephesus story -|-|-|- Please be patient for the Epilogue ;)

4 comments:

  1. But, Readers, nothing good in "minta oleh-oleh", lho. Bukan tersesat yang bikin seorang traveler kesal/jengkel, bukan salah makan yang berujung diare, bukan juga uang yang tinggal beberapa lembar di dompet... tapi saat seorang kenalan ngomong: "Oleh-oleh dong!" *censore curse words* Apalagi kalau chat terakhir dari si kenalan ini adalah broadcasted chat yang ngomong "Mohon maaf lahir batin" atau sejenisnya, alias tidak pernah ngobrol! Jadi... mohon dikurang-kurangin ya kebiasaan buruk satu ini, Readers.




    Bangetttttt

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah lelah ya bang dengan drama per-oleh2-an? ;)

      Delete
    2. haha sebenarnya tanpa dibilang gitu, kita juga bawa kan siss tapi seadanya dan untuk orang dekat ajaa yaaa kan :')

      Delete
    3. Tul nget dak, anehnya yg minta oleh-oleh itu justru orang-orang yang emang nggak dekat yaa :p

      Delete