May 24, 2014

MATAHARI ITU ‘DIRENGGUT’ DARI PELUKANKU - sebuah cerita, sebuah renungan

Tanggal 14 Januari 2007 jatuh di hari Minggu kedua bulan Januari, hari yang dirayakan dengan penuh sukacita oleh sebuah keluarga kecil yang tinggal di Kota Manado, Prov. Sulawesi Utara. Hari itu keluarga beranggotakan Ayah, Ibu, dan kedua anak gadisnya ini merayakan Wedding Anniversary mereka yang ke-18. Begitu banyak suka dan duka yang telah dilalui bersama dengan anak-anaknya yang sudah berusia remaja, mereka yakin bahwa masih banyak lagi tahun-tahun penuh berkat Tuhan menanti bagi keluarganya.

Impian itu kandas seketika ketika Tuhan mengambil Ayah mereka, tulang punggung keluarga, pukul 01.00 WITA keesokan hari di ruang ICU sebuah rumah sakit. Ayah pergi berenang pukul 18.00 di laut yang cukup dekat dengan rumahnya, namun mendapat serangan asma sehingga nyaris tenggelam. Meskipun dapat diselamatkan oleh penduduk sekitar, tapi beliau akhirnya menghembuskan napas terakhir setelah sempat koma beberapa jam. Betapa cepatnya suka berganti duka, tawa berganti tangis, impian berganti keputusasaan.


My beloved Dad, Drs. Jermia Manuel, M.Si :)
Itulah sekilas kisah kehilanganku; kehilangan matahari yang selalu menyinari keluarga kami dengan senyuman, ketegasan, dan kebijaksanaannya. Kenapa Tuhan? berulang kali aku berteriak kepada Tuhan. Kenapa Tuhan tega memanggil Papa tepat di hari ulang tahun pernikahannya, di saat kami sedang berbahagia? Berat sekali kehilangan yang menimpa keluarga kami ini. Apalagi bagiku, si anak bungsu yang paling dekat dengan beliau. Setiap malam aku menangis tanpa suara–takut terdengar Mama yang nanti akan membuatnya semakin bersedih–merindukan merdunya nyanyian Papa ketika beliau persiapan diri untuk ibadah kolom (sektor.red). Hatiku semakin teriris-iris tiap kali melihat Mama duduk termenung dalam kamar sambil memeluk sehelai baju milik almarhum Papa. Karena besarnya kepahitan yang kurasakan, aku bahkan membenci Tuhan dan mencap Dia sebagai Tuhan yang jahat dan tidak adil.

Mungkin tanpa kejadian ini, aku tidak akan pernah bersekolah di SMA Depok dan bergereja di salah satu gereja karismatik, di mana aku bertemu Tuhan Yesus secara pribadi. Ya, dari kejadian inilah aku melihat dengan jelas rencana Tuhan: pertobatanku. Tuhan Yesus secara pribadi menyentuh hatiku yang penuh kepahitan, kesedihan, kegelisahan, bahkan kemarahan kepada Tuhan yang telah mengambil Papa terlalu cepat dari sisiku. Sebelumnya, aku hanya Kristen secara keturunan, karena orang tuaku juga beragama Kristen, tapi tepat tanggal 8 Juli 2007 aku bertemu Yesus Kristus dan menyambut Dia secara pribadi masuk ke dalam hatiku. Hari itu adalah hari bangkitnya aku dari segala keterpurukan selama berbulan-bulan.

Saudara-saudaraku, satu hal yang harus kita tanamkan dalam hati adalah: rancangan Yesus selalu indah pada waktu-Nya. Dia tidak pernah menjanjikan langit akan selalu biru, laut akan selalu tenang, tapi Dia berjanji akan selalu memegang tangan kita, berjalan di samping kita bahkan di saat-saat yang terberat. Dalam titik-titik terberat di hidupmu itu, yakinlah Tuhan punya rencana indah. Di hidupku, rencana itu adalah kehadiran Yesus secara nyata di hatiku dan pertobatanku dari semua kesedihan & kedukaan. Tuhan hanya meminta satu hal dari kita: percaya. Percayalah bahwa Dia tidak pernah jauh darimu. Apa pun bentuk kehilanganmu, betapa pun besar kesedihan yang kau tanggung, percayalah bahwa Tuhan menanggung dan memikulmu (Yesaya 46:4), dan sama seperti Ayub yang dipulihkan (Ayub 42:7-17) begitu juga Tuhan akan memulihkan hidupmu sesuai dengan rancangan damai sejahtera yang telah dibentuk-Nya sejak awal (Yeremia 29:11). Sambutlah Yesus sebagai juruselamatmu, terimalah Dia sebagai Penghibur yang sejati di hatimu, maka kamu bisa melihat jelas betapa indahnya rancangan Tuhan bekerja dalam kehidupanmu. Tuhan memberkati!

0 testimonial:

Post a Comment